Samudera (02)

120 70 38
                                    

Pagi itu, seluruh siswa siswi baru sedang mencari kelas mereka. Mengitari seluruh sekolah hanya untuk mencari nama yang tertempel pada kertas di kaca.

Seorang cewek berambut sepunggung itu, bingung sendiri dan muak dengan luasnya sekolah. Beberapa kali ia mencari namanya namun tak ketemu. Karin melihat sosok Samudera yang mondar mandir bersama teman temannya yang juga mencari kelas. Cowok itu juga melihat Karin, mendekat kearahnya.

"Ada yang gak dapet kelas nih," kata Samudera dengan nada mengejek.

"Gak ngaca!" balas Karin judes.

"Lo liat kertas di depan lo," Samudera menunjuk kearah kertas yang ada di depan Karin. "Samudera Aditama." tekannya. "Apa jangan jangan, lo belum bayar ya?"

"Songong lo! Gue udah bayar, lunas!"

"Oh gitu. Yaudah, gue masuk dulu. Kelas udah nunggu gue," katanya sambil tersenyum menang.

Setelah itu, Samudera menepuk bahu Karin yang dibalas penolakan dan langsung masuk ke kelas yang tepat berada di depannya. Cewek itu duduk di kursi depan kelas Samudera, pusing dengan keadaan. Ia menyerah.

Tiba tiba, seseorang duduk di samping Karin. Cewek itu menoleh, mendapati Fino yang tersenyum padanya. "Kenapa cemberut?" tanyanya.

"Gue cari kelas, tapi gak ketemu." balasnya putus asa.

Fino terdiam mendengar jawaban Karin. Setelah itu ia berdiri, membaca setiap nama yang tertempel pada kertas kaca. Perlahan senyumnya terukir, nama yang cewek itu cari sebenarnya ada, dianya saja yang tidak teliti dalam mencari.

Cowok itu terduduk kembali, menatap Karin yang masih dengan muka kusutnya. "Kelas lo ada disini." kata Fino.

Karin menoleh, bingung dengan jawaban yang dikatakan oleh Fino. "Kata siapa?"

"Dibaca dong yang teliti, masa namanya sendiri gak keliatan."

Cewek itu langsung berdiri, melihat dan mencari namanya yang katanya ada. Bibirnya perlahan melengkung, ternyata nama yang ia cari ada disini. Karin terduduk kembali, menatap Fino dengan pandangan senang.

"Makasih ya Fin," katanya senang.

"Iya sama sama. Buruan sana masuk,"
"Iya."

Perlahan Karin melangkahkan kaki pada kelas barunya. Samudera adalah objek yang pertama kali ia pandang, dan dibalas tatapan oleh cowok itu juga. Senyum mengejek Karin membuat Samudera kesal, "Kok lo ada disini?" tanyanya.

"Iyalah, gue kan udah bayar, lunas!" jawabnya dengan senyuman sombong.

"Lo nyogok ya?" tanya Samudera curiga.

"Nyogok? Bro, lebih baik buat bayar spp tiga tahun, ketimbang buat nyogok sekolah. Ilmu gak manfaat," tekan Karin. "Atau jangan jangan,"

"Jangan jangan apa?" potong Samudera.

"Lo ya, yang nyogok?"

"Sembarangan lo kalau ngomong!" jawab Samudera tak terima.

"Ya ya, terserah."

Setelah perdebatan agak panjang itu, Karin mencari bangku kosong. Ia tidak tahu akan duduk bersama siapa nanti. Tapi, tiba tiba, "Hai!" sapa seorang cewek dengan nada semangatnya pada Karin.

"Hai?" jawabnya agak bingung.

"Duduk sama gue aja, gue sendiri kok," tawar cewek itu.

"Beneran?"

"Iya."

Setelah itu, Karin duduk disamping teman barunya yang entah siapa namanya. "Karin." katanya berkenalan.

SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang