2. OhmNon - Electric Love II

1K 72 17
                                    

Part 2 - Sebuah Percakapan di Atas Kasur

Tak sampai tiga menit Pawat sudah muncul dari balik pintu kamar Nanon dan langsung melangkah masuk. Heran, padahal Pawat cuma memakai celana training dan kaos hitam polos, basically his sleepwear but Nanon thinks he looks so damn good in those. Harus diakui sih Pawat tuh terkadang bikin dia kesal perkara baju doang, like how come he looks good in anything without even trying? Nggak habis kalau dipikirin terus jadi Nanon cuma bisa menyimpulkan it is what it is, kalau memang dari sananya Ohm Pawat sudah good looking Nanon bisa apa?

Ada dua hal sih yang sering Nanon lakukan disaat-saat seperti ini – saat ketika Nanon menyadari kalo temennya itu ganteng nggak ada obat – pertama, mengakui dengan lapang dada sebagai makhluk yg diberkahi Tuhan dengan dua mata yang berfungsi. Kedua, yang ini sulit untuk diakui but Nanon often drinks the view in, like look there's a really brilliant view in front of you why not enjoy it? Meskipun kadang hal itu bikin Nanon lupa diri dan kesannya malah melongo tapi nggak apa toh Pawat nggak pernah keberatan diliatin Nanon sampai segitunya, paling dia cuma ketawa kecil terus mengacak rambut Nanon pelan which is sesuatu yang Nanon suka tapi nggak tau kenapa.

Balik lagi ke Pawat yang kini sudah berdiri di tepi ranjang milik Nanon meanwhile si empunya kamar masih melongo sambil rebahan. Nanon baru kembali ke akal sehatnya ketika merasakan kasur yang dia tiduri sedikit turun dan mendapati objek yang dari tadi dia pandangi sudah berbaring di sebelahnya.

"Cepet amat udah sampe sini aja." Nanon memiringkan tubuhnya menghadap Pawat yang sedari tadi sudah menatapnya.

"Emang dari tadi pengen kesini, chat lu jadi bahan katalis aja," Nanon tersenyum simpul mendengar jawaban temannya itu. Nanon baru mau menjawab perkataan Pawat ketika cowok dihadapannya tiba-tiba menjulurkan tangan kirinya dan mulai mengusap pelan rambut Nanon kemudian menyingkirkan beberapa helai yang bandel menutupi matanya.

Aneh nggak sih kalau tiba-tiba Nanon jadi nggak bisa berkata apa-apa? Like the words just got stucked in his throat and he can do nothing about it? Lagi lagi Nanon cuma bisa memandangi Pawat yang masih sibuk mengelus pelan wajahnya yang kini sudah tak tertutup rambut. Nanon heran, what's the purpose of Pawat doing this to him? Nanon sebelumnya nggak pernah mempertanyakan motif di balik semua perlakuan Pawat tapi akhir-akhir ini entah kenapa pikiran nya sering berlari kemana-mana. It's actually normal of him, Pawat biasa ngelakuin ini semua, cuma Nanon saja yang aneh dan bertindak tidak seperti biasanya.

Tapi kenapa?

"So, do you want to talk about it?“ Pawat membuka pembicaraan masih sambil mengelus pelan wajah Nanon dengan jemarinya.

"Hah? Ngomong apa?“ Nanon menjawab pelan, dia tidak mempercayai suaranya sendiri untuk bicara dengan nada normal.

" Ya itu, kenapa bisa sampe mikir kalo lu jahat ke gue." Nada suara Pawat ikutan menurun saat menjawab Nanon.

"Oh haha." Nanon menangkap tangan Pawat yang sedari tadi hinggap di wajahnya dan membawanya mendarat di kasur. Dia nggak akan bisa menjawab Pawat dengan normal kalo jemari itu masih mengelus wajahnya. Tapi ketika Nanon melepas tangan mereka gantian Pawat yang menangkapnya dan menggenggam tangan Nanon.

"Lah ketawa doang."

"Ya nggak apa-apa, baru sadar aja." Nanon menghela nafas, mencoba tidak memusingkan fakta bahwa tangannya yang kini dielus pelan oleh cowok dihadapannya, "kayak selama ini tuh gue ternyata dependent banget sama lo, yang jatohnya malah kayak manfaatin. Wajar sih temen-temen lo yang lain risih, bayangin aja kalo temen lo dimanfaatin sama orang lain. Gue juga pasti bak-"

OhmNon Twitter AU drabble dumpsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang