Chapter 4

21 1 0
                                    

"Ilham tenangkan dirimu.. "

"Assalamualaikum..." Kataku mengucap salam kepada mereka.

"Waalaikumsalam.. "

"Iya kak? Ada apa?" Jawab Laras dan kulihat mereka bingung dengan kedatangan ku.

"Kelas kalian jam ini pelajarannya Bu Rini kan?" tanyaku langsung to the point karena aku sudah tak sanggup menahan degupan ini.

"Iya kak, ini jam pepe-la-jaja-ran-nnya Bu Ririi-niii" Bukan dia yang menjawab tapi orang yang di sebelahnya, aku tak tau itu siapa yang terlihat sekali takut padaku.

Emang aku se menyeramkan itukah?

"Bu Rini hari ini izin ada keperluan mendadak, dan ini tugas dari Bu Rini buat buat kelas kalian" Kataku menjelaskan maksud kedatanganku ke kelas ini dan memberikan secarik kertas yang kusimpan di saku celanaku.

"Oh ya makasih kak.." Jawabnya yang sungguh sangat lembut, suaranya membuat hatiku tenang.

"Ah apaan sih kamu Ham sadar..." batinku

"Siap, ya sudah aku balik kelas... Oh ya kalian nanti ikut seleksi Osis kan?" Mumpung masih disini aku sekalian tanya mereka apakah ikut seleksi nanti.

"Hah? Eh iya.. Kita ikut kak" Jawab teman disebelahnya yang ku lihat di tag name tertulis Mika.

"Oke semoga bertemu nanti... Wassalamualaikum..." Setelah itu aku langsung pamit tak lupa juga berkata agar nanti bisa bertemu dan mengucap salam.

Aku tak tau juga apakah aku bertemu dengan dia nanti, ya sore nanti akan ada bimbingan untuk lomba yang ku ikuti. Dan semoga ada sedikit waktu untuk bisa bertemu dengannya.

"Waalaikumsalam"  setelah mereka menjawab aku bergegas pergi dari situ dan langsung kembali ke kelasku.

Cukup jauh jarak kelasku dari kelas 10 dan kenapa terasa berat kakiku untuk melangkah jauh dari sana. Setelah beberapa menit sampai lah di depan kelasku 11 Mipa 2 yang ternyata tak ada guru yang mengajar.

Segera ku masuk dan langsung di beri tatapan tajam oleh ketua kelasku.

"MASUK KELAS ITU NGUCAPIN SALAM GAK SEENAKNYA LANGSUNG MASUK" katanya yang sengaja ditekan dan ku lihat semua melihat ke arahku dan juga dia, tampak semua langsung terdiam takut dengan suara beratnya yang sangat mencengkram.

"Iya maaf.. Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam.. Kemana aja? Ini kelas dari tadi berisik tapi anehnya yang biasanya tukang gaduh gak ada ditempat" Katanya lebih lembut dari tadi ditambah dengan nyinyiran khas.

"Santai lah bro... kan kau juga enak gausah marah marah. Tadi ada urusan jadi telat baliknya hehe" Jawab ku sambil menggaruk kepala, takut dia tau apa yang terjadi tadi.

"HMM.. " Gumamnya. Kalo udah begini lebih baik mundur dari pada diamuk nanti.

Ya dia sahabatku Prada. Muhammad Aditya Rayhan Pradana, ketua kelas paling tegas, paling disiplin dan paling alim dia juga satu organisasi denganku sama sepertiku yang anti dengan cewek, tapi bedanya dia lebih terbuka dengan semua.

"Dan.." Panggilku kepada Prada yang didepan sana masih dengan berkasnya.

"Apa? Kau kalo minta bantuan yang aneh aneh awas aja" Jawabnya sepertinya dia sedang gak asik untuk ku ajak ngobrol, tapi tak apa lah aku kan hanya ingin tanya sama dia.

"Siapa yang mau minta bantuan pede kali... Emm kau nanti sore ikut?"

"Gak... Ada latihan aku, kenapa?" Jawabnya yang tak mengalihkan pandangan dari berkas itu.

"Gak ada apa-apa, aku pengen cerita tapi gak disini... Disini gak aman"

"Yaudah nanti aja.. Dah sibuk aku.. Sana pergilah "

"Iye iye... JANGAN LUPA MAKAN.. Yang diurus berkas mulu, perutnya gak diisi makanan, sakit iya... yang repot aku juga nanti..." Kataku sambil melihatnya sinis, dia orang yang sangat susah sekali makan apalagi kalo udah berurusan dengan berkas kesayangannya.

"Iya bawel... Sana.. tuan Prada lagi sibuk" Katanya sambil tangan dikibas didepanku.

"Ishh aneh.. tuan apaan kau"

Setelah itu aku memutuskan untuk keluar kelas,  menghilangkan penat sambil membawa gitar kesayangan ke taman sekolah.

Lirik demi lirik sudah ku nyanyikan tapi penglihatanku mulai tak fokus yang tadinya mengarah ke gitar dan pemandangan taman saja, sekarang teralihkan ke arah seseorang yang jalan membawa beberapa tumpuk buku dan...

Enjoy... Jangan lupa vote dan komen❤️

~API~ Antara Prada Ilham Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang