Aku harap, kesakitan yang saat ini sedang aku rasakan ... segera menghilang. Jika saja aku bisa menjelaskannya secara menyeluruh, aku ingin sekali menyelesaikan seluruh rasa sakit ini dengan membunuh diriku sendiri.
Di setiap hari, aku jalani kehidupan suramku ini dengan menangis, berteriak, mengeluh, mencengkram kepalaku, menjambak rambutku sendiri, bahkan terkadang aku menggores pergelangan tanganku sendiri dengan benda tajam. Rasanya sungguh menyakitkan. Hatiku begitu tersiksa. Aku ingin mati.
Dunia tak pernah berpihak padaku. Siapapun tak pernah ada yang ingin menemaniku. Semuanya menjauh, semuanya meninggalkanku. Seakan-akan aku ini adalah manusia paling menjijikkan, manusia yang terkutuk, bahkan tak pantas untuk hidup.
Apa aku masih bisa berharap padamu, Tuhan? Kenapa Engkau tidak membiarkan aku mati saja? Untuk apa aku hidup, jika semuanya tidak ada yang bisa kulakukan? Aku sama sekali tidak berguna. Jangan siksa aku seperti ini, Tuhan. Aku tak mau menggali luka lebih dalam lagi.
Jika harus dibandingkan, lebih baik seluruh ragaku saja yang terluka. Jangan hatiku, jangan batinku, aku sungguh tak sanggup menyembuhkannya, yang sampai saat ini sudah mendekam begitu lama di dalam hatiku yang rapuh.
Jika saja aku bisa meminta satu permintaan yang bisa satu kali Engkau kebulkan, aku hanya ingin, kehidupanku lebih berwarna dengan sesuatu yang sederhana. Seperti; sebuah keluarga yang lengkap, pendidikan yang mapan dan masa depan yang cerah. Aku hanya menginginkan itu semua, Tuhan. Namun, aku tahu, di balik semua keinginan itu, aku harus lebih ekstra mengeluarkan keringat juga usahaku, kan?
Semuanya sudah aku lakukan. Namun, lagi-lagi aku gagal, ibaratkan aku jatuh dari gunung yang tinggi. Permainan-Mu begitu menyesakkan untukku, Tuhan. Aku bukan bermaksud untuk menyalahkan-Mu. Hanya sepertinya semua usahaku sudah cukup sampai disini. Aku menyerah. Jadi, bisakah Engkau lenyapkan aku dari dunia yang kejam ini? Sungguh, aku sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Ini terlalu berat bagiku.
Wajahku sangat kusut, kedua kantung mataku membengkak, mataku memerah karena aku terus menangis, rambut panjangku yang berantakan, dan berbagai luka sayatan menghias begitu mengerikan di kedua pergelangan tanganku.
Aku seperti bukan manusia, tapi aku seperti makhluk tolol yang hidup pun tak ada gunanya. Jadi, seperti ini yang dimaksud sebagai sampah masyarakat itu? Aku ... benar-benar tidak berguna.
•••
Malam kembali hadir, malam kesukaanku, malam selalu menjadi obat penenangku. Aku tersenyum untuk yang terakhir kalinya saat aku memandangi bulan bersinar tak begitu terang di atas sana.
Sekalipun, bulan juga membenci dengan keberadaanku yang tidak berguna ini. Aku tak merasa keberatan. Karena aku mencintai bulan. Bulan adalah cinta pertamaku. Hanya dia satu-satunya yang selalu diam menemaniku saat aku menangis di sepanjang malam, walaupun ia berada begitu jauh di atas ku.
Dalam senyumku, aku lagi-lagi menangis. Aku menutup seluruh kepalaku dengan tudung hoodie-ku, menyembunyikan seluruh wajah burukku dari orang-orang sekitar. Saat ini, aku sedang berada di sebuah jembatan, yang dibawahnya terdapat hamparan air sungai yang luas, yang mengalir begitu deras. Sungguh menyejukkan dan menyakitkan secara bersamaan.
Mungkin, inilah akhirnya. Aku harus mengakhiri seluruh kesakitanku.
Sebelum itu, aku ingin meminta banyak maaf, untuk semua orang yang sebelumnya pernah aku repotkan dalam urusan kehidupan suramku. Mungkin, sekarang kalian tak akan pernah lagi mendengar keluh-kesahku, ataupun penderitaanku. Aku memang selalu begitu, selalu mengemis untuk dikasihani dari orang-orang terdekatku. Hanya semuanya harus berakhir dengan mereka sendiri yang pergi meninggalkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
can we be together?
FantasyBagaimana rasanya ketika kau memiliki kekasih seorang dewa? Rangking : #1 in stressed (7 - Oktober - 2020)