❝〔 ꜰ ɪ ᴠ ᴇ 〕❞

1.3K 528 35
                                    

Satu-satunya objek yang kali ini kucari di perpustakaan bukan lagi kumpulan buku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu-satunya objek yang kali ini kucari di perpustakaan bukan lagi kumpulan buku. Tapi pria dengan aroma kayu yang selalu duduk di kursi roda sambil fokus membaca setumpuk materi yang berhubungan dengan psikologi. Awalnya, kupikir Hwall adalah mahasiswa psikolog, tapi setelah mendengar cerita Sangyeon—mungkin sekarang aku bisa paham alasan ia membaca buku tersebut.

"Selamat pagi," sapaku sambil menarik kursi di sebelahnya.

Ntah ia tersenyum atau terkejut, aku tak begitu tau—yang jelas dia mempersilahkanku duduk meski dengan irama tubuh yang kikuk. Hwall selalu datang setiap tiga kali dalam seminggu ke perpustakaan. Dan itu selalu di pagi hari. Aku bahkan rela datang kesana setiap hari untuk menunggunya.

Demi memastikan bahwa apa yang dikatakan Sangyeon benar—dan itu artinya, aku menemukan jawaban dari persoalan terbesar sepanjang aku hidup. Apakah ada, manusia yang lebih tidak normal dibanding aku?

Karena aku sendiri pun sedang memperjuangkan alasanku untuk hidup. Jika setidaknya ada yang hidup lebih mengenaskan—mungkin aku akan mrngurungkan niatku untuk mati karena tak lagi merasa aneh sendirian.

"Bunga lotusmu adalah yang paling bagus dari ketiga lotus itu," ujarku sambil sedikit berbisik.

"Mungkin karena Sunwoo itu kasar dan Eric itu terlalu enerjik." Hwall terkekeh pelan. "Ngomong-ngomong, kau juga sudah bertemu Eric?"

Aku mengangguk. "Dia dan lotus putihnya."

Hwall menutup bukunya dan memutar sedikit kursi rodanya kearahku "Kau tau? tiap warna lotus melambangkan kondisi kami masing-masing."

Aku mengerutkan kening. Mempertanyakan maksud dari kalimat tersebut. Hwall mengajakku untuk sedikit menjauh dari meja dan kemudian bicara di paling pojok ruangan. Mungkin agar pembaca lainnya tak terganggu. Akupun menurut dan membantunya dengan mendorong kursi roda tersebut.

"Lotus putih berarti kemurnian pikiran, Seperti Eric yang tak tau apapun." Hwall kemudian menunjuk lotus biru yang tergantung di kursi rodanya. "Lotus biru berarti pengetahuan—karena aku tau semuanya."

Aku mencoba untuk menganalisis maksud dibalik penjabaran yang Hwall kemukakan mengenai warna-warna lotus. Aku yakin, artinya jauh lebih dalam dari yang terdengar. Apa maksudnya dari tidak tau dan tau semua?

"Bagaimana dengan Sunwoo?" Tanyaku.

"Lotus merah muda, adalah lotus yang memiliki tempat paling tinggi. Dia yang memimpin."

Jantungku berdegup aneh. Segala perkataan Sangyeon tempo hari mulai menunjukkan tanda-tanda kebenaran. Mungkin aku yang sudah gila.

Aku menatap setumpuk buku yang di dudukkan Hwall di atas pahanya. "Kau tau semuanya, lantas kau berniat membantu? Karena itu kau membaca buku psikologi setiap datang?"

Hwall terdiam. Ia mungkin sedang menatapku lama sekali. Kepalanya mendongak menghadap kearahku yang sedang berdiri.

"Darimana kau tau?" Lirihnya pelan. Irama suaranya lantas berbeda.

"Aku bertemu Sangyeon—kakaknya Sunwoo. Dan dia menceritakan semuanya."

Mendengar itu, Hwall cepat-cepat menunduk. Dia mendecih kemudian. "Awalnya akupun kaget, kenapa kau bisa bertemu dengan aku, Sunwoo dan Eric tanpa merasa heran."

"Itu karena—"

"Aku tau," potong Hwall. "Kau tidak perlu bilang mengenai kelemahanmu. Aku hanya ingin kau membantu Sunwoo untuk melepaskan lotusnya."

Aku mengerutkan dahi. "Kenapa aku?"

"Karena kau satu-satunya orang yang tak menganggapnya aneh—dikarenakan kondisimu."

TBC

Di sini banyak banget clue. aku ga boong.

lotus eater ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang