"Alyn!" panggil Gwen dari arah berlawanan.
"Lah, Gwen? Kok bisa nyasar kesini?" tanya Alyn yang heran atas kedatangan Gwen di fakultasnya.
"Pengen jemput lu aja sih," jawabnya.
"Jemput pake apa neng? Karpet terbang?"
"Maunya gitu. Tapi lu sama Kasi ngga bisa bikin karpet terbang," sedih Gwen sambil pura-pura mengelap air mata, "gue diantar sama temen gue buat jemput lu. Gitu maksudnya."
"Ohh, punya temen ternyata."
Gwen berdecak kesal. Omongan Alyn kadang-kadang suka ngga difilter dulu makannya nyebelin.
"Udah ah males ribut gue. Ayo cabut."
"Emang mau kemana sih?"
"Mau ke rumah. Si Aarash ngajakin kumpul."
"Ya udah pulang duluan aja. Nanti gue nge-ojol. Masih ada urusan soalnya."
Gwen mengangguk dan berlalu meninggalkan Alyn setelah berpamitan.
Alyn pun melanjutkan perjalanannya menuju ke tempat tujuan. Ada satu hal yang harus si gadis berambut hijau itu pastikan.
Sampailah dia di depan sebuah ruangan yang beberapa hari ini lagi diliputi isu horror.
Dari kesaksian para mahasiswa, mereka pernah mendengar suara barang jatuh dari dalam. Tapi saat akan mereka cek, pintunya di kunci dari dalam. Yang bersangkutan sama kunci ruangan itupun bilang kalau kunci yang ada di beliau hilang.
Kalau udah gitu, siapa yang ngga heran coba?
Akhirnya karena rasa penasaran Alyn sudah tidak bisa ditahan, ia memberanikan diri untuk mengunjungi ruangan itu sendirian.
Ia berusaha untuk mencari celah dari sela-sela jendela agar bisa melihat ke dalam. Ya walaupun sedikit mustahil karena gorden yang menutupi jendela-jendelanya sepeti tidak memiliki celah.
Tapi sebuah harapan muncul. Ia berhasil menemukan lubang kecil di dekat pintu. Alyn pun mengintip ke dalam lewat situ.
Ya ampun Lyn kamu berdosa banget ngintip-ngintip orang.
Awalnya tidak ada yang salah dengan ruangan itu. Sudah lima menit Alyn bertahan dengan posisi menunduk namun ia tidak menemukan apapun.
Akhirnya Alyn menegakkan badannya. Kelamaan bungkuk bikin punggung Alyn pegel.
"Kok ngga ada apa-apa ya?" tanya Alyn pada diri sendiri.
Ia mengangkat tangan setinggi mungkin dan meregangkan punggungnya.
Srett
Tangan Alyn yang sedang terangkat ditarik masuk oleh seseorang dari dalam ruangan. Otomatis ia terjungkal dan masuk ke ruangan.
Pintu terkunci. Alyn melihat kesana-kemari kebingungan. Ia berusaha untuk mencari seseorang di tengah gelapnya ruangan. Sampai netranya menangkap sepasang mata dengan warna merah terang.
Sejenak Alyn terpaku dengan mata tersebut.
Sedangkan lelaki bermata merah itu tersenyum miring karena berhasil memikat Alyn dengan matanya. Perlahan ia mendekat ke arah Alyn dengan taring yang mulai mencuat dari bilah bibirnya.
"Jangan gigit gue. Gue ngga mau jadi half blood," ucap Alyn sambil menahan kening si laki-laki dengan telunjuknya.
"Bentar, berarti kita sama?!" tanya si laki-laki.
Alyn mengangguk. Dan vampire di hadapannya hanya tediam. Dia ngga menyangka akan bertemu dengan orang yang 'sama' dengannya.
"Lu apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
merges; 00L
Fanfictionketika penerus terkuat dari setiap klan menjadi satu, untuk melawan musuh terbesar mereka. © yourwaybackhome, 2020