Tujuh Belas

73.8K 7.7K 2.4K
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Budayakan tekan bintang sebelum membaca, karena jejak kalian penyemangat penulis.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bengbeng coming 💜
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tiga puluh menit kita disini

Tanpa suara

Dan aku resah

Harus menunggu lama

Kata darimu

Barata sedang menyuapi Gibran yang setengah berbaring di kasur. Pemuda bertubuh bongsor ini menolak untuk makan sendiri, dan meminta agar disuapi.

Jadi dengan paksaan, Barata melakukan keinginan Gibran untuk menyuapinya.


Mungkin butuh kursus

Merangkai kata

Untuk bicara

Dan aku benci

Harus jujur padamu

Tentang semua ini

Lantunan suara musik yang mengalun, mengisi kekosongan dari keduanya yang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Barata yang fokus pada suapan.

Dan Gibran, yang sibuk akan rasa bahagiannya akan perhatian Barata.

Jam dinding pun tertawa

Karna ku hanya diam dan membisu

Ingin kumaki

Diriku sendiri, yang tak berkutik di depanmu


"Pahit nggak?"

Dari penglihatan Barata, kelihatannya Gibran lahap-lahap saja memakan makanannya. Tidak seperti orang-orang yang biasanya kehilangan nafsu makan ketika sakit.

"Enggak. Kamu yang nyuapin, jadi nggak pahit sama sekali."

Barata berdecih mendengarnya.

"Dasar pujangga!"

Gibran tertawa melihat Barata yang tengah merengut.

Tangannya terjulur, mengusap pipi Barata seraya tersenyum.

"Makasih, karena ada kamu aku jadi tenang."

Ada yang lain

Di senyummu

NERD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang