Pagi ini Kayana sudah berada di apartemen milik Damian karena gadis itu tersebut ingin memenuhi permintaan Damian yang sengaja minta diantarkan menuju Bandara sebelum dirinya menuju Pangkal Pinang dalam waktu satu minggu ke depan."Barang-barang nya udah semua?" Tanya Kayana untuk memastikan.
Damian yang sedari tadi sibuk di dalam kamarnya karena sibuk memastikan semua penampilannya hari ini hanya bisa berteriak untuk membalas perkataan Kayana yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk Damian.
"UDAH, TAPI CEK LAGI AJA." Balas Damian.
Begitu Kayana selesai dengan satu piring sandwich dan kotak bekal yang penuh dengan buah dan juga tumblr hitam yang selalu Damian bawa jika bekerja, Kayana langsung bergegas memasuki kamar Damian.
"Kemeja, jas, celana bahan, ikat pinggang, dasi udah semua."
"Ini semua jangan lupa kalau kamu udah sampe di hotel langsung di hanger lagi soalnya bisa kusut." Ucap Kayana.
Damian berdeham pelan. "Sayang, tolong jam tangan aku dimasukin sekalian ya aku lupa tadi."
"Yang dimana? Kamu suka jorok deh kalau taro sesuatu."
"Di kamar mandi kayanya aku lupa kemaren langsung copot disitu pas mau mandi."
Kayana menggelengkan kepalanya karena merasa tidak habis pikir dengan kelakuan Damian, Kayana tau betul kalau jam tangan yang sering Damian pakai tersebut seharga dengan mobil Audi seri terbaru.
Setelah mendapatkan jam tangan yang Damian maksud tadi, Kayana langsung beralih pada Damian yang masih sibuk memeriksa kembali beberapa berkas yang akan ia bawa.
"Gak usah disimpen di koper nanti ilang mending kamu pake aja." Saran Kayana sembari memakaikan jam tangan tersebut di pergelangan kanan Damian.
Begitu selesai memakaikan jam tangan tersebut, Damian menarik pinggang milik Kayana untuk lebih mendekat dengan dirinya.
"Kenapa?" Tanya Kayana.
Damian menggeleng. "Mau puas puasin liatin kamu sebelum nanti liatnya cuma lewat hp."
"Aku bawain buah buahan buat nanti sama ada vitamin juga jangan lupa diminum."
"Makasih." Ucap Damian.
Kayana mengangguk, "Cium?"
Tanpa menunggu lama, Damian kemudian menarik tengkuk belakang Kayana dan menyatukan kedua bibir mereka. Damian benar-benar merasa gila ketika semakin merasa kalau bibir merah muda milik Kanaya memiliki rasa candu yang kuat.
"Udah, nanti kemeja kamu berantakan." Ucap Kayana ketika berhasil melepaskan kegiatan mereka.
Damian tertawa pelan kemudian sambil mengelus rambut kecokelatan milik Kayana. "Kalau kamu yang buat kemeja aku berantakan aku gapapa meski berkali kali ganti baju."
"Heh!! Udah deh katanya flight jam sepuluh, nanti telat aku yang kena omel."
Damian sengaja hari ini menyuruh seorang supir perusahaan nya untuk mengantarkan dirinya dan Kayana menuju bandara dan supir tersebut sudah mendapatkan amanat untuk mengantarkan kembali Kanaya pulang.
Ketika dalam perjalanan pulang Kayanadengan sengaja menghentikan supir tersebut.
"Pak saya turun disini aja." Ucap Kayana yang langsung tidak disetujui oleh supir tersebut.
"Jangan mbak, nanti saya yang kena marah sama pak Damian soalnya semalam saya dapet amanat buat anterin mbak pulang."
Kayana tersenyum, "Saya mau ketemu temen dulu pak ini sekalian keluar juga. Saya males kalau harus keluar lagi nanti."
Supir tersebut bimbang apa yang harus dilakukan. "Nanti saya yang langsung bilang sama Kak Dami deh, bapak gak usah takut ya."
Mau tidak mau supir tersebut mengangguk. "Oke deh mbak, tapi nanti kalau Pak Damian marah jangan bawa-bawa saya ya mbak."
"Iya, bapak tenang aja ya."
Setelah itu Kayana benar-benar keluar dari mobil hitam tersebut kemudian melangkahkan kakinya menuju sebuah restauran bernama Amoree.
"Lapor pak, mbak Kayana minta turun di restaurant Amoree."
Begitu memasuki restaurant tersebut Kayanalangsung disambut oleh beberapa pegawai yang langsung mengenali Kayana
"Selamat pagi mbak Kayana."
Kanaya tersenyum menanggapi sapaan pegawai restaurant tersebut. "Pagi Pak."
"Cari Mas Jevian ya?"
Kayana tersenyum lagi kemudian mengangguk. "Ada di atas mbak kebetulan baru datang juga."
"Oke, saya ke atas ya pak. Makasih."
Sesampainya di lantai tiga restaurant tersebut Kanaya langsung memasuki ruangan yang terdapat di salah satu pojok kanan dengan pintu berwarna putih.
"Jeviaaannn."
Jevian yang tengah melepaskan jasnya kemudian menoleh ke arah kanan dan mendapati gadisnya yang tengah tersenyum ke arahnya.
"Hai sayang. Baru sampe?"
Kayana mengangguk. "Kamu tumben datang siang."
"Aku kesiangan tadi, gak ada kamu sih yang bangunin aku. " Balas Jevian.
"Hehe maaaff."
"Jeviiiiii..."
"Apa Kayana sayang nya Jevian?" Sahut Jevian yang baru saja selesai menggulung lengan kemeja hitamnya.
"Mau peluk."
Jevian tertawa karena gemas dengan sikap Kayana barusan. Inilah yang Jevian suka ketika Kayana bersamanya, Kayana bisa menjadi sosok yang menggemaskan dan sekaligus manja dan tentunya Jevian sangat suka.
"Sini sini." Balas Jevian sembari merentangkan kedua tangannya.
Jevian menghembuskan nafasnya ketika Kayana sudah berada di dalam pelukannya, tidak kalah dengan Jevian Kanaya semakin mengeratkan pelukan keduanya.
"Kangen banget." Lirih Jevian di telinga Kayana.
"Samaaa, aku kangen wanginya Jevian."
"Cuma wangi nya aja nih, orangnya engga?" Tanya Jevian.
Kayana menggeleng, "Aku lebih Kangen Jevian.. hehe."
Chup!
Sebuah ciuman tidak terduga yang Kayana berikan untuk Jevian dan tentunya Jevian tidak menyangka kalau ia akan mendapatkan ciuman tersebut.
"Hehe biar Jevian semangat kerja nya."
"Gemes." Sahut Jevian yang langsung menghadiahi kecupan kecupan pada seluruh wajah Kayana.
"Aku jadinya disini nih sampe kamu pulang?" Tanya Kayana begitu melepaskan pelukannya pada Jevian.
Jevian mengangguk dengan semangat. "Iya dong, seminggu ini kan kamu nginep di apartemen aku."
Di sisi lain Damian tengah berada di kantor milik temannya yang bernama Johnny.
"Kayana kemana?" Tanya Johnny ketika selesai meminum kopi miliknya.
"Dia nyamperin Jevian di tempat kerjanya."
Johnny menggelengkan kepalanya karena merasa tidak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya ini.
"Sumpah Dam, lo beneran ngebiarin Kayana selingkuh di belakang lo? Lo tau dia begitu udah lama kan?"
Damian menggeleng. "Mereka deket udah lama tapi baru jadian tiga bulan lalu."
"Ya terus kenapa, Dam? Lo udah dibegoin gini sama cewe dan lo diem aja?"
"Gue cuma nunggu buat dia ke gue John."
"Kapan Dam? Sekarang malah lo kasih kesempatan dia seminggu buat bebas sama selingkuhan nya."
Entah kenapa Damian malah tersenyum menanggapi pertanyaan Johnny. "Gue udah sayang banget sama Kayana, gue cuma pengen tau salah gue apa sampe dia kaya gini."
Johnny yang berada di samping sahabatnya hanya bisa menepuk bahu kanan milik Damian untuk sekedar menguatkan sahabatnya tersebut.