Eleven

357 44 5
                                    

Keeseokan hari, di minggu malam. Mingyu memberhentikan kendaraan tepat dirumah seokmin.

Ia bisa melihat seokmin sedang duduk diteras sambil menulis sesuatu. Sepertinya lelaki itu larut dalam fokusnya hingga tidak mendengar suara mesin mobil yang berhenti di halaman.

Mingyu mengambil sebuah kotak yang berada di kursi penumpang. Membuka pintu mobil dan keluar dari sana. Berjalan perlahan mendekati seokmin yang masih asyik menulis sesuatu.

"Seokmin" panggil mingyu. Suaranya terdengar biasa saja, tapi jantungnya seperti hendak keluar dari dadanya.

"Apa yang kau inginkan, kim mingyu?" tanya seokmin tanpa melihat kearahnya.

Mingyu menelan salivanya gugup, tenggorokannya terasa kering.

"Mm... aku datang membawakanmu sesuatu" ucap mingyu.

Akhirnya seokmin berhenti menulis. Ia menutup bukunya dan kini memusatkan perhatiannya pada mingyu.

Mingyu menyodorkan sebuah kotak berwarna biru muda yang ia bawa tadi kepada seokmin.

"ini"

Seokmin menerima kotak itu dengan tersenyum, membuat mingyu bisa bernapas lega.

"Apa aku bisa membukanya sekarang?"

"Tentu, kau bisa membukanya"

Seokmin membuka kotak itu perlahan.

"Kau memberiku sebuah jaket?" tanyanya sambil mengeluarkan jaket dari dalam kotaknya.

"Hmm.. ya"

Seokmin tertawa, "Terima kasih banyak, aku harap ini bukan sebuah penghinaan tidak langsung karena aku selalu memakai jaket yang sama setiap hari ke sekolah"

"Eh?? tidak, tentu saja tidak. Aku hanya bermaksud memberikanmu sesuatu sebagai simbol permintaan maafku atas perbuatanku kemarin. Jika... jika kau tidak suka, kau bisa membuangnya" jawab mingyu panik.

Seokmin tertawa lagi.

"Aku tau. Sekali lagi, terima kasih banyak mingyu. Aku akan memakainya besok."

Mingyu merasakan kelegaan luar biasa di dadanya, seolah-olah beban hidupnya selama ini terangkat begitu saja.

"Benarkah? kau menerima hadiahku?"

Seokmin mengangguk.

"Terima kasih"

Seokmin mengangguk lagi.

"... dan maaf atas perbuatanku kemarin dan kemarin-kemarinnya lagi, aku memiliki banyak sekali kesalahan padamu"

"Aku memaafkanmu" jawab seokmin dengan enteng.

Begitu saja? mingyu bahkan heran karena seokmin semudah ini memaafkannya.

"Terima kasih seokmin"

"Terima kasih kembali mingyu"

Mingyu mengusap leher belakangnya yang berkeringat dingin.

"Mm.. kalau begitu, aku akan pulang sekarang. Maaf sudah menggangu waktumu" Pamit mingyu.

"Baiklah. Hati-hati di jalan" jawab seokmin.

"Selamat malam"

"Malam"

"Sampai bertemu besok disekolah?"

"Sampai bertemu besok disekolah"

Mingyu berjalan menuju mobilnya dan melambaikan tangan sebelum masuk kedalam. Seokmin membalas lambaian tangan itu dan menatap mobil mingyu yang perlahan meninggalkan halaman rumahnya.

Pintu rumah tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok sang ayah.

"Hai ayah" sapa seokmin sambil melipat jaket pemberian mingyu.

"Jadi, apa maksudnya itu?" tanya tuan Lee menyelidik.

"Dia hanya memberikanku sebuah hadiah sebagai permintaan maafnya" jawab seokmin.

"Hadiah? dia menjadi anak yang baik sekarang?"

"Dia anak yang baik, ayah tidak perlu khawatir."

"Jadi dia adalah teman sekarang?"

" Mm hm"

"Sungguh hanya teman?"

"Iya ayah, mingyu hanya teman"

"Baiklah. Aku harap kau tidak melupakan itu"

Pandangan seokmin berubah menjadi sendu. Tangannya membelai lembut jaket pemberian mingyu, ia bahagia namun perasaan sedih nya lebih mendominasi.

Ayah seokmin tentu saja tau dengan perubahan ekspresi anaknya.

"Masuk ke kamarmu seokmin, udara semakin dingin diluar sini"

Ayah seokmin membelai rambut anaknya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Ayah tau seokmin. Ayah hanya tidak ingin kalian berdua saling tersakiti pada akhirnya nanti...








Hi, sorry for the late late lateeee update. apakah kalian masih membaca cerita ini?
i'll continue this story again after a long hiatus, i hope u enjoy it💕

ONLY HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang