Mizan dan Leo berjalan gontai. Menyusuri jalanan komplek yang ramai. Dengan Leo yang menyeret sepeda nya.
Terlihat, sepeda yang awal nya baik-baik saja. Saat ini sudah tak seperti awal. Ban depan yang kempes dan stang yang patah sebelah.
Entah bagaimana semua itu bisa terjadi, Mizan dan Leo jadi enggan mengingat kejadian yang membuat sepeda nya rusak seperti ini.
Satu jam sebelum nya,
"Janji ya! Lo gak ngebut bawa nya. Awas aja Lo, kalo sampe ngebut terus nabrak kandang ayam kayak tadi. Gue bunuh lo!" Ancam Mizan, tangan kanan nya meninju perut Leo.
Leo meringis, tinjuan seorang Mizan sangat perih. Padahal badan nya lebih besar dua kali lipat dari Mizan.
"Iya, santai aja. Jatuh juga ke bawah bukan ke atas," Balas Leo dengan santai.
"Bi Imah, Mizan pulang ya! Besok Mizan ke sini lagi!" Pamit nya pada Bi Imah.
Leo sudah menaiki Sepeda nya bersiap untuk pulang, di ikuti Mizan.
Kedua nya meninggalkan area warung Bi Imah, Leo yang sudah di peringati agar tidak ngebut membawa sepeda hanya menurut. Takut-takut Mizan akan menghabisi nya.
"Pan, Papi lo belum balik ya?" Tanya Leo
"Belum, masih dinas. Kenapa lo? Pasti mau minta duit kan?!" Seketika Mizan emosi.
"Gue udah kaya, ngapain Minta-minta." Sombong nya.
Mizan menjewer kuping Leo, membuat keseimbangan sepeda oleng.
"Anjer sakit Mipan! Lepasin."
"Dasar anak sombong,"
Kedua nya Bergelud, saling beradu ke toxic an tanpa di sadari di depan mereka terdapat Sebuah Comberan.
"MIPAAN LEPASIN ANJING, SAKIT BANGSAD."
"TOXIC BANGET LO MONYET!"
"PAN LEPASIN PAN DI DEPAN ADA COMBERAN,"
"HAH? AKHHHH,"
Brak,
Mizan terjatuh dari sepeda, tubuhnya hampir saja menyentuh air comberan.
Tetapi Leo tak terjatuh, ia langsung turun dan menghampiri Mizan yang sudah ingin menangis.
"Mami, pantat Mizan sakit." Isakan nya menjadi-jadi.
"Pan gue minta maaf, serius gue gak tau lo-" Ucapan Leo terpotong ketika Mizan bangun dan akan menerkam Leo hidup-hidup.
"MIPAAANNNN AMPUN PAN, AMPUN,"
"BANGSAD LO LEO!"
Leo berlari dan menarik Sepeda nya.
Mizan Yang berjalan Tertatih-tatih. Mengejar Leo yang sudah Menggoes sepeda nya.
Leo yang sudah seperti buronan, dan Mizan yang sangat murka pada nya.
Tanpa Leo sadari, di depan nya sudah terdapat Kandang ayam Pak Tejo. Karena kaget ia tak sempat mengerem sepeda dan, ia harus bertabrakan dengan kandang ayam yang tak bersalah itu.
Mizan berhenti berlari, ketika melihat Leo sudah tertindih sepeda dan beberapa ayam yang keluar dari kandang nya.
Ingin rasa nya ia membantu, tapi ia juga habis terjatuh karena Leo. Mizan reflek tertawa, tak karuan.
"Astagfirullah, Leo kamu berdosa banget." Tawa nya pecah.
Leo lemas seketika, Tertindih Sepeda dan Beberapa ayam. Di tambah lagi Ada satu ayam yang sangat sengaja meneteskan kotoran tepat di atas rambut nya.
"HAHAHAHH ANJIR, ADUH PERUT GUE SAKIT."
"Mizan, tolongin gue. Aw,"
Karena Iba, akhirnya Mizan menolong nya.
Membantu Leo berdiri, dan mengusir beberapa ayam Pak Tejo.
"Anjir Hahaha, Karma Is real." Ia tertawa, lagi.
Leo kesal, melihat Mizan yang tak henti-henti menertawakan nya. Ingin membalas dendam, Leo mendorong tubuh Mizan Sampai Terjatuh tepat di depan Kandang Ayam.
Membuat, kandang ayam hancur di buat nya.
Tawa Leo meledak, Dan Mizan menangis karena Sakit di tubuh nya.
Telapak tangan nya tergores, siku nya terbentur kandang dan berdarah. Leo yang sadar langsung membantu Mizan untuk berdiri.
"Eh, kok berdarah?" Tanya Leo.
Mizan tak menjawab, Ia berusaha untuk berhenti menangis. Namun apa daya, nyeri di tangan nya sangat sakit.
"Duh, jangan nangis. Kan gue cuma bercanda." Seru nya mencoba menenangkan Mizan.
PLAK
Mizan menoyor kepala Leo dengan kencang, "Bercanda lo bilang? Gara-gara lo kandang Pak Tejo ancur. Tangan gue berdarah, dan lo pikir ini candaan?"
"Yang duluan kan lo Pan, ya gue bales lah." Jawab Leo. Demi apapun anak ini sangat tidak merasa berdosa.
"Bacot, lo harus tanggung ja-."
"ASTAGFIRULLAH AYAM AYAM SAYA KENAPA,"
"ASTAGFIRULLAH KANDANG AYAM NYA KENAPA BISA HANCUR BEGINI!" Pak Tejo datang membuat Leo dan Mizan meneguk ludah.
"Kalian apa kan kandang saya ini?!"
"Leo Pak, Mizan ga tau apa apa. Sumpah gak boong." Ia menunjuk Leo.
"Apaan si Lo, orang lo yang jatoh di situ kan bukan gue." Sela Leo tak mau kalah.
"Apaan si, lo jangan suka bohong. Jelas-jelas lo yang dorong gue. Dasar lo monyet! Nih bukti nya Pak, tangan saya berdarah." Mizan menunjukan Luka nya pada Pak Tejo.
Pak Tejo di buat bingung, lalu menjewer kuping kedua anak nakal itu.
Kedua nya meringis,
"Aw, Pak sakit!"
"Lepasin Pak anjer,"
"Kalian ini, udah buat ayam ayam saya kabur. Kandang nya hancur dan malah buat keributan di sini. Dasar anak nakal,"
"Nanti, saya adu kan ke orang tua kalian. Kalau anak nya nakal," Ancam Pak Tejo. Sebelum melepaskan jeweran nya.
"Aww kuping gue,"
"Ini semua gara-gara lo pan!"
"Heh monyet! Kok gue sih. Jelas-jelas lo yang dorong gue. Udah berapa kali gue bilang! Gak usah fitnah ya."
"KALIAN INI! PULANG, ATAU SAYA SURUH KALIAN TANGKAP AYAM AYAM SAYA!" Usir pak Tejo membuat kedua nya takut.
Mizan kesal, dan pergi meninggalkan Leo dan Pak Tejo.
Leo yang takut dengan pak Tejo yang sedari tadi menatap nya tajam. Mengambil sepeda dan kabur secepat mungkin.
"Kalau bukan orang tua nya Baik, pasti udah saya buang kalian ke rawa-rawa."
Flasback off
Hari ini, Adalah hari tersial bagi Mizan dan Leo. Hanya perkara Leo yang menyombong kan diri, dan berakhir dengan Kedua nya yang menabrak kandang ayam milik Pak Tejo
Dengan ketoxic an mereka berdua sudah cukup untuk hari ini.
Semoga, Ketoxic an mereka memudar seiring waktu.
Terimakasih semua,
Maaf baru update
Besok bakal double Update
Jangan lupa Vote dan komen🙂

KAMU SEDANG MEMBACA
Mizan Bukan Mipan!
JugendliteraturIni Kisah kasih Seorang Gadis periang yang selalu Menjadi Primadona di sekolah. Teman-teman nya memanggil nya dengan julukan, "Ratu geboy mujaer." Ya, Ini adalah julukan yang sangat berharga bagi nya. Dengan Sifat ke toxic-an nya, dan ke savage an...