Seorang gadis bermata hitam gelap berjalan tergesa-gesa di sepanjang koridor. Ia bahkan tidak peduli dengan kebisingan yang ia buat disetiap langkahnya.
Wajahnya tampak begitu serius. Membuat siapa saja yang baru pertama kali bertemu akan mengira bahwa dirinya adalah tipe kating yang galak nan judes. Padahal faktanya, ia hanyalah mahasiswi tingkat dua dengan sifat ceria dan ramah, kadang-kadang bisa berubah jadi ganas juga sih.
Si gadis terus berjalan ke arah perpustakaan, karena tujuannya memang kesana. Ia harus meminjam sebuah buku dari sana.
Baru saja akan masuk, ia mendengar suara orang yang sedang membentak lawan bicaranya dari arah belakang perpustakaan. Tanpa ragu, si puan tetap menghampiri asal suara.
Matanya membulat kaget. Disana ada seorang laki-laki yang sudah habis babak belur dan empat orang laki-laki seumuran yang tertawa puas.
"Heh, kalian!" panggilnya marah. Keempat laki-laki tersebut menoleh cepat.
"Wah, ada penyelamat lu, Rash," ejek salah satu dari mereka.
"Cowok apaan lu, diselamatin kok sama cewek," tambah yang lainnya.
"Halah, palingan dibentak dikit aja udah nangis," lantas mereka tertawa terbahak-bahak.
"Bingung gue. Kalian cowok bukan sih. Kok banyak bener ngomongnya," kini giliran dirinya yang tertawa puas.
"Jangan sembarangan kalau ngomong."
"Lah, gue ngomong berdasarkan apa yang gue liat doang sih. Gini aja, kalau kalian emang beneran cowok, salah satu dari kalian maju lawan gue. Satu lawan satu, bukan keroyokan," tantangnya.
"Main-main sama kita dia. Sana Do. Lu aja yang ngurusin cewek sok jago kayak dia. Gue males," jawab si cowok yang daritadi cuma bisa ngomong. Si 'Do' pun maju dengan muka songongnya.
"Tapi gue punya perjanjian," ucap si gadis.
"Apaan?"
"Kalo gue menang, lu pada bakalan gue laporin dan jangan pernah ganggu dia," jawabnya sambil menunjuk laki-laki yang sedang menahan sakit, "oh iya. Minta maaf juga ke dia."
"Oke. Kalo gue yang menang, lu harus jadi babu gue sama temen-temen gue selama tiga bulan," si gadis mengangguk setuju.
Setelah itu, Kasi berkali-kali berhasil membuat lawannya jatuh. Melawan manusia murni adalah hal yang tidak terlalu sulit baginya. Karena sejatinya Kasi selalu diajarkan untuk membela diri dari packnya.
Teman-teman si laki-laki pun terkejut. Mereka berbondong-bondong menghampiri Kasi. Hendak mengeroyoknya.
Tapi Kasi dengan cepat memelintir tangan lawannya ke belakang badannya sendiri, "Gue bilang, jangan keroyokan. Atau sohib lu bakalan patah tulang tangannya."
Mereka mundur kembali. Muka dingin Kasi terlampau menyeramkan saat ini. Lantas ia menjatuhkan lawannya, "Masih mau lawan gue?"
Lawannya menggeleng berkali-kali.
"Oke gue menang. Lu, minta maaf sama dia dan tinggal tunggu panggilan maut besok."
Tak ada satupun dari mereka yang bergerak dari tempatnya. Kasi geram, "Selain suka keroyokan, ternyata lu pada ngga bisa ngelakuin apa yang udah kalian setujuin, ya."
Tetap, tak ada dari mereka yang bergerak.
"Oh kalian juga mau gue bikin babak belur?!" sentak Kasi galak. Mereka menggeleng serentak dan buru-buru meminta maaf kepada korbannya. Lalu mereka pergi tanpa menatap Kasi.
"Eh, ayo gue obatin," ajak Kasi kepada si korban. Ia menarik tangan laki-laki tersebut dengan pelan menuju mobilnya.
Saat sudah sampai di mobil, Kasi membuka pintu penumpang depan dan mengambil kotak P3K dari dalam dashboard.
KAMU SEDANG MEMBACA
merges; 00L
Fanfictionketika penerus terkuat dari setiap klan menjadi satu, untuk melawan musuh terbesar mereka. © yourwaybackhome, 2020