DUA

16 3 0
                                    

Seun berjalan masuk ke dalam kampus. Katanya ada kepentingan mendadak salah satu dekan. Jadi Seun terpaksa mengambil langkah panjang untuk berjalan melewati tiap lantai di Fakultas. Seun bergegas masuk ke dalam ruangan kelas.

Menatap seluruh kelas yang masih kosong. Belum ada orang padahal jam sudah menunjukkan jam delapan pagi. Seun mendengus kesal dan berjalan keluar dari kelas. Seun bersiul sambil menatap ke segala arah. Lalu matanya berhenti di parkiran.

Seun mendecak kesal saat melihat seorang perempuan dan seorang laki-laki turun dari dalam mobil di sana. Bahkan mereka sempat bercipika-cipiki. Walau hanya sebatas di pipi saja.

Seun terus memandangi kedua anak manusia yang ada di parkiran. Sok dramatis dan sok penuh cinta.

"Sendiri aja?"

Seun menolehkan kepala. Dan mendapati seorang perempuan berdiri di sampingnya sambil tersenyum manis. Seun mengangguk dan membalas senyum perempuan itu tak kalah lebar. "Dari mana aja, Na? Katanya datangnya cepat."

Novena mendengus. Membuang napas berat dan berdiri tepat di samping Seun. "Macet tadi di jalan. Tumben datengnya cepat. Kesambet apa?"

Seun mengangkat bahunya santai. "Cuma pengen aja."

Novena mengangguk-angguk mengerti. "Udah sarapan belom?"

Seun tidak mendengarkan perkataan Novena. Matanya sibuk melirik anak manusia yang ada di sana. Alhasil, Novena ikutan menolehkan pandangan. Setelah tahu apa yang Seun pandang, Novena berdecak. "Si cabe kampus gak bakal berubah. Bosen banget gue liatnya serius. Jadi cewek kok gak punya malu sih."

Seun tersenyum tipis. "Iya, lo bener. Dia gak punya harga diri walau sedikit." Seun berdecak. "Gue jamin setelah Athan, pasti ada yang baru lagi." Dan benar saja, setelah laki-laki bernama Athan pergi dari sana, seorang laki-laki yang Seun tahu namanya Gevan menghampiri perempuan itu dengan sebuah benda di tangan. Apa lagi jika bukan kado atau hadiah biar cewek itu mau jadi kawan date-nya?

"Apa gue bilang." Seun mendengus.

"Kayak gak kenal dia aja. Masuk kelas aja yuk. Bosen gue liatin hal yang gak ada faedahnya."

"Duluan, Na. Gue masih mau di sini."

Novena mengangguk. "Ya udah. Gue duluan ya."

Seun tidak menyahut namun kaki panjangnya berjalan menuruni tangga. Berjalan ke arah parkiran.

***



"Jam berapa emang janjinya?" Valerie menerima sebuah tas yang dia tahu harganya sangat mahal.

Gevan menghela napas. "Pulang ngampus aja deh. Gue harus cepat-cepat balik, soalnya gue mau nge-date sama anak temen Mama gue. Lo bisa nggak?"

Valerie tampak berpikir. Namun dia segera mengangguk. "Boleh."

Gevan tersenyum lebar. "Oke. Nanti gue jemput ya?"

Valerie mengangguk. "Hm. Eh btw, makasih tasnya."

Gevan tertawa. "Asal lo mau jalan sama gue, gua bakal kasi apa aja."

Valerie tertawa lalu mengangguk. "Asal lo sanggup ngasi barang-barang mahal, gue bersedia kapan pun dan di mana pun."

Gevan mengangguk cepat. "Apa aja yang lo mau gue turutin. Serius."

"Thanks—"

"VALERIEEEEE!"

Kalimat Valerie terpotong saat melihat Kaider datang dengan motor vespanya. Laki-laki itu mengibarkan senyuman lebarnya. Valerie yang melihatnya mendecak. Lalu tersenyum seadanya. Gevan segera beranjak dari sana.

ANTELOPE [OSH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang