Five, Six, Seven, Eight!
One, Two!
Three, Four!
Suara teriakan Shira menggema di lapangan basket indoor sekolah favorit itu. Team dance sedang melakukan persiapan sebelum perform pada hari rabu depan. Padahal, jam sudah meunjukkan pukul 5 lebih 20 menit, sebentar lagi adzan maghrib, dan langit mulai gelap.
"Shir, break dulu, mau adzan, gue aus juga," Yessa menghentikan Shira yang masih bersemangat latihan dengan suara terengah-engahnya. Shira mengangguk lalu semua yang sedang di sana berhambur ke pinggir lapangan untuk minum dan meluruskan kakinya. Tepat saat itu juga, Aji dan Nakula memasuki lapangan indoor itu sambil mengangkat kardus konsumsi untuk anak dance.
"Gimana, Shir? Lancar kan? Butuh sesuatu gak?" tanya Nakula sambil mengambil posisi duduk di kursi penonton sebelah Nashira.
"Lancar, kok. Yessa juga udah bilang ke OSIS butuhnya kita apa aja, udah di acc juga katanya sama Raka, so far lancar-lancar aja sih, lo tenang aja." jawab Shira sembari meluruskan kakinya yang terasa sedikit kaku.
"Duh gue jadi gaenak nih OSIS ngerepotin dance mulu, but still, thanks ya. " Nakula menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal itu, lalu disusul oleh kekehan kecil dari Shira.
"Sans aja kali, Na. Kita enjoy juga kok, lagian bisa cabut kelas, HAHAHAHA," lanjut nashira dengan gelak tawa khas miliknya.
"Eits apanih, seru amat kayanya." Aji tiba-tiba muncul karena mendengar suara tawa Nashira tadi, padahal dia tadi sedang ngobrol dengan Thea, salah satu anak dance juga di sana.
"Apasih lu, kepo amat." balas Nakula jutek kepada Aji yang tiba-tiba nyamber padahal nggak ada kabel putus. Aji mendelik lalu menarik sedikit rambut gondrong Nakula, membuat Nashira tertawa kecil melihat dua orang di depannya ini sedang beradu tatapan mengancam.
"Shir, lo pulangnya gimana? Mau gue anterin nggak?" Aji melemparkan senyuman mautnya kepada Nashira, dipikir Nashira bakal luluh kali ya.
"Nashira bawa motor, lo buaya jauh-jauh sana, ntar Hana ngamuk tau rasa lo." Yessa menyela perkataan Aji sebelum Nashira menjawab. Nashira hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Aji itu lalu bangkit sambil membawa mukena yang ia bawa, berniat mau shalat ke masjid sekolah. Melihat itu, Aji langsung bergegas berdiri dan berjalan mendahului mereka semua menuju masjid.
"MINGGIR ORANG SHOLEH MAU JADI IMAM DULU."
Nakula dan yang lainnya hanya bisa menghela napas melihat tingkah abstrak seorang Hanandra Setiadji yang sayangnya adalah temannya.
***
Jam yang melingkar di tangan putih Shira menunjukkan pukul setengah 8 malam, dia saat ini sedang di parkiran mengeluarkan sepeda motor scoopy nya, tidak lupa helm we bare bears yang sudah membungkus kepalanya. Tidak sendiri, di sana ada Nakula dan Yessa yang juga sedang mengeluarkan motor Nakula dari parkiran. Shira sudah bersiap-siap menstater motornya, namun motor scoopy itu tidak mau menyala, berkali-kali Shira mencoba. Yessa yang melihat itu pun mendekati Shira yang tengah panik.
"Kenapa, Shir? You OK?" tanya Yessa sambil menatap Shira khawatir.
"Gatau, Sa. Gabisa nyala.. padahal abis di service.." ucap Shira setengah panik sambil terus mencoba menstater motornya.
"Coba turun dulu, gue coba stater manual." Nakula mengambil alih stang motor Shira, lalu mencoba menstater motor scoopy itu secara manual menggunakan kaki.
YOU ARE READING
I'll Still Have Me ;
FanfictionNashira adalah Bumi, Aji adalah Matahari, dan Nakula adalah Bulan. Nashira selalu berpacu pada Aji, dan hampir melupa akan Nakula yang setia di dekatnya ketika ia berporos pada Aji.