boncap 2

873 65 8
                                    

Ini boncap yang satunya. Semoga kalian menyukainya dan jangan lupa vomentnya yang selalu kutunggu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Usia kandungan Guanlin sudah memasuki sembilan bulan dan perkiraan dari dokter dia akan melahirkan satu minggu lagi.

Sekarang Guanlin sedang berada di rumah orang tua Wooseok. Semenjak usia kandungan Guanlin memasuki sembilan bulan, Wooseok menyuruh agar Guanlin tinggal bersama orang tuanya saja. Biar ada yang mengawasi Guanlin dan jaga-jaga bila Guanlin akan mengalami kontraksi mendadak.
Wooseok sebenarnya tuh takut akan terjadi sesuatu pada Guanlin saat melahirkan nanti. Apakah dia bisa menemani Guanlin saat melahirkan? Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik nantinya? Itulah yang menjadi beban pikirannya akhir-akhir ini.

"Wooseok hyung kenapa?" tanya Guanlin yang melihat Wooseok sedang melamun.

"Eh. Aniyeo.... Kamu udah selesai mandinya?" Wooseok yang berdiri dari duduknya di atas kasur. Dia berdiri di belakang Guanlin yang sekarang sedang duduk di meja rias.

"Udah," jawab Guanlin sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk.

"Hyung mandi sana" suruh Guanlin. Dia menatap Wooseok dari pantulan cermin di depannya, yang kebetulan juga Wooseok sedang menatapnya.

Wooseok kemudian menyudahi acara tatap menatap mereka. Dia memilih untuk segera mandi seperti apa yang telah diperintahkan oleh Guanlin.

-------------
Setelah mandi dan berganti pakaian dengan baju tidur, Wooseok menghampiri Guanlin yang sedang mengutak atik HP nya. Guanlin sedang duduk bersender dengan nyamannya di kepala ranjang.

Terlihat Guanlin yang memakai celana piyama longgar dan kaos Wooseok sebagai atasan. Semenjak kehamilannya memasuki usia enam bulan Guanlin memang lebih nyaman memakai pakaian Wooseok, selain karena ukurannya yang besar juga karena ada bau Wooseok yang tertinggal di sana. Guanlin suka bau parfum yang digunakan Wooseok.

Wooseok naik ke tempat tidur dan langsung merebahkan tubuhnya disana.

Guanlin yang melihat Wooseok sudah disampingnya langsung meletakkan HP nya di nakas sebelah ranjang. Dia kemudian langsung memeluk Wooseok, walaupun terhalang oleh perut buncitnya.

Wooseok yang mengerti pun akhirnya memeluk Guanlin balik. Dia mengelus perut Guanlin lembut, "apa kabar anak daddy" tanyanya.

"Adek baik kok dad" jawab Guanlin sambil menirukan suara anak kecil.

"Kkk... Tidak menyusahkan mommy kan hari ini?" tanya Wooseok lagi yang masih betah mengelusi perut Guanlin.

"Tidak dad. Adek tidak pernah menyusahkan mommy" Guanlin tersenyum manis di akhir kalimatnya.

"Daddy sayang adek" Wooseok mencium perut buncit Guanlin. Hal itu langsung mendapat respon berupa tendangan kuat dari dalam perut Guanlin.

"Kkk... Lihat kan dad. Adek juga sayang sama daddy" Guanlin tersenyum bahagia. Dia sedikit menahan rasa sakit atas tendangan dari perutnya tadi.

"Adek sehat-sehat ya," setelahnya Wooseok beralih mencium kening Guanlin, "daddy juga sayang mommy" bisiknya setelah melepas ciumannya di kening Guanlin.

Guanlin kemudian membalas mencium kilat bibir Wooseok, "mommy juga sayang daddy" ucapnya malu-malu.

Mereka akhirnya tidur dengan nyenyak dengan Wooseok yang memeluk Guanlin dengan hati-hati karena takut menghimpit anak mereka.

Fate or notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang