"Myungho." Nara memperhatikan laki-laki tinggi di depannya dengan sedikit menyelidik.
"Choi Nara, kita akhirnya bertemu," kata Myungho tersenyum riang.
Nara menggaruk belakang kepalanya, "Ah... iya, akhirnya." Entah senang atau sedih Nara tidak tahu ekspresi apa yang harus ia tampilkan sekarang ini. Melihat laki-laki di depannya tersenyum bahagia membuat Nara tak tega untuk mengusirnya sekarang. Biarlah dulu si Myungho ini bersekolah di sini dan ketika dia mulai sedikit bosan mungkin dia akan pergi dengan sendirinya.
"Nara!" Mingyu menggapai tangan Nara membuat sang empunya menoleh. Dengan sedikit tersengal Mingyu menatap sosok laki-laki yang asing berdiri tepat di depan Nara.
"Siapa?" tanya Mingyu penasaran.
"Myungho," jawab Nara sedikit berbisik tapi masih sedikit terdengar oleh sang punya nama.
Myungho terkekeh pelan. "Hai, gue Myungho." Myungho mengulurkan tangan kanannya ke arah Mingyu seraya tersenyum ramah. Mingyu pun menerima uluran tangan itu, "Mingyu," sahutnya dingin.
Di saat keduanya saling berkenalan, Nara berinisiatif untuk melarikan diri dengan mengendap. Tapi usahanya tidak berhasil karena Myungho sudah menggenggam tangan Nara terlebih dahulu membuatnya membeku di tempat. "Pulang sekolah ikut gue ya," pinta Myungho dengan senyum yang tak pernah luntur. Nara sedikit melirik Mingyu yang menatap tajam ke arah tangannya yang digenggam Myungho.
Dengan cepat Nara menepis pelan tangan Myungho. "Kayaknya gak bisa deh, maaf ya," ucap Nara tersenyum tipis.
Myungho lagi-lagi menggapai tangan Nara dengan kedua tangannya. "Kenapa?"
"Gue ada urusan," Nara memberi alasan.
"Tapi Nar--"
"Kalau dia bilang gak bisa ya gak bisa, kenapa maksa sih." Mingyu sudah tidak tahan dengan sikap cowok di depannya ini.
"Kok lo yang nyolot kan gue ngomong sama Nara bukan sama lo." Kini mereka saling mendekat, menatap tajam satu sama lain.
"Ya gue gak suka aja liat lo maksa Nara gitu!" Mingyu mengeluarkan amarahnya yang sudah naik.
"Urusannya sama lo apa, hah?!"
Memanfaatkan situasi yang ada, dengan pelan Nara mengendap menjauh dari Myungho dan Mingyu yang saling memberikan tatapan tajam.
Menutupi wajahnya dengan tangan kanan, berjalan lurus ke depan sambil menunduk. Nara tidak memperhatikan bahwa di depannya ada seseorang. Dengan sedikit berlari Nara tidak sengaja menabrak sosok di depannya membuat dahinya sedikit sakit karena berbenturan dengan tubuh itu. Sepertinya itu seorang laki-laki.
"Aw..." Nara mengusap jidatnya dan mendongak. "Maaf gue gak sengaja," ucap Nara. Laki-laki itu berbalik dan tampaklah wajah tampan dengan mata sipitnya menatap tajam ke arah Nara yang memegangi dahinya.
"Lo." Nara terkejut mendapati Soonyounglah yang barusan ia tabrak.
"Kalau jalan tuh liat depan, dasar pendek," geram Soonyoung. "Lihat, gara-gara lo seragam gue jadi kotor."
Ya. Terlihat noda berwarna di seragam cowok itu. Di tangan Soonyoung terdapat satu cup coffee yang isinya sudah berpindah tempat ke seragamnya Soonyoung.
"Minta maaf ya, maafin." Nara berjalan mundur dengan sedikit menunduk dan tangan yang seperti sedang memohon. Soonyoung yang melihat malah ikut melangkah mendekat ke arah Nara membuat gadis itu semakin mundur dengan posisi masih menunduk.
Dan dalam keadaan seperti itu, ia merasa ada halangan di belakangnya. Ketika ia berbalik, di situlah ia melihat dua orang pria yang bersesekap dada menatapnya tajam. Nara menegakkan badannya. Ia hanya cengengesan dan berbalik lagi. Namun ia mendapati Soonyoung menghadangnya dari arah yang berlawanan dengan Mingyu dan Myungho. Nara terjebak di antara tiga pria itu.
Dilihatnya Mingyu yang menatapnya dengan tatapan penuh intimidasi. "Lo belum jelasin ke gue apa yang terjadi tadi malam," ucap Mingyu penuh penekanan. Nara tersenyum paksa, "Iya nanti gue ceritain, oke." Kini ia beralih menatap Myungho yang juga menatapnya lekat. "Lo belum jelasin ke gue alasan lo gak bisa ikut pulang bareng gue," Myungho berujar. Kembali Nara tersenyum, "Gue bilang gak bisa ya gak bisa Myungho." Beralih ke Soonyoung. "Lo harus tanggung jawab," tegas Soonyoung menunjuk seragamnya yang kotor. Nara menarik napas, "Iya gue tanggung jawab." Dan yang terakhir. "Loh Seokmin, perasaan gue gak ada salah sama lo. Lo kenapa?" tanya Nara bingung. "Iya lo gak ada salah sama gue, tapi gara-gara lo nabrak Soonyoung dengan 'sangat pelan' itu akhirnya kopinya jadi ikut tumpah ke seragam gue." Seokmin menjelaskan sambil menahan kekesalannya.
Nara menggaruk tengkuknya bingung. Sial banget sih gue hari ini. Pikirnya. Nara melihat sekelilingnya. Oh tidak, sudah banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Ingat, Nara tidak suka menjadi pusat perhatian.
"Gue bakal jelasin dan tanggung jawab tapi kita ngomong di tempat lain ya jangan di sini." Nara melirik sekitarnya, "Banyak makhluk halus," sindirnya dengan suara nyaring.
"Heh, maksud lo makhluk halus itu siapa?!" suara salah satu gadis di belakang Nara.
Nara berbalik. "Kenapa situ tersinggung, kan gue bilang makhluk halus bukan kuntilanak macam lo," suara Nara memelan di akhir kalimat namun masih bisa didengar oleh gadis dengan pita kupu-kupu di sisi kanan rambutnya itu.
"Lo--"
"Diam!" Wonwoo bersuara. "Ayo kita ke tempat lain yang tidak ada makhluk halusnya," ucap Wonwoo ikut menyindir. Gadis itu hanya diam dan Nara terkekeh pelan.
"Nara!"
Yuju berlari menghampiri Nara.
Akhirnya penyelamat gue datang.
"Ya Yuju, ada apa?" Nara sedikit antusias berharap Yuju membawa berita yang membuatnya pergi dari situasi ini.
"Eh anu..." Yuju menggaruk kepalanya yang tidak gatal seraya melirik sekitarnya. "Anu... gue tadi minta permen lo yang di tas," ucap Yuju dengan cengiran khasnya. Wajah Nara yang tadi berseri kini berubah menjadi sendu. Ia kembali melirik sekelilingnya. Terlihat empat orang cowok dengan sorot mata seakan Nara adalah mangsa yang bisa dihabisi kapan saja.
Menghembuskan napas, Nara beralih menatap Yuju yang masih cengengesan. Ia hanya membalas dengan senyum lebar yang terpaksa.
🍭
Di sinilah mereka sekarang, taman belakang sekolah yang sepi tanpa gangguan para makhluk halus bermulut silet.
"Nara," panggil Mingyu pelan.
Lima orang pria tadi berdiri di depan sebuah kursi sedangkan Nara dan Yuju duduk di kursi itu.
Nara menghela napas siap untuk berbicara. "Gue dipecat," Nara berkata dengan kepala menunduk.
"Loh kenapa?" Bukan Mingyu yang bertanya melainkan Yuju yang juga terkejut mendengar penuturan Nara.
"Gara-gara tuh dua rawit. Mereka yang bully gue eh malah gue yang dipecat, kan gila."
"Terus, lo sudah dapat kerjaan yang baru?" tanya Mingyu membuat Nara menoleh ke arahnya. Nara menggelengkan kepala dengan wajah cemberut.
"Nara." Kini Nara beralih menatap Myungho yang memanggilnya. "Ikut gue ya kita pulang." Myungho menatap Nara penuh harap supaya gadis itu menerima ajakannya.
"Lo siapanya dia? Pacarnya kah?" Soonyoung yang sedari tadi diam mendengarkan kini bersuara menatap penuh menyelidik ke arah lawan bicaranya.
Myungho ikut menatap Soonyoung dengan senyum manisnya. "Bukan," jawab Myungho santai. Tak diduga Soonyoung malah menghela napas penuh lega mendengar jawaban itu.
"Tapi calon tunangannya."
🍭TBC🍭
Bagaimana pendapat kalian tentang part ini?
See you next part♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy of Love (Slow Update)
FanfictionHanya kisah tentang seorang gadis biasa yang hidup sendirian di rumah kecilnya. Namun itu tidak membuatnya merasa kesepian karena para sahabatnya selalu menemani. Tapi secara tiba-tiba kehidupannya yang damai terusik dengan terbongkarnya suatu rahas...