Satu

17 6 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Bersantai dengan makan sepiring batagor, ditambah dengan es teh manis yang siap diminum kapan saja, di siang yang terik memang nikmat sekali.

Mahesa sibuk mengunyah batagor yang ada di mulutnya, sambil menyendok batagor lainnya di dalam piring untuk disuapkan ke mulutnya. Baru ingin meraih gelas es teh manis yang terlihat menggoda dengan titik-titik air yang menempel di sekeliling gelasnya, Mahesa harus dikejutkan dengan getaran di saku celananya.

Tertera nomor tak dikenal, membuat dahi Mahesa mengkerut. Mahesa menggeser tombol hijau di layarnya, setelahnya suara anak laki-laki yang tidak asing menyapa telinganya.

"Bang, lo lagi dimana?"

"Siapa lagi nih sekarang?"

"Hehe peka banget, jeno berantem sama ketua osis"

Mahesa menarik dan menghembuskan napasnya, "yaudah, gue dateng 15 menit"

Setelahnya Mahesa beranjak dari duduknya dan meninggalkan beberapa potong batagor yang tersisa, meneguk cepat es teh manis hingga setengah. Setelah membayar batagor tadi, Mahesa langsung menaiki motornya dan memasang helm.

Beginilah jadinya setelah Mahesa bertemu enam bocah yang hobinya buat masalah. Tujuan Mahesa kini adalah SMA Nusa Bakti, tempat ia pernah bersekolah dulu sebelum menjadi alumni. Masuk ke gerbang sekolah itu Mahesa langsung dapat sapaan dari satpam penjaga.

Mahesa memarkirkan motornya dan membuka helmnya, merapikan rambutnya yang terlihat sedikit acakan karena helm. Terlihat beberapa siswi yang mulai seperti cacing kepanasan melihat Mahesa. Bagaimana tidak, Mahesa saat masih sma sering dibilang pacar idaman. Sudahlah pintar, ganteng, ramah lagi, bagaimana tidak kepincut.

Mahesa berjalan kearah ruangan yang sering ia datangi karena enam orang perusuh itu, ruangan yang dipapannya bertuliskan 'bimbingan konseling.' Saat memasuki ruangan, Mahesa mendapati Jeno dengan lebam di pipinya dan anak laki-laki yang duduk disampingnya adalah ketua Osis yang mukanya sudah tidak karuan lagi. Mahesa juga memandangi Harsa dan Javian yang memasang wajah cengengesan kearahnya.

"Maaf buk kalau menunggu lama." Mahesa mendudukkan diri di kursi yang ada diantara Jeno dan si ketua Osis. Guru bk yang di badge namanya tertera Meilinda Azizah itu hanya mengangguk.

"Saya tau kamu dan anak-anak ini sudah dekat lama, tapi kenapa kamu mau repot-repot mengurusi mereka seperti ini?" Buk linda menyandarkan punggungnya ke kursi, "ibuk bisa saja menghubungi orang tua mereka, walaupun katanya sibuk, tapi anak mereka kadang sudah keterlaluan."

"Selagi saya bisa, saya nggak keberatan buk." Ucap Mahesa yang membuat Jeno melihat kearahnya dan kembali menunduk.

"Baiklah, sekarang ibuk mau dengar penjelasan kamu adam"

Si ketua Osis melihat sengit kearah Jeno dan langsung menegakkan duduknya, "saya tadi lagi ke kantin buk, saya lihat Jeno dan temannya tidak pakai atribut lengkap. Sebagai ketua Osis tentu saya punya hak untuk menegur dia, tapi dia malah nyolot dan meninju saya buk."

6 reasons why Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang