❝〔 ꜰ ᴏ ᴜ ʀ 〕❞

1.3K 529 41
                                    

Aku tak tau setan macam apa yang merasukiku sampai ingin sekali tau mengenai hidup orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tak tau setan macam apa yang merasukiku sampai ingin sekali tau mengenai hidup orang lain. Bukannya terlalu tak acuh—selama ini, aku hanya sibuk mengasihani diriku yang serba kekurangan. Berjalan menunduk sembari menyaksikan ujung sepatuku yang telah kotor dan tetap melangkah sendirian.

Sunwoo, Eric, Hwall beserta lotus mendadak jadi topik yang menggema terus menerus di kepalaku. Menikam dengan seribu tanya yang menjulang sampai mengubur fokusku pada ruanganku yang redup ini.

Namun hanya beberapa menit setelah sekali lagi aku menatap nanar pada kumpulan foto-foto yang sengaja aku pasang di ruangan ini. Rupanya masih sama. Bagaimana mungkin gambar beku bisa berubah? Atau, bagaimana mungkin aku bisa menatapnya dengan cara yang berbeda? Aku dan foto-foto yang kupajang tak pernah punya hubungan baik.

Sejak malam kemarin, aku merasa perutku seperti di pelintir. Dan itu datang berulang kali. Mungkin karena aku makan sembarangan. Sambil menahan sakit aku segera keluar dengan hanya mengenakan setelan hoodie abu-abu, beserta celana longgar berwarna hitam.

Sesampainya di apotek aku segera membayar obat sakit perut yang memang biasanya aku konsumsi. Aku mengantri dengan sabar meski perutku rasanya seperti sedang di tusuk oleh benda tajam.

"Kau mau duluan?" Orang di depanku memutar badannya. "Sepertinya kau kesakitan. Kau bahkan berkeringat."

Aku menundukkan badanku sebagai bentuk terimakasih. Pemuda itu mundur dan mempersilahkanku untuk membayar lebih dulu.

"Kau tidak ingat aku?" Ujarnya dari belakang. Aku mengerutkan kening mencoba menerka di dalam hati.

"Aku orang yang kau temui di depan rumah semalam." Ujar pemuda itu dengan irama yang terdengar ramah.

"Ah, maaf," ujarku singkat karena tak mengenalinya.

Setelah membayar akupun keluar dari apotek tersebut dan langsung meminum obat lengkap dengan air mineral yang kubawa. Tak lama setelah itu, pemuda tadi mencegatku ketika aku ingin segera melangkah pulang.

"Kau sudah membaik?" Tanyanya.

Aku mengangguk heran. Bertanya-tanya apa yang ia inginkan dari orang sepertiku.

"Ada apa? Langsung saja," ucapku.

Ia menunjuk kursi di depan apotek. Letaknya tepat di bawah pohon rindang. "Mau bicara sebentar denganku?"

─⊹⊱☆⊰⊹─

Kupandangi wajah itu sampai bosan—meski tak ada yang berubah. Barangkali ia gelisah kutatap seperti itu, namun aku saja yang tidak paham.

Pemuda itu berdehem. "Pertama, ayo kenalan. Aku Sangyeon, kakaknya Sunwoo."

Aku menjabat pelan tangan itu. "Haknyeon."

Suasana terasa canggung. Sepersekian detik berikutnya hanya di habiskan Sangyeon untuk mencoba memilah kata dengan baik untuk diucapkan—berdasarkan prediksiku.

"Kau kenal Sunwoo dari mana?" Tanya Sangyeon langsung kepada intinya.

"Aku baru dua kali bertemu dengannya," jawabku.

"Sunwoo, Hwall, Eric—kau bertemu ketiganya?" Tanya Sangyeon.

Aku semakin mengerutkan keningku, kenapa pertanyaan remeh itu terkesan amat penting sekarang? Apa yang sebenarnya terjadi sampai fakta bahwa aku mengenal tiga orang itu saja—membuatku merasa seperti sedang diinterogasi seperti ini?

"Iya. Memangnya kenapa?" Aku balik bertanya karena sudah kepalang penasaran.

Giliran Sangyeon yang kini terdiam. Aku hanya bisa menebak—barangkali, ia agak terkejut denganku. Tapi, apakah bertemu dengan tiga orang pemilik lotus merupakan sesuatu yang mengejutkan? Aku pikir tidak. Pasti ada sesuatu.

"Kau benar-benar bertemu mereka?" Tanya Sangyeon lagi untuk meyakinkan.

Aku mengangguk dan menampikkan ekspresi bahwa aku bersungguh-sungguh.

"Dan kau tak merasa aneh?" Timpal Sangyeon lagi.

Kali ini aku menggeleng meski dengan ekspresi sedemikian bingung.

Melihatku seyakin itu, Sangyeon mengeluarkan secarik foto. Dia tidak tau bahwa aku tak pernah punya hubungan baik dengan gambar beku. Tapi aku tetap menatap ke arah yang ia tunjuk.

Di dalam sana, terdapat wujud tiga orang yang saling berangkulan. Mereka memegang masing-masing satu untai gantungan bunga lotus dengan warna yang berbeda.

Aku menelan ludah.

Sepertinya Sangyeon mengerti sesuatu setelah melihat ekspresiku.





"Kau—ternyata tak benar-benar bertemu ketiganya, kan?"


TBC

lotus eater ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang