Bagian 2

4 3 0
                                    

Deras hujan malam kini mulai membasahi daerah tempat latihan menari nya.

Hal itu membuat Amabell yang baru saja menyelesaikan latihan menari nya, terpaksa harus duduk menunggu sampai hujan di hadapannya ini reda.

Ia menyesal tidak mendengarkan ucapan Ibunya yang menyuruhnya menaruh jas hujan dibalik jok motornya tadi sore.

Sekarang yang hanya bisa gadis itu lakukan hanya menunggu hujan itu reda, agar ia bisa pulang dan ber-istirahat.

"Lo pulang naik apa Bel?"

Suara salah satu teman tari nya, mengintrupsi telinganya. Gadis itu menoleh, "Naik motor Len, itu motor gue lagi mandi di depan." Tunjuknya menggunakan dagu.

Gadis bernama Lena itu terkekeh geli, "Ada ada aja lo. Mau gue temenin nunggu hujan gak?"

Mendengar tawaran Lena lantas membuat Amabell langsung menggeleng tak enak, "Gausah Len, lo duluan aja. Kasian supir lo nunggu."

"Bener nih, lo gapapa sendiri?"

Amabell mengangguk mantap, "Santai aja Len."

"Hati-hati Bel, hantu disini itu.. Ya taulah." Ujar Lena menakuti.

Mata Amabell menyipit, "Lo sendiri gatakut sama hantu yang daritadi ngikutin lo ini?" Gadis itu menunjuk kearah samping Lena, membuat gadis itu menabok pundak Amabell sebal.

"Galucu sialan!"

Amabell tergelak. "Makanya jangan nakutin gue Len, kalo yang penakut itu elo!"

"Yayaya, suka hati lo! Yaudah gue duluan ya. Dadah kembarannya Anabelle!"

"Sialan lo kembaran pisang molen!"

Lena hanya memeletkan lidah tanda meledek, lalu gadis itu masuk ke dalam mobilnya.

Menyisakan Amabell sendiri yang masih duduk menunggu hujan reda, ntah sampai kapan. Ia sedikit merinding, kedinginan karna hawa malam dan hujan deras yang tercampur menjadi satu.

Tak lama, ponselnya berbunyi menampilkan panggilan dari Algar, abang tirinya. Buru-buru gadis itu mengangkat teleponnya, dan menjawabnya.

"Halo?"

"Dimana?"

"Masih di tempat nari Bang. Kejebak hujan, motor gue gak ada jas hujannya. Keknya gue bakalan pulang telat, soalnya motornya masih betah mandi hujan." Jawab Amabell yang memang sedikit ngelantur.

Bukannya menjawab, pria disebrang sana justru mematikan panggilannya secara sepihak.

Hal itu membuat Amabell berdecak sebal, tak habis pikir. Bagaimana bisa pria ini menelefon dirinya hanya mengeluarkan satu kata, lalu mematikannya?

Amabell rasanya ingin membunuh pria bernama Algarez Julian Orlando itu sekarang juga.

"Pantes galaku laku, sifatnya aja ngajak ribut!" Decak nya sebal, "Hadeh sabar sabar deh gue sama dia, emang agak gila tingkahnya ini!"

Selang beberapa menit gadis itu kembali menunggu, tiba-tiba cahaya motor dari depan langsung terarah ke wajahnya. Mau tak mau, Amabell menutup wajahnya yang silau dengan satu tangannya.

Ia melirik sekilas, siapa dua pria yang memarkirkan motornya di depan tempat latihan nari nya.

Dan saat melihat kedua pria itu membuka kaca helm nya secara bersamaan, gadis itu langsung tersenyum mekar.

"Bang Algar! Bang Farhan!" Pekik Amabell senang seraya melompat dari kursinya mendekati motor Algar.

"Lo naik GrabCar aja ya, udah gue pesenin kok tadi." Perintah Farhan, yang turun dari motor Algar.

"Trus motor gue gimana Bang?"

"Biar gue yang bawa, mana kunci motor lo?"

Amabell mengangguk paham, tangannya merogoh kunci motor yang tadi ia selipkan di dalam tas nya. Lalu memberikannya kepada Farhan.

"Kita tunggu Grab nya ya Bel."

"Iya Bang." Jawab Amabell tersenyum kecil.

Gadis itu kini kembali duduk, disusul Farhan yang ikutan duduk disebelahnya. Berbeda dengan Algar yang justru diam di motornya, menerpa hujan yang membasahi jas hujannya.

"Kok lo ikut Bang Algar, Bang? Emang gak pulang?" Tanya Amabell memecah keheningan.

Farhan menatap Amabell sambil tersenyum simpul, "Gue nginep dirumah lo sehari yak. Soalnya bokap nyokap gue lagi ada tugas kantor di Bandung. Ya daripada sendiri, mending gue kerumah Algar aja kan?"

"Iya juga."

"Tapi Bang," Ujar Amabell lagi, kini tubuhnya sedikit ia codongkan ke telinga Farhan agar suaranya hanya pria itu yang mendengar. "Lo coba pikirin dua kali deh kalo nginep dirumah gue. Gak takut naik darah, kalo ngajak ngomong dia kayak ngajak ngomong tembok? Gue aja yang cuma Adik tirinya, udah mau bunuh diri Bang. Saking gak kuatnya."

Farhan tertawa ketika mendengar penuturan Amabell yang sangat dramatis. Ia melirik Algar yang juga meliriknya, lalu kembali menatap kearah Amabell.

"Jangan bunuh diri Bel."

"Kenapa?"

"Nanti yang jadi istri gue siapa?"

Amabell mengernyit bingung, "Makdudnya?"

Bukannya menjawab, Farhan justru bangkit berdiri seraya memanggil mobil hitam yang sepertinya itu mobil pesanan Farhan.

"Masuk sana," Perintah Farhan.

"Oke, Dadah Bang Farhan!" Tangan Amabell melambai kecil, kemudian matanya menatap kearah Algar yang juga menatapnya. "Bang Algar, kalo aku diculik, Abang jangan lupa tolongin aku ya! Hapalin plat mobil ini please!"

"Gila." Desis Algar tak habis pikir.

Bagaimana tidak? Gadis itu berteriak seperti itu, kala membuka pintu mobil Grab tersebut.

Apa Abang Grab nya tidak tersinggung dengan ucapan sinting dari mulut Amabell?

to be continue

Hai, balik lagi dengan aku hihi
Gimana part 2 nya?
SEMOGA SUKA YAA HUHU

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!
vote dari kalian bener bener buat aku semangat lanjutinnya!

~salam manis, shopie😎

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang