•| Love Again

1K 101 4
                                    



Kali ini Yoongi ingin menyerah, ia lelah, ia tak mau lagi diperlakukan seperti ini walaupun ia tahu bahwa ia sangat mencintai Jimin.

Jimin adalah semestanya, memang, namun Yoongi sudah cukup merasa terluka sejauh ini.

Berasa hanya ia sendiri yang menaggung beban kisah cinta mereka sedangkan Jimin bersenang-senang mencari cinta yang lain.

Yoongi ingin Jimin saja yang mengutarakan perpisahan, ia tak ingin menjadi orang pertama yang harus mengucapkan selamat tinggal, ia tak ingin melihat reaksi Jimin nantinya.

Walaupun Yoongi tahu, Jimin tak pernah benar-benar mencintainya. Jalinan kasih ini hanya sebuah cerita di atas rasa kasihan Jimin.

Yoongi tahu, tahu sekali bahwa Jimin lebih mencintai orang lain.

Maka dari itu, tak apa kali ini ia akan memberanikan diri untuk mengutarakan apa yang ia mau.

"Jimin, sedang sibuk?" Yoongi ikut duduk di sofa bersebelahan dengan Jimin.

"Tidak hyung, ada apa?" Tanya Jimin sembari meletakan ponselnya.

"Aku ingin bicara, penting."

"Bicara saja."

"Mari bercerai."

Sudah Yoongi duga, tak ada reaksi menyedihkan apapun yang keluar dari wajah Jimin. Ekspresi pria manis itu masih tetap tenang, sejemang sebelum Jimin menatap Yoongi tepat di mata.

Mereka diam, dan Yoongi tahu tatapan Jimin bukanlah tatapan sebagaimana seseorang mencintai pasangannya, tatapan itu hanya tatapan kasihan.

"Kenapa?" Lirih Jimin.

Yoongi masih kuat tersenyum, "karena aku tahu kau tak mencintaiku Jimin, aku tahu kau terkekang dalam rasa kasihan di pernikahan ini. Aku tahu Jimin, sekarang aku ingin membuatmu bebas dan berhenti melakukan segala kepura-puraanmu. Aku baik-baik saja."

Mata Jimin bergetar, ini seharusnya tak berakhir demikian. Seharusnya ia sadar sejak dulu jika ia mencintai Yoongi namun tak tahu cara mengungkapkannya.

"T-tapi.. Mama dan Papa—"

"Aku yang urus, kau tinggal tandatangani ini." Yoongi mengulurkan selembar kertas putih rapi dengan kalimat gugatan cerai.

Mata Jimin bergetar lagi, ia tidak mau.

"We can learn to love again." Pintanya pada Yoongi saat pria itu menyerahkan pulpen.

Yoongi lagi-lagi tersenyum, dan Jimin benci melihat senyum yang pura-pura kuat itu.

"We can, but not each others." Jawab Yoongi. "Kau punya waktu sampai jam 2, aku akan pergi sebentar untuk mengurus sesuatu, sampai jumpa, Park Jimin."

Yoongi mendekat dan mengecup dahi Jimin untuk yang terakhir kali, ia harus segera pergi sebelum air matanya meluncur di hadapan Jimin. Ia hanya ingin Jimin tahu bahwa ia baik-baik saja.

Saat suara pintu ditutup terdengar nyaring, air mata Jimin jatuh. Berjatuhan saling menyusul dengan isakan yang kian membesar.

"Hiks.. hyung, Yoongi hyung.. maafkan aku. Aku juga mencintaimu hyung. Kembali kumohon!"

Isakannya membesar dengan kalimat patah-patah yang tak jelas.

Dan hari itu, merupakan hari penyesalan terbesar untuk Jimin.

••••

jangan nangis

Interlude: Bad but feels GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang