Areum memulai hari pertama masuk sekolah pasca peninggalan sang Ayah. Tidak ada yang aneh. Tatapan orang – orang ya mememang seperti itu terhadap dirirnya, jadinya memang tidak ada yang aneh. Dirinya pun tidak peduli.
Memasuki kelas, teman – temannya kaget dengan kehadiran Areum. Areum tetap berjalan dengan santai kebangkunya. Melihat loker yang penuh dengan surat, itu yang membuatnya bertanya – tanya.
Sebelum istirahat, dirinya terlebih dulu ditarik oleh Seokjin menuju rooftop. Areum langsung menyadarinya. Hukumanya 2 minggu yang lalu belum terselesaikan. Dia hanya mengukiti Seokjin tanpa banyak omel. Malas sebenarnya berurusan dengan tuan Kim. Menurut Areum, Seokjin tidak menakutkan. Hanya saja cerewet. Areum pusing mendengarnya. Dirinya menganggap Seokjin adalah orang aneh. Bagaimana tidak, dari awal masuk hingga sekarang menggangguinya tidak jelas. Kesalahan Areum pun sangat sepele padahal, pulpen jatuh, terinjak, dan berujung hancur. Tapi Seokjin menganggapnya seperti maling masuk Rumah tanpa permisi.
"Ada apa?" tanya Areum sewot. Jujur saja Areum malas menanggapi, tapi kalau tak ditanggapi anak ini makin cari muka, dan cari perhatian. Terutama yang bersensasi. "hey! Kau ini aku yang kasih hukuman! Kenapa sewot sekali sih?!" Seokjin pun tak kalah emosi. Areum hanya menurunkan bahu malas.
"hukuman mu ada dua, tapi kau boleh memilih salah satu.." tawar Seokjin.
"Cepat beri tahu tuan Kim jangan bertele – tele." Areum memutar bola mata malas.
Seokjin menyodorkan secarik kertas.
"Apa ini? "menikah denganku semua terpenuhi termasuk adikmu" hey tuan Kim! Aku bukan jalang atau mainanmu. Enak saja menikah, tidak akan ku lakukan!" Areum kepalang kesal dengan hukuman yang dibuat Seokjin. Bagaimana tidak, menikah adalah suatu hal yang sangat sakral di diri Areum. Kalau ini sekedar hukuman, Seokjin hanya mempermainkannya saja. Bocah tak tau diri. Umpatnya.
"Areum, kau sudah baca kan konsekuensi tak menerima pernikahan, dari mulai rumah, hingga pekerjaanmu akan hilang? Ikuti saja hukuman ku. Mengerti? Setelah lulus aku akan menikahimu. Urusan biaya biar aku yang urus." Seokjin berbicara seolah olah menikah adalah permainan. Areum hanya menatapnya jengah. Hey, asal kalian tau. Mana ada yang mau seperti ini? Menerima? Areum menjadi terlalu murahan di nilainya.
"Tuan Kim, maaf aku tidak akan menerima. Kalau kau ingin memberi hukuman yang masuk akal. Aku tau kau kaya, tapi maaf aku ini masih ada harga diri. Kalau kau ingin seperti ini, jalang mu saja yang melakukan! Jangan diriku! Aku memang tidak memiliki uang sebanyak yang kau punya Tuan Kim, tapi aku masih punya harga diri!" Areum sudah tidak bisa menahan emosinya, "kalau kau ingin menghukum ku dengan pukulan, diikat di gudang, tonjokan, aku masih bisa menerima. Walau aku memang tidak tau dimana letak kesalahanku! Aku masih punya harga diri sebagai perempuan! Pernikahanku hanya akan dilaksanakan dengan orang yang kucinta walaupun miskin!" Lanjut Areum dengan mata berkaca – kaca. Entah mengapa dia sangat kesal.
Seokjin yang dihadapannya hanya diam.
Emosi makin menyulut Seokjin. Seokjin mencoba berbagai cara agar bisa menikahi Areum. Ini demi uang jajan dan jabatan. Memang terdengar sangat serakah dan licik, tapi kalau tak dituruti, ayah Seokjin akan marah.
Dihadapannya sudah tidak ada Areum. Areum sudah pergi sedari tadi. "Cara apa lagi yang harusku pakai? Ok, jika cara ini satu – satunya agar kau dan aku bisa menikah." Katanya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Telling Me the Truth
Fanfiction"setelah bertahun tahun aku mencari siapa pembuatnya. dan ternyata bayanganku sendiri."