"Ceritakan padaku bagaimana rasanya hidup di antara pecundang dan kemunafikan hingga kau memilih menjadi bajingan"
°°°
"Royko, dimana lo" Teriaknya menggema di seluruh sudut rumah sederhana dengan desain minimalis.
"Etdah, buset! Cewek gue budek amat masa teriak-teriak gini dia kagak denger?" Gerutu Reyhan kesal karena yang di panggil tak juga muncul.
"Astaga, kakak ngapain teriak-teriak gitu. Hellow Sei nggak budek ya!"
Gadis dengan baju pendek yang memperlihatkan perut putih mulusnya dan hotpans memperlihatkan kaki jenjangnya itu berkacak pinggang, wajahnya cemberut.
"Dari mana?" Tanya Reyhan dingin.
Sei tidak menjawab, Sei melangkah menuju sofa menangkap wajah cowok itu dengan kedua tangannya saat dirinya sudah sampai di hadapan Reyhan kemudian mencium bibir itu sekilas. Lalu mengalungkan kedua tangannya di leher cowok itu.
Reyhan menaikkan satu alisnya ke atas.
Reyhan tau betul bahwa gadisnya ini mengelak dari pertanyaannya dan mencoba merayunya.
"Dari mana?" Tanyanya lagi masih dengan raut wajah tak bersahabat walaupun tangannya juga sudah melingkar di pinggang gadis itu.
"Tadi Sei lagi nyiram tanaman di depan"
"Pakek baju ini?" Sei mengangguk.
Reyhan menggeram tertahan. Apa-apaan gadisnya ini keluar rumah dengan baju yang kurang bahan seperti ini bahkan perut gadisnya ini jelas terekpos dengan sempurna.
Bagaimana jika di luar sana ada pria yang menatap tubuh gadisnya dengan tatapan lapar sungguh Reyhan sangat geram. Reyhan mengeraskan rahangnya memikirkan hal ini.
"Lain kali kalo kamu keluar dari rumah jangan pernah pakek baju kurang bahan kayak gini lagi" Ucap Reyhan lembut.
"Emangnya kenapa?"
"Aku nggak mau tubuh kamu di liat sama cowok yang lewat di depan rumah, Royko"
"Nggak mau iss kakak suka maksa" Sei cemberut.
"Lagian pabrik mana sih yang buat baju kurang bahan kayak gitu" Cibir Reyhan.
"Kakak ini baju bukan kurang bahan tau tapi ini itu emang modelnya aja yang begini" Ucap Sei.
"Pokoknya kamu jangan pernah pakek baju jahanam itu lagi"
Sei ingin membuka suara ingin memprotes, tapi sebelum ia mengatakan apapun. Reyhan kembali melanjutkan ucapannya.
"Satu lagi, kamu jangan nakal. Cukup kamu turutin omongan aku" Lanjutnya tajam.
"Iya-iya tuan Reyhan Gibadesta" Ucap Sei pasrah. Pacarnya ini memang posesifnya tingkat akut.
Reyhan kembali tersenyum, walaupun rasa geramnya belum juga hilang"
"Nama panggilan aku itu Seiko kakak bukan Royko, iss kakak gimana sih"
Reyhan terkekeh. "Serah aku dong manggil apa, mulut-mulut aku bukan mulut kamu"
"Mami! Sei kesal sama kak Rey" Rengek Sei memanggil maminya yang entah kemana. Mata bulatnya sudah berair siap menumpahkan mutiaranya. Eh nggak deng air mata maksudnya:v
"Hiks kakak kenapa nakal sih hiks" Sei mengucek-ucek mata sambil menyedot ingus yang tiba-tiba keluar begitu saja.
"Hih, udah segede gaban masa masih ingusan" Ledek Reyhan. Bukannya menenangkan tapi malah di ledek, dasar Reyhan.
"Mamiiiiiiii! Reyhan nakalin Sei" Teriaknya kencang membuat Reyhan spontan menutup kedua telinganya.
"Anjing itu mulut atau toa masjid suara lo kenceng bener" Reyhan berujar masih dengan menutup telinganya. Tadi aja pakek aku-kamu tapi sekarang pakek gue-elo.
"Cup, cup, cup. Sini-sini jangan pakek nangis segala sakit kuping gue" Tutur Reyhan.
"Nggak kakak jahat hiks" Isak Sei.
"Diam atau lo gue cipok. Mau lo gue cipok?" Tanya Reyhan menaik-turunkan alisnya menggoda Sei.
"Cipok-cipok ndasmu" Cibir Sei.
"Coba ulang lagi kata lo yang barusan" Titah Reyhan.
"Cipok-cipok ndasmu" Ulang Sei.
"Lagi sekali lo bilang kayak gitu lagi gue cipok lo sampek mampus sekalian deh gue goyang lo sampek tepar"
"MAU DONG" Ujar Sei antusias. Kemudian mereka tertawa bersama. Tentu saja itu hanya candaan. Sebrengsek-sebrengseknya Reyhan, ia tidak mau merusak masa depan gadis kesayangannya.
Begitulah Reyhan dalan Seiko, dua orang dengan karakter berbeda yang menyatu karena cinta.
-TBC-
Ceritanya gaje ya? Maafkeun
Follow IG. @Astuti_1419
KAMU SEDANG MEMBACA
Brave Solidarity
Teen Fiction"Mau ke rumah sakit atau gue kasih give away ke neraka?"