08.00 am
"Ya Lee Areum!" gadis empat mata itu berlari menemuinya dengan senyum terbingkai di wajahnya. Areum hanya membalas nya dengan lambaian tangan. "Senyumlah... ini masih pagi sayang.... jangan ditekuk mukanya.." gadis berkacamata itu menarik kedua pipi Areum. Tetap saja Areum hanya bermuka dingin seperti biasanya.
"Jihye Noona..." Jihye merasa roknya seperti ditarik – tarik oleh bocah yang lebih pendek darinya.
"Hai Woobin-ah!" Jihye mengelus – elus pipi Woobin gemas.
"Sakit tau!" Woobin mengendus kesal sambil memegangi pipinya. Jihye hanya bisa tersenyum gemas.
"Kita berangkat sekarang. Telat nanti." Singkat Areum sambil mengeratkan pegangan adiknya itu.
"Kajja!" Jihye dan Woobin bersorak senang.
***
"kau pulang bersama Jihye Noona" Areum melepaskan tangan adiknya.
"sip!" Jihye mengacungkan jempol kearah Areum.
"dadah!" mereka saling melambaikan tangan.
***
Jihye dan Areum memang tidak satu sekolah sejak naik kelas SMA. Memang setiap pagi mereka selalu berangkat bersama. Semenjak Areum beranjak dewasa dan mengetahui ibunya tiada dengan cara sadis, sikap Areum menjadi lebih dingin. Jika kalian bertanya Woobin siapa, Woobin hanyalah adik tiri Areum. 8 tahun lalu sang Ayah membawa wanita hamil kerumahnya. Areum juga tidak tau harus bereaksi seperti apa. Dia masih duduk dibangku kelas 4 sekolah dasar. Dan lahirlah Woobin. Ibunya meninggal saat melahirkannya.
Areum selalu sampai Sekolah ketika mendekati 10 menit sebelum bel masuk. Dan biasanya selalu ada terjadi-
BRAK!
Itu yang selalu terjadi.
"LEE AREUM!"
Itu teriakan laki – laki berbahu lebar, tinggi, dan satu lagi yang tidak boleh ketinggalan, wajah bak anak dewi fortuna. Sangat menawan. Sayangnya pria ini hanya selalu merendahkan kaum yang dimatanya miskin. Areum tidak miskin, hanya saja keluarganya kekuragan sedikit dana untuk sekolahnya. Sekolah saja untungnya beasiswa. Murid selalu ranking atas kalau boleh dibilang.
"mana PR ku?" Areum hanya menatapnya malas dan mengedepankan tasnya.
Areum menyodorkan buku berjudulkan bahasa inggris kepada sang pemilik. "minggir kau Kim sialan S.E.O.K.J.I.N. menyita waktu ku saja." Areum menerobos celah yang dibuat antara tangan sang pria dan loker.
Seokjin hanya bisa menggeram kesal. "Liat pembalasanku nanti Lee Areum."
Areum berjalan menuju bangkunya dipenuhi tatapan horor dari sekelilingnya. Diamkan tatapan, masalah masa lalu bukan salahmu. Areum memejamkan matanya sambil menguatkan dalam hati.
Saat dia ingin duduk, bola kertas tiba tiba menyambar belakang kepalanya.
"PEMBUNUH"
Areum merobek kertas hingga menjadi ukuran kecil. Terdengar hanya tawa olokan dan cemoohan dikupingnya.
Semenjak si kaya Seokjin menyebarkan berita Areum membunuh ibunya sendiri, satu sekolah semakin membencinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Telling Me the Truth
Fanfiction"setelah bertahun tahun aku mencari siapa pembuatnya. dan ternyata bayanganku sendiri."