"Jika kita bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta,
pasti hidup dan dunia tak akan pernah mengejutkan dan berwarna"
--o0o--
"perfect" aku tersenyum puas melihat hasil kerja kerasku hari ini.
"serius?"
Aku hanya menganggukan kepala sebagai jawabannya.
Oke!!! ini namanya modal nekat, bukan Cuma aku tapi sahabatku sendiri tak kalah nekat, mempercayakan moment special seumur hidupnya pada seorang wedding organizer amatiran sepertiku.
Wedding organizer?... ya sebelumnya aku akan jelaskan pada kalian, aku adalah seorang wedding organizer, tapi bisa dibilang aku masih terlalu baru menggeluti pekerjaan ini...
Sekalipun aku baru... hey... tolong jangan remehkan kemampuanku satu ini.
Jujur Ini pertama kalinya aku memegang event sebesar ini, sebuah acara pernikahan yang seharusnya ditangani oleh seorang ahlinya, tapi entah kenapa sahabatku satu ini yang masih aku pertanyakan tingkat kewarasannya tetep keukeuh memintaku menjadi WO (wedding organizer) nya.
aku bukannya tidak mau, hanya saja, sejujurnya aku masih kurang percaya diri, mampukan usaha yang tengah aku rintis ini bisa di terima banyak orang, bahkan selakipun aku pernah beberapa kali terjun menjadi asisten beberapa vendor yang sudah berpengalaman, tetap saja rasanya berbeda.
oke, balik lagi ke sahabatku satu ini, gadis itu bahkan jauh-jauh hari memintaku merancang sendiri baju pengantin yang hari ini ia kenakan saat akad, oh good, kenekatan mana lagi yang tengah kita lakukan berdua.
Tapi sejujurnya aku tetap bersyukur, bukankan untuk semua hal akan ada kali pertama yang akan kita lalui.
"udah waktunya keluar belum?" suara Nina mengagetkanku, mengembalikan alam sadarku.
"belum... nanti kalau udah ijab Qobul baru boleh keluar"
Gadis itu memanyunkan bibirnya, terlihat raut wajah kecewa disana, ya tuhan... apa sebegitu tak sabarnya ia bertemu dengan sang pujaan hati.
Ngomong-ngomong tentang pujaan hatinya, aku masih tidak menyangka jika mereka berdua akhirnya berjodoh, dulu saat aku mengenalkan mereka berdua aku tak pernah menyangka jika mereka akan pada tahap seserius ini.
Aku tidak ingin mengatakan jika aku adalah makcomlang mereka, peranku hanya sebatas mengenalkan mereka berdua, itu saja.
"sabar... nanti juga keluar kalo udah waktunya" ujarku santai, sejujurnya aku ingin tertawa melihat tingkahnya seperti itu.
--o0o--
"buruan cepet baris, estafet buat nerima seserahan, bawa kekamar pengantin aja seserahannya" seru para ibu-ibu diluar sana
"ini mana panitia laki-lakinya, kenapa pada sembunyi, cepet baris" ucap suara ibu-ibu yang lain,
Seketika suasana menjadi ricuh setelah ijab qobul selesai, para ibu-ibu dan panitia mulai membentuk sebuah barisan untuk menerima barang-barang seserahan dari pihak laki-laki.
Aku buru-buru ngabrit kembali ke kamar pengantin, setelah tadi aku mengantarkan Nina untuk bertemu suaminya seusai ijab Qobul.
Dengan cekatan aku merapihkan alat makeup dan beberapa baju pengantin yang tadi masih berantakan di dalam kamar, di bantu dengan Mbak Risma yang hari ini menjadi Asistenku, menata kembali agar tertata rapi seperti semula.
"ini disimpan dimana ya?" sebuah suara mengagetkanku, membuatku menghentikan sejenak kegiatan yang tengah aku lakukan.
Aku menatap kearah sumber suara itu, beberapa detik cukup tertegun dengan sipemilik suara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
it's you
Teen FictionAku bahkan berfikir ini mimpi, apa mungkin cinta itu pergi meninggalkanku dengan cara seperti ini, Dia pernah berjanji akan selalu membahagiakanku selamanya, tiba-tiba pergi dengan cara yang begitu menyakitkan, hingga aku tak tau, bagaimana cara be...