Suspicious

442 68 28
                                    

Kyungsoo tengah bersantai di ranjangnya. Beberapa menit lalu, ibu dua anak ini baru saja selesai mengompresi wajah Jongsoo yang lebam. Tak seperti Jongin dan Insoo, Kyungsoo sama sekali tidak merendengi putra sulungnya itu untuk bercerita jujur. Ia tahu, akan ada waktunya anak-anak mereka merahasiakan sesuatu dan akan ada waktunya pula mereka datang menceritakan masalahnya sendiri.

"Tapi aku benar-benar penasaran! Sejak kecil mereka tidak pernah berkelahi!" keukeuh Jongin.

"Pernah. Hanya saja, sekarang persoalannya berbeda. Mereka sudah besar, Jongin."

"Kau juga mencurigai mereka, kan? Pasti ada sesuatu diantara anak-anak!"

Kyungsoo mendesah sabar. Ia dan Jongin masih berdiskusi soal insiden Jongsoo dan Zifan yang sempat Jongin ceritakan.

"Apa ini soal wanita?"

"Ck! Mereka masih remaja. Tahu apa soal wanita?" bantah Kyungsoo.

"Aku yakin ini memang soal wanita. Soal cinta!"

Tawa merdu Kyungsoo berderai. Ia bahkan merunduk sampai batas hidungnya mengenai kening Jongin.

Suaminya itu memang tengah rebahan diatas paha sang istri.

"Kenapa tertawa?"

Kyungsoo menggeleng singkat lalu kembali bersandar ke kepala ranjang. Jemarinya masih setia menyisir rambut pendek Jongin.

"Aku hanya merasa geli. Tak kusangka kita sudah sampai tahap debat soal cinta untuk anak-anak itu. Rasanya baru kemarin mereka rebutan botol susu dan mainan. Sekarang...kau bahkan mengira mereka rebutan wanita." Kyungsoo tersenyum sendu.

"Aku masih sering menganggap Jongsoo dan Insoo itu bayi kecilku, Jongin."

Lelaki berkulit gelap itu hanya terdiam menyelami tatap lurus mata bulat istrinya. Ia tahu Kyungsoo sedang mengenang momen pertamanya sebagai ibu.

"Mereka akan tetap jadi bayi kecil kita." lirih Jongin.

Kyungsoo meneteskan sebulir air mata tapi tetap dengan senyum yang mengembang. Sadar istrinya mulai menangis, Jongin langsung sigap duduk dan memeluknya erat. Dia tidak berucap apa-apa. Hanya dengan beberapa kali usapan sayang di punggung saja, Kyungsoo sudah kembali tenang dan Jongin bisa langsung mencium bibirnya sekilas.

"Semakin tua, kau semakin romantis." kata Kyungsoo.

"Karena semakin tua, aku semakin tampan. Dan karena semakin tampan, semakin banyak godaan wanita-wanita muda di-"

"Kim Jongin."

Pria itu tertawa. Senang melihat raut menggemaskan Kyungsoo jika sedang marah.

"Bergurau, sayang." katanya sambil membelitkan kedua lengan ke perut Kyungsoo dan membawanya berbaring. Diperlakukan begitu, Kyungsoo jelas mengurungkan niat untuk marah. Ia malah tengah ikut cekikikan bersama sang suami yang mulai menjatuhi lehernya dengan kecupan kecil.

Tok. Tok. Tok.

Tapi kemesraan itu harus terhenti. Tiga ketukan di pintu kamar barusan secara otomatis mengubah raut wajah bahagia Jongin menjadi masam.

"Eomma, boleh aku masuk?" sahut suara Insoo dari luar.

"Ck! Dia tahu timing yang tepat, ya?"

Saat Kyungsoo masih tertawa geli, Jongin lantas bangkit untuk membukakan pintu kamar.

"Hm?" gumamnya saat bertemu wajah cantik putrinya.

"Eomma sudah tidur? Aku tidak mengganggunya, kan? Aku kesulitan menjawab soal ini, appa." Insoo memamerkan lembaran buku matematikanya.

All About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang