Tap... tap... tap...! suara langkah kaki terdengar dari balik pintu. Membuka mata Lily yang telah lama terpejam.
Samar-samar ia melihat seseorang mendekatinya.Entah apa yang dilakukan orang itu. Kesadaran Lily belum kembali sepenuhnya. Tubuhnya terasa begitu lemas dan sulit untuk digerakkan.
Tak lama orang itu meninggalkannya, terdengar suara pintu yang dikunci dari luar.Lily membuka matanya lebar-lebar kini kesadarannya sudah mulai pulih. Betapa terkejutnya ia melihat sekelilingnya.
Dimana Aku ? Bukankah aku sedang dirawat di rumah sakit ? Matanya berkeliling melihat seluruh isi ruangan itu.
Semua tampak asing baginya, ia pun segera turun dari tempat tidurnya dan membuka tirai jendela yang ada dihadapannya.
Alangkah terkejutnya ia seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Pemandangan yang sungguh jauh dari dugaannya.
Hamparan luas seperti gurun tandus, langit yang berwarna biru tua dihiasi bintang-bintang yang tampak sangat dekat. Seakan ia sedang berada di planetarium.
Tiba-tiba pandangannya terhenti pada sebuah benda biru yang tampak begitu besar dan indah. Benda itu mirip seperti bulan dengan ukuran yang berkali lipat lebih besar. Lili membelalakkan matanya ia tak percaya, benda itu mirip sekali dengan bumi.
Iya, itu adalah bumi!, Lili merasa sangat yakin.
Kalau benar benda itu adalah bumi berarti aku ada dimana? Bulankah? Oh Tuhan..tidak mungkin!
Tubuh Lili sekonyong-konyong ambruk jatuh ke lantai. Ia menarik nafas panjang berusaha menenangkan diri. Kepalanya terasa pening. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi kepadanya.
"Hey.. makhluk bumi!", Lily terperanjat dan menoleh ke arah datangnya suara itu. Betapa terkejutnya ia, ketika melihat seseorang keluar dari balik dinding tepat di tempat dirinya jatuh terduduk.
"Sstt..! Jangan berteriak jika kau tidak ingin penjaga di luar mengetahuinya" Sahut pemuda berkulit pucat sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir Lily.
Lily menutup rapat mulutnya dan berusaha menahan teriakannya.
"Bagaimana bisa orang itu keluar dari dinding dengan mudahnya, apakah dia itu hantu? hah..!!" Gumamnya, wajah Lily pucat pasi, tubuhnya serasa membeku karena ketakutan.
Perlahan pemuda itu mendekatinya. Rambut, kulit serta pakaian yang dikenakannya serba putih seperti salju. Hanya bola matanya saja yang terlihat indah berwarna biru seperti lautan. Kemudian, bibir pink pucat itu tersenyum membuat rasa takut Lily berangsur memudar. Entah kenapa ia merasa pemuda itu tidak jahat.
"Hmm..jadi seperti ini makhluk bumi?" Pemuda itu mengerutkan dahinya. Ia menilik Lily dari ujung rambut sampai ke ujung kaki membuat Lily merasa risih.
"Ka..ka..kau..siapa?!" Ucap Lily terbata-bata.
"Aku? Oh..ya kenalkan namaku.. Mmh..namaku..siapa ya? Kenapa aku tidak ingat?!" Pemuda itu termenung sambil memegang dagunya yang bulat seperti telur.
Ia benar-benar tidak mengingat namanya atau agak sedikit bodoh ya?! Lelaki yang aneh, gumam Lily.
"La..lalu..itu tanda pengenal dibajumu tertulis Raya2057?" Jari telunjuk Lily mengarah ke kemeja putih yang dikenakan pemuda itu.
"Oh..iya namaku Raya haha..iya aku ingat sekarang dan aku tahanan nomor 2057"
"Hah! Tahanan?! Maksudmu kamu dikurung di sini?"
"Hmm.. sepertinya begitu, tubuhku terkurung dalam kapsul. Wujudku yang sekarang adalah rekayasa chip yang merekam gelombang otakku dan merefleksikannya dalam wujud ini. Kau pasti tahanan baru, benar?!", Jarinya menunjuk pakaian Lily yang tidak jauh berbeda dengan kemeja yang dipakai Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetanggaku di Bulan
Science FictionLily terkejut bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya. Iya menjadi tahanan di bulan. Lily bertemu dengan penghuni tahanan lain yang bernama Raya dalam bentuk hologram. Karena tubuh Raya yang asli terperangkap dalam kapsul. Raya menyanggupi per...