15. Incheon Airport (a)

32 2 3
                                    

Written by HafsahAzzahra09
Edited by Yamashita_Izumi

***

Pagi ini, Ara mendengkus untuk yang kesekian kalinya, Ia pun menggulung lengan piyamanya hingga siku, lalu mulai mengeluarkan semua pakaiannya dari lemari. Tidak, gadis itu bukan berencana untuk kabur dari rumah. Ia hanya sedang muak dengan isi lemarinya yang mirip seperti kapal Titanic, teramat berantakan.

Setelah itu, Ara duduk dan melipat ulang baju-baju kesayangannya. Beberapa di antaranya tampak tak terselamatkan dan ia harus menyeterika ulang. Jam digital di ponsel adik kembar Ana itu masih menunjukkan pukul empat pagi, tetapi, gadis itu sudah sangat sibuk. Akhir-akhir ini Ara memang bangun lebih pagi dari biasanya.

Gadis bermata kelam itu menyalakan lagu One Oke Rock, lagu kesukaan kakaknya, untuk mengusir rindu akan kembarannya. Dalam kurun waktu kurang dari satu jam, semua pakaian Ara telah kembali rapi layaknya produk laundry. Ia pun tersenyum puas, lalu ia menengadahkan kepala, pekerjaannya masih belum selesai. Masih ada sarang laba-laba di ventilasi, pigura, dan di dekat gantungan baju.

Ya! Mengapa aku selama ini begitu jorok!

Gadis itu membatin sambil bergidik melihat semua kekacauan yang diakibatkan oleh kemalasannya. Ia pun melangkah untuk mengambil senjata tempur: sapu panjang, kemoceng, kain lap, dan sekop. Kemudian, Ara mulai memberantas semua debu dan mengerjakannya dengan cepat. Meski sesekali, ia terbatuk karena tebalnya debu beterbangan yang hinggap di hidungnya, tetapi ia berusaha mengatasinya dengan baik.

Setelah selesai dengan kamarnya, gadis itu masih belum puas. Ia pun berjalan menuju kamar kakaknya. Ara lagi-lagi mendengkus saat melihat tatanan kamar Ana. Sungguh berbanding terbalik dengan kamarnya. Mengapa Eonni bisa serapi ini? batinnya.

Ia pun mulai membereskan kamar kakak kembarnya. Feeling gadis itu mengatakan, Ana akan pulang sebentar lagi. Tidak butuh waktu lama, Ara sudah selesai membereskan kamar Ana yang sudah berdebu karena tidak digunakan selama beberapa bulan. Ia menyeka peluh di dahi, dan melihat sekali lagi poster-poster besar yang menghiasi dinding. Para idola sang kakak yang semuanya berkebangsaan Jepang.

Ara jadi berandai-andai, ingin menginjakkan kaki di Negeri Sakura. Meskipun Ana telah beberapa kali merantau, Ara belum pernah melakukannya. Sehingga sesekali, keinginan untuk jauh dari rumah mampir di benak Ara.

Setelah itu, wanita kurus itu pun menutup kembali pintu kamar kakaknya, lalu lanjut merapikan dapur, dan ruang keluarga.

Mumpung Eomma dan Appa belum bangun, aku harus segera menyelesaikan semua pekerjaan ini!

Tekad Ara itu membuatnya kembali bergerak cepat. Meski kemarin ia sudah mencicil pekerjaannya, tetap saja, pekerjaan rumah seolah-olah tidak pernah ada habisnya.

Diam-diam, gadis itu salut dengan para ibu rumah tangga yang setiap hari melakukan pekerjaan ini. Pasti mereka merasa sangat lelah, sedangkan Ara tidak pernah membantu pekerjaan ibunya. Jam pulang sekolah yang terlampau sore, bahkan malam, selalu menjadi alasan. Sebuah penyesalan pun terbit di pikiran.

"Seharusnya aku tidak semalas ini! Aku sudah dewasa,dan sekarang aku harus bisa mengurus diriku sendiri," gumam gadis berbibir ceri itu.

Ara menyelesaikan seluruh pekerjaannya sekitar pukul delapan pagi. Yongsu keluar dari kamarnya sambil menguap dan mengucek mata kanannya. Namun, kantuk bocah lelaki itu lenyap begitu saja saat melihat setiap sudut rumahnya begitu bersih. Bahkan seluruh ruangan di rumah sederhana itu juga menguarkan aroma jeruk, sangat wangi dan segar

Sincerity of the TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang