Timing

769 88 92
                                    

"Aneh."

Adalah kalimat yang berulang kali diucapkan Kris selama dua hari berturut-turut. Tepatnya sehari setelah kejadian Zifan memeluk Hana itu.

Anak lelakinya, yang sebelumnya terlihat murung dan mengurung diri, tahu-tahu berubah seratus delapan puluh derajat terbalik menjadi periang. Nyaris menjadi Zifan yang normal. Bedanya, kali ini pemuda itu rajin memeriksa isi lemari pakaiannya sendiri. Terkadang sampai mencoba beberapa didepan cermin. Menyisakan timbunan baju-baju yang berantakan dan pada ujungnya Zitao yang merapikan.

Tapi Kris dan Zitao jelas senang melihat perubahan positif ini. Hanya saja disisi lain mereka juga bertanya-tanya apa gerangan yang membalikkan hati Zifan begitu cepat.

"Hana. Pasti dia, kan? Oh, benar-benar! Harusnya Sehun memberinya adik perempuan supaya tidak rebutan begini!" keluh Kris di suatu malam.

Ia dan Zitao tengah sama-sama menyesap secangkir cokelat panas di ruang makan.

"Kalau kau, bagaimana?" Zitao bertanya.

Kris menoleh dengan wajah tak paham.

"Zifan. Tak mau memberinya adik juga?"

Barulah Kris tertawa lepas. Tidak disangka istrinya akan bertanya demikian.

"Bisa-bisa aku dipanggil kakek nanti." kata Kris.

"Kau tidak setua itu, sayang. Kau ini.. hot daddy!" goda Zitao.

Suaminya tertawa lagi tapi tidak membalas ucapannya. Kris masih terfokus pada Zifan.

"Tidak ada info apapun? Dari ibu-ibu lain?" tanyanya.

"Tidak. Hana juga tidak bercerita apapun pada Luhan. Dia memang pendiam, kan?"

"Benar Jongsoo? Hana memilih dia?"

Zitao mengangguk. Kris lalu menghela nafas panjang.

"Kalau Zifan ditolak, lantas kenapa dia tiba-tiba seriang ini? Kau lihat kan, anakmu berulang kali mencocokkan pakaiannya. Apa dia ada kencan?"

"Sepertinya begitu. Aku tidak pernah melihat Zifan sepeka ini terhadap penampilannya. Aku curiga, dia ada janji dengan Hana." kata Zitao.

"Tapi bukannya Hana dengan Jongsoo? Kenapa masih memberi harapan pada Zifan?"

"Kris, aku tak tahu. Aku hanya menduga! Sudahlah, biarkan saja. Toh Zifan sudah kembali normal. Ayo tidur."

Kris belum menyusul Zitao yang sudah lebih dulu naik ke kamarnya di lantai dua. Pria blasteran ini masih betah dengan pikirannya sendiri dan baru masuk ke kamar ketika isi didalam cangkir sudah kosong.

Saat orangtuanya masih saja sibuk menduga-duga, Zifan didalam kamar justru sibuk senyum-senyum sendiri. Berbaring diatas tempat tidur dan berselimut, lelaki muda ini kentara sekali sedang gembira bukan main. Berulang kali ia menoleh kesamping dimana ponsel hitamnya menyala, menampilkan satu ruang obrolan dengan nama 'Hana' bertengger di layar.

Sudah berulang kali dia membaca isi pesan-pesan disana tapi tidak juga bosan untuk mengecek kembali.

Isi pesan singkat yang berbunyi sebuah kepastian.

Hana. Hari Minggu. Di Lotte World. Aku tunggu.

Dan balasannya adalah alasan senyum Zifan terpatri semalaman.

Iya, oppa. Aku tidak lupa. Selamat tidur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

All About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang