5# Menunggu

8 3 0
                                    

___"Aku selalu membenci musim gugur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___
"Aku selalu membenci musim gugur."

Setiap kali Oktober datang, kubisikan kalimat itu selepas bangun. Udara dingin yang mengharuskan siswa seumuranku mengenakan pakaian tebal ketika berangkat sekolah. Dedaunan yang perlahan putus dari rantingnya. Dan nafas yang nampak kala dirimu berlari. Aku tidak membenci hal-hal itu dari musim gugur. Untuk lebih tepatnya, aku tidak menyukai diriku ketika musim gugur tiba.

"Handa-san memang kondisinya seperti itu. Jadi, kami dari sekolah pun memaklumi. Nilai-nilainya di kelas pun baik dan dia selalu mengerjakan tugasnya tepat waktu. Walaupun dua musim ini pun ia lewati lagi, kami yakin Honda-san dapat lulus bersama teman-teman." Pak guru sampai rela menghabiskan waktunya menemuiku di rumah. Selepas memberiku arahan, beliau pun pulang dan tidak akan kembali hingga ujian semester.

Setiap tahun selalu seperti ini. Sejak awal masuk SMP hingga aku menginjak kelas 2 SMA. Sebagai akibatnya, tidak banyak teman seangkatan yang aku kenal. Jika pun ada, mereka tidak rela menyempatkan setiap harinya untuk menjengukku. Setidaknya terkecuali untuk satu orang yang kupikir sangat bodoh.

"Hoii-YA!!! MALAM MIRAI!!!"

"PERGI!"

Namanya Ishikawa Jun, ketua klub drama yang selalu nekat mendekatiku untuk masuk ke klubnya. Rupanya ia mendengar cerita tentang aku yang bermain drama di Australia dan menenangkan lomba monolog Bahasa Inggris di sana. Semenjak itu, setiap kali di sekolah dia akan berlari ke kelasku. Dan jika aku sedang dirawat di rumah seperti ini, dia akan datang seraya mengantar buku catatan dan terkadang manisan dari toko keluarganya.

Ayah dan ibu tidak terkesan bermasalah akan kedatangannya. Justru, mereka sepertinya lega. Meski dalihnya selalu sama, untuk mengajakku ikut ke klub drama. Apa yang aku dan dia lakukan ketika hanya berdua sama sekali tidak ada kaitannya dengan itu. Terkadang ia membantuku menyiapkan makan malam. Terkadang dia memintaku untuk mengajarinya. Terkadang dia memintaku untuk ikut menonton film horror yang tidak aku sukai. Dan terlepas dari semua itu, aku yang tidak bisa keluar rumah karena alergi ini pun hanya bisa pasrah akan kehangatan yang ia beri setiap harinya.

Enggan untukku mengakui ini. Tapi, aku tidak 'tidak menyukai' kedatangannya kemari hingga akhir tahun.

***

Hito terlihat mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja selepas menjadi cerita singkat yang kutulis. Helaan berat pun dilepasnya, diikuti tatapannya yang mengarah kemari.

"Memangnya ada orang yang alergi dengan suhu dingin?"

"Mana kutahu. Aku hanya ingin menulisnya seperti itu."

"Tuan Asahi..."
___

"___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Till The End of The YearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang