Rifki

4 2 0
                                    

Hening.

Rifki membersihkan perpustakaan dalam diam,dalam hati terus mengumpat karena pekerjaannya tidak selesai juga.

Mata lelaki itu terus meneliti setiap rak buku yang membuatnya pusing.

Rifki bukan termasuk siswa pintar disekolah,namun jika dikategorikan lelaki itu termasuk kedalam jajaran most wanted sekolah karena yaaa wajahnya itu.

"Sudah?"tanya Bu Repa--penjaga perpustakaan.

Rifki mengangguk sambil menyimpan kembali kemoceng pada tempatnya.

"Sudah Bu,saya pamit kekelas dulu." Bu Repa mengangguk sebagai balasan.

Rifki berjalan cepat kekelasnya,hari ini ada ulangan harian dari pak Daris dan dirinya tak mau mengikuti susulan.

Tersisa satu jam tak masalah kan?

***

"Jam Lo disembunyiin lagi?"tanya Jojo sambil meminum isotoniknya.

Rifki yang duduk dihadapannya menghela,lalu memakan batagor yang hanya dilumuri kecap saja.

"Tau sendiri Nada usil,"gerutu Rifki membuat Hulung tertawa.

"Hiperaktif banget anaknya,"lanjutnya sembari meminum air putih.

Hulung,Jojo,Gio,dan Reyhan hanya terkekeh membayangkan tingkah anak kecil itu.

"Gue gak sadar dikelas ada cewek nama Dara." Hulung menoyor kepala Rifki kesal.

"Ngurus anak Mulu jadi gini,"ejek Reyhan.

"Dari kelas sepuluh Lo gak tau?!"tanya Jojo tak percaya. Rifki mengangguk seraya kembali melahap batagornya.

"Wajar sih,dia anaknya pendiem parah,"ucap Hulung.

"Dara tuh satu spesies sama Gio." Gio menoleh kearah Jojo yang tadi berbicara.

"Irit bacot haha,"celetuk Reyhan membuat semua tertawa kecuali Gio dan Rifki.

***

"Mami kacamata Lusi mana?!"

"Kamu tadi simpen dimana?"tanya cowok dengan alis tebal itu,menghampiri anak perempuan yang tadi berteriak.

Si gadis kecil itu tersenyum kecut lalu menggeleng,"Lusi lupa Mami."

"Udah berapa kali kakak bilang panggil kakak itu Kak Iki aja jangan ikut-ikutan mereka!"

Rifki,cowok dengan wajah tampan itu menghela napasnya. Lusi--gadis kecil itu memperlihatkan wajah lucunya membuat Iki luluh dan kini sibuk mencari benda yang dimaksud.

"Mami!"

Brukkk

"Aduh Nis,bisa gak Lo jangan ngagetin gue Mulu?!"gerutu Iki mengelus pantatnya yang mendarat dengan mulus diatas lantai.

Nisa,cewek yang berbeda setengah tahun darinya hanya bisa tertawa terbahak menyaksikan temannya yang terjatuh karena ia kagetkan dari dalam lemari.

"Sorry Mami,salah siapa gak ngetuk dulu pintunya?"tanya Nisa dengan wajah tengilnya.

"LO PIKIR PINTU RUMAH HAH?!"kesal Rifki yang kini sudah berdiri dan berkacak pinggang dihadapan Nisa.

"Mami kenapa marah-marah?gamau cariin kacamata Lusi?" Gadis berumur 6 tahun itu menyembul dari balik selimutnya. Matanya kini sudah berembun menandakan ia akan menangis sebentar lagi.

Rifki bergegas mendekap anak itu,"enggak Lusi sayang kakak lagi marahin kak Nisa tuh yang dari pagi diem di lemari."

Nisa melangkah mendekat,cewek berambut ikal itu duduk di pinggir kasur berwarna Pink milik Lusi.

"Lo sih marah-marah Mulu!cowok kok pms?"sungut Nisa mengelus kaki mungil Lusi yang tertutup selimut.

"Bacot Mulu Lo jadi orang,sana cuci piring!dari subuh gue ya yang ngurus rumah sama anak-anak disini!gue aduin nyokap gue biar Lo dihapus jadi anak angkatnya!"ancam Rifki yang berhasil membuat Nisa keluar dari kamar Lusi.

"Mami jangan marahin kak Nisa terus,Kak Nisa diem didalem lemari kan soalnya Kak Nisa takut dipergokin Mami lagi teleponan sama pacarnya,"ucap Lusi polos membuat kemarahan Rifki menambah berkali-kali lipat.

"Lusi sekarang tidur ya?udah jam 7 malem,nanti besok lagi baca bukunya. Kalo gak ketemu kakak beliin kacamata baru." Rifki menurunkan selimut Lusi hingga sebatas dada anak itu.

Mengelus rambut pirang milik Lusi,lalu mencium kening anak itu singkat.

"Selamat malam Mami!" Rifki tersenyum setelahnya mematikan lampu kamar yang didominasi warna Pink itu.

***

Rifki melangkah memasuki kamarnya,merebahkan tubuh yang letih seharian ini kesana kemari mengurus kelima anak yang diangkat oleh Ibunya.

"Andai Lo masih disini Nad,pasti Lo bangga karena sekarang gue bisa gantiin posisi Lo ngurus mereka,Lo kemana Nad selama tiga tahun ini?pergi ninggalin gue dengan sejuta pertanyaan,apa gue masih bisa berharap Lo balik kesini?dalam wujud Nadia yang sama?"

Tak terasa Rifki menangis dalam diamnya,matanya menyapu seluruh ruangan serba putih dengan aksen hitam. Kedua warna itu menyatu dalam kamarnya yang terang.

Rifki tak suka kegelapan,ia tak suka kesunyian,dia tak bisa hidup sendirian.

"Mah,bawa Nadia pulang,"lirihnya penuh harap.

Dara(OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang