Hai, Aku Zi dan Dia Rachel

1.1K 70 11
                                    

Perkenalkan namaku Zipora Benedict, anak tunggal dari keluarga sederhana. Kata papa dan mama, aku tidak bisa punya adik lagi karena sewaktu aku kecil mereka pernah kecelakaan dan akibatnya mama harus diangkat rahimnya. Sewaktu mereka bercerita begitu, raut wajah mereka gak tahu harus nulisnya kayak apa. Tapi seakan sudah pasrah saja.

Kata papa, aku harus jadi anak yang kuat dan harus ngelindungin mama. Jadinya sampai aku lulus kuliah, aku tidak pernah tahu apa itu cinta. Selama hidupku, yang kutahu hanya kuat, kuat dan kuat.

Untuk bentuk tubuhku yang sekarang, beberapa temanku semasa sekolah iri karena mereka bilang kalau tubuh seperti ini cocok untuk masuk militer. Tapi aku sama sekali tidak mau.

Semua tekadku, aku memutuskan untuk kuliah di jasa boga dan sekarang lulus. Aku berakhir di bagian dapur depan. Aku bisa melihat semua pengunjung.

Dengar, walaupun aku belum mengalami namanya cinta tapi aku lebih tertarik melihat body perempuan. Ya, mereka berkelamin sama denganku. Tapi hanya sekedar tertarik. Tidak lebih.

"Kak Zi, itu ada pelanggan yang mau ketemu kakak."

Seseorang meneriakiku di saat aku sedang mengaduk soup base. Aku mengedarkan pandanganku dan menemukan wanita yang bisa kubilang elegan. Dari jauh sudah kelihatan kalau dia bukan warga negara di sini.

Aku memanggil rekanku untuk sesekali mengecek soup base yang ku buat lalu aku mendekati wanita itu. Angin AC membawa harum parfum wanita itu langsung menusuk ke rongga menciumanku.

Di saat aku di depannya, dia tersenyum manis.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanyaku sopan dan lebih baik aku menerjemahkan ke bahasa Indonesia saja.

Dia mengangguk, "Bisa minta waktunya nanti sore? Mungkin jam kamu selesai bekerja."

Aku diam memikirkan apakah aku ada rencana setelah pulang.

"Tidak ada. Saya ada waktu. Ada apa ya?"

Dia lagi-lagi tersenyum, "Nanti sore saja kita bahasnya. Aku Rachel."

Aku mengangguk mengerti, "Oke. Aku Zipora."

"Nama yang unik." Katanya.

Aku langsung tersenyum, "Terima kasih."

Dia terdiam. Melihatnya terdiam begitu membuatku sedikit salah tingkah.

"Ada keperluan lagi?" Aku menutupi sikapku barusan.

Dia mengedipkan mata 2 kali, "Ah, enggak. Kita bertemu dimana enaknya?"

"Terserah Anda." Jawabku seadanya.

"Kalau begitu di kursi dekat kolam saja. Jam 5 sore aku tunggu di sana." Katanya.

Aku mengangguk mengerti lalu dia pergi. Aku diam menikmati wangi parfumnya yang terbawa angin AC. Wanginya manis.

"Kak Zi, soup basenya untuk apa?" Seseorang membuyarkan lamunanku.

Aku menoleh dan malah menemukan semua rekanku tersenyum aneh, bahkan ada yang menaikkan alisnya berkali-kali.

"Di simpan. Stock di chiller tinggal sedikit. Kalau nanti malam pelanggannya ramai, boleh pakai yang baru. Dan ngapain kalian senyum-senyum?"

Aku memutar mataku melihat mereka mulai iseng. Kebiasaan mereka sejak aku mulai di dekati para wanita, walau hanya ngobrol seperti tadi. Dan iya, baru wanita itu yang aku respon.

Entah kenapa aku suka berinteraksi dengannya. Mengingatkanku pada teman TK ku dulu. Namanya juga mirip. Kalau benar orangnya sama, masa aku suka teman TK ku?

Short Story ( GxG )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang