Seperti yang Valerie katakan sebelumnya, dia kini berjalan menapaki tangga, kemudian sampai di ruangan Kaider. Kaider sepertinya begitu senang, karena Valerie menemukan laki-laki itu sudah stand-bye di depan kelas dengan rambut dilapisis minyak rambut. Senyumnya merekah begitu matanya bertemu dengan Valerie.
"Eh, udah dateng aja lo."
Valerie tersenyum ramah. "Iya, gue buru-buru. Soalnya ada kerjaan setelah ini."
Kaider berusaha mengontrol perasaannya yang mendadak kecewa. Dia memaksakan sebyumnya. "Oh gitu. Bentar ya gue ambil di dalam laci."
"Oke."
Kaider berjalan menuju tempat dia duduk. Meraih plastik dari sana dan dengan cepat memberikannya pada Valerie. "Nih,"
Tanpa menunggu lama, Valerie mengambil plastik itu. "Makasih banyak ya Kai. Baik banget deh."
Kaider mengangguk masih dengan senyumnya. "Apasih yang enggak buat lo, Va."
Kaider berharap menemukan semburat merah di pipi Valerie, atau setidaknya perempuan itu terkejut walau hanya sedikit saja. Tapi ternyata enggak. Valerie mengangkat sebelah alisnya lalu tertawa. "Sweet banget deh. Gue cabut duluan ya! Makasih banyak Kaider." Lalu Valerie berlalu dari sana.
Kai tersenyum kecut. Menatap punggung kecil Valerie yang menghilang perlahan.
"EH, ANJING, BANGSAT!" tiba-tiba saja seseorang menepuk bahunya. Tentu saja Kai terkejut. Dan setelah berbalik, dia menemukan wajah Seun dengan tampang datarnya.
"KAMPRET! LO KENAPA SIH?!"
Seun mendecak, "Pake minyak rambut segini banyaknya, cuma buat ketemu muka sama dia gak lebih dari dua menit? Masih waras gak lo?"
Kai mendecak kesal. "Bacot lo. Udah ah gue mau cabut. Ada kerjaan. Penting."
Kaider berbalik sembari memasukkan sebelah tangan ke dalam saku celana jeans-nya.
Sementara itu Seun segera merangkul bahu Kai sok dekat. "Gue bisa bantuin lo, Kai."
Kai menghentikan langkahnya. "Bantu apa?"
Seun melepas rangkulan sok akrabnya. "Buat dapetin Valerie."
Kai terdiam. Memandang Seun malas. "Drama banget anjing."
Seun mendecak. "Mau apa enggak?"
Kaider tampak menimbang-nimbang. Kemudian setelah berpikir agak lama dia menggangguk. "Ya udah mau. Emang lo mau bantuin gue gimana?"
***
Valerie menaiki mobil yang dikendarai oleh Gevan ke kampus. Matanya sibuk meneliti mobil pria itu. Bisa Valerie tebak harganya fantastis.
"Nanti pas ketemu nyokap gue, usahain natural ya."
Valerie mengangguk. "Iya. Aman deh kalo itu. Santai aja."
Gevan kemudian tersenyum tipis. "Valerie, gue mau nanya sesuatu bisa nggak?"
"Tanya aja. Biasanya juga langsung ngomong."
Gevan berdeham sambil menggaruk tengkuknya. "Sebenarnya kerjaan lo itu apa sih?"
Valerie mengernyit. "Ya, masa lo gak tau sih?"
Gevan meringis. "Selain jadi temen kencan cowok-cowok tajir maksud gue."
Valerie menyandarkan kepalanya. "Gue gak punya kerjaan. Cuma itu doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTELOPE [OSH]
FanfictionSeun tidak pernah menyangka, bertemu dengan Valerie -wanita yang merupakan 'adik tingkatnya' di kampus, terkenal dengan gelar 'cewek matre' dan kasar, ternyata bisa semanis dan selucu itu. Seun pikir, mendekati Valerie lalu mencampakkannya, setelah...