Kamis (19.10), 01 Oktober 2020
Kaburrrrr!!
---------------------------
Rana tidak tahu mengapa mendadak hari ini dia gelisah. Ah, sebenarnya dia agak tahu penyebabnya. John akan pulang bersama Mama Meisya. Rana gugup seperti biasa. Selalu begitu tak peduli sudah dua tahun mereka menikah. Mungkin karena pernikahan mereka tidak normal hingga perasaan ini tak pernah lepas dari hati Rana. Tapi rasanya hari ini berbeda. Seolah alam bawah sadarnya memberi peringatan akan ada sesuatu yang buruk.
Apa Mama Meisya dan John bertengkar hebat seperti saat ditelepon waktu itu? Dan yang ini jauh lebih parah?
Kegelisahan Rana kian meningkat seiring waktu. Jika dugaannya benar, dia akan merasa sangat bersalah terhadap Mama Meisya ataupun John. Seharusnya dia tidak menerima ide pernikahan ini. Seharusnya dia menolaknya sedari awal. Bukankah dengan begitu hubungannya dengan John masih tetap akrab seperti dulu? Dan dirinya juga tidak akan menjadi alasan retaknya sebuah hubungan antara ibu dan anak.
Tapi semuanya sudah terlanjur begini. Apa yang harus dia lakukan untuk memperbaiki segalanya?
"Ra! Kau tahu di mana kemeja putihku?"
Nyaris saja Rana menumpahkan teh yang tengah diseduhnya lalu menoleh dengan tatapan membunuh ke arah Leon. "Kau pikir aku pembantumu?!"
"Maaf, aku tidak suka pembantu galak."
Dengan geram Rana mengambil pisau yang paling besar lalu ia acungkan ke arah Leon. Seketika Leon berbalik pergi tanpa mengatakan apapun lagi. Tapi Rana masih bisa mendengar tawa pelannya yang tedengar semakin jauh.
Rana meletakkan pisau di tangannya kembali dengan kasar seraya mengembuskan napas. Makhluk satu itu, kenapa akhir-akhir ini menjadi cobaan yang seolah tak akan berakhir? Setelah dengan kurang ajarnya menciumnya di depan bioskop beberapa minggu lalu dan berhasil membuat Rana terus memikir—ah, tidak! Dia tidak pernah memikirkan si bajingan tengik Leon. Lalu mendadak dia datang hanya selang dua hari sejak Mama Meisya mengatakan akan menemui John dan terus menginap di rumah ini hanya untuk membuat dirinya kesal!
Baiklah, seharusnya Rana bisa mengusirnya. Toh ini rumahnya dan Leon hanya penyusup meski dia sudah sering menginap saat John ada di sini. Tapi Rana baru sadar betapa liciknya bajingan satu itu. Tiap kali Rana pikir sudah berhasil mengusirnya, tiba-tiba paginya dia sudah keluar dari kamar tamu dan mengusiknya seperti tadi. Demi Tuhan! John yang pasti memberinya kunci cadangan. John memang sangat memercayainya.
Ancaman Rana untuk melaporkan Leon ke polisi juga dianggap angin lalu. Mungkin karena lelaki itu tahu bahwa Rana hanya menggertak. Ya, dia tak benar-benar berani. Apalagi dia sama sekali tak punya dukungan dan alasan untuk melapor. Leon tak pernah menyerangnya—ehm, maksudnya di rumah ini. Mereka berdua bahkan nyaris tak saling bicara. Hanya sesekali saat Leon sedang kumat untuk mengganggunya.
Paling sering mereka hanya duduk berdua. Cukup jauh! Biasanya Rana menonton tv atau melakukan apapun yang dia sukai. Sementara Leon duduk di sofa yang lain, juga di depan tv, menghadap laptopnya.
Saat awal-awal Leon menginap, Rana pasti menyingkir jauh jika satu ruangan dengannya. Tapi dengan bebalnya—dan pasti memang sengaja untuk mengganggunya—Leon pasti membuntuti ke manapun Rana berada hingga ujungnya Rana memilih mengurung diri dalam kamar.
Lama kelamaan Rana merasa kesal sendiri karena sadar dibodohi. Ini rumahnya! Kenapa dirinya yang harus menyingkir? Berikutnya Rana memilih bertahan. Saat Leon dengan sengaja satu ruangan dengannya hanya untuk mengganggu dalam diam, Rana memilih bertahan.
Sekarang sudah lebih dari seminggu mereka tinggal seatap. Rana sudah berhasil berpura-pura bahwa Leon tak ada. Kecuali saat-saat seperti ini. Saat Leon membuka mulut hanya untuk membuatnya kesal. Mungkin karena sadar sikap diamnya tak lagi berhasil mengganggu Rana. Sekarang dia memilih mengganggu secara verbal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby's Father
ChickLitJonathan Fabian harus mengawasi secara langsung proyek pembangunan di lahan kosong yang baru dibelinya. Di sana dia bertemu seorang wanita dengan bayi mungilnya yang secara aneh langsung membenci John di hari pertama mereka bertemu. Tentu saja John...