Benar apa yang dikatakan Raya, makhluk reptil itu meninggalkannya sendiri setelah mereka mengambil darahnya. Lily segera beranjak dari tempat ia berbaring. Namun, tubuhnya terasa lemas dan kepalanya pening. Sepertinya makhluk reptil itu menyuntikkan sesuatu agar tahanannya tidak mencoba melarikan diri.
Lily berusaha sekuat tenaga mengumpulkan kesadarannya. Dengan susah payah ia mampu bangkit dan berjalan meninggalkan ruangan itu. Bola matanya berkeliling melihat situasi. Setelah dirasa aman perlahan Lily berjalan sambil melihat jam tangannya.
Ia teringat bahwa ada tiga belas ruangan yang harus dilewati untuk menuju kapsul Raya. Ia perlu menghitung dengan cepat berapa waktu yang diperlukan untuk sampai di sana. Ini mirip dengan aritmatika menghitung barisan angka, pikir Lily.
Lily berhasil melewati satu ruangan dalam waktu 2 menit. Kemudian ia berjalan lagi menuju ruangan yang ketiga. Ia melihat jam tangannya, dan ia menghabiskan waktu 8 menit, lebih lama dibandingkan saat melewati ruangan pertama. Mungkin karena penerangan yang kurang serta lorong yang berliku.
jika ruang pertama disebut suku pertama (U1) dilambangkan dengan (a) = 2 menit dan ruang ketiga adalah suku ketiga (U3) = 8 menit, maka untuk sampai ke ruangan tiga belas (U13) Lily perlu menghitung beda (b) setiap ruangan. Lily mengeluarkan gawai dari sakunya. Beruntung benda pintar itu terbawa olehnya. Ia harus segera menghitungnya dengan cepat sebelum ada penjaga yang lewat.
U3 = a + b (3-1)
8 = 2 + 2b
2b = 8 - 2
b = 3
jadi waktu yang diperlukan untuk sampai ke ruangan 13 (U13) adalah 2 + 3(12) = 38 menit.Tanpa berlama-lama Lily segera pergi menyusuri koridor yang berpenerangan redup itu. Dengan kondisinya yang lemah, ia cukup kesulitan untuk mencapai ruangan ketiga belas tepat waktu. Namun, ia berusaha memastikan dirinya untuk tidak membuang waktu banyak.
Akhirnya, ia sampai di ruangan tempat kapsul Raya berada kurang lebih 40 menit lebih lama 2 menit dari perkiraan. Karena, ia mesti bersembunyi, menghindari para penjaga saat melewati koridor. Lumayan, masih ada waktu yang tersisa untuk membuka dan membangunkan Raya dari kapsul, pikirnya. Lily memang sama sekali tidak mengetahui bagaimana bentuk kapsul dan cara pengoperasiannya.
Ia terpana dengan sosok yang terbaring di dalam kapsul yang terbuat dari kaca itu. Raya yang tertidur begitu damai. Seperti kisah Puteri salju yang sering dibacanya waktu kecil. Hanya saja yang kini berada di hadapannya bukanlah Puteri melainkan pangeran. Pangeran Salju..!, pekik Lily dalam hati.
Apa yang terjadi dengan diriku? Malah berpikir yang tidak-tidak, Gumamnya. Lily segera menepis pikirannya, berapa banyak waktu yang terbuang saat ia hanya berdiri dan terpana di sana. Lily tak berhenti mengutuki dirinya sambil mencari tuas untuk membuka kapsul itu.
Menggunakan naluri dan logikanya ia melirik sebuah tombol berwarna merah kemudian menekannya. Seketika dinding kaca yang menutupi tubuh Raya mulai terbuka. Udara dingin menyeruak dari kapsul itu.
Tubuh Raya membeku, Ia berusaha sekuat tenaga memindahkan tubuh Raya dari kapsul agar tubuhnya beradaptasi dengan udara luar yang lebih hangat.
"Ternyata tubuh kurusmu ini tidak ringan seperti dugaanku. Ah..Raya ayo bangun berat nih..", Lily membopong Raya.
Karena ia tak dapat menopang berat tubuh Raya, alhasil ia terjatuh. Tubuh Raya pun tergelincir dan menghantam lantai cukup keras.
Benturan itu membuat Raya tersadar dari tidur panjangnya. Ia terbatuk-batuk, mulut serta hidungnya mengeluarkan asap seperti es yang mencair.
Perlahan warna kulitnya berubah hanya warna rambutnya saja yang tetap putih berkilau. Wajahnya merona tak sepucat wajah Raya hasil rekayasa chip yang dilihat Lily pertama kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetanggaku di Bulan
Science FictionLily terkejut bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya. Iya menjadi tahanan di bulan. Lily bertemu dengan penghuni tahanan lain yang bernama Raya dalam bentuk hologram. Karena tubuh Raya yang asli terperangkap dalam kapsul. Raya menyanggupi per...