•••
"Pegel juga, udahan yuk." Harsa menepis tangan Javi yang merentang dan mengenai wajahnya. Bagaimana tidak pegal? Mereka bermain di warnet bang Udin sudah hampir empat jam. Memang Harsa dan Javi kalau sudah main warnet suka lupa waktu, bang Udin saja sampai sudah mual liat kelakuan sama muka mereka. Tapi apa boleh buat, dua remaja itu pelanggan setia sekaligus sumber uang bang Udin. 'Begini amat cari uang.' Begitulah batin bang Udin setiap Harsa dan Javi datang.
Bukan tidak ada alasan juga bang Udin bilang seperti itu, Harsa dan Javi memang ragam aksinya seperti dua botak dari Malaysia. Mereka pernah mengajak bocah sekampung main di warnet bang Udin, membuat bang Udin senang sampai dimabuk kepayang membayangkan bisa panen uang. Bukannya panen uang yang didapat bang Udin, malah pening karena Harsa dan Javi cuma bayar tiga puluh ribu. Diakhiri kata dari Harsa "bang udin ulang tahun kan? Nah, hari ini kita bantu sedekah biar panjang umur ya bang."
Udahlah, bang Udin rasanya mau resign dari bumi.
"Alasan lo, bilang aja mau ketemu Hani."
"Iya, tapi itu entar sore. Sekarang kita grebek dulu si Jeno ke rumahnya." Javi beranjak dari kursi warnet yang dia duduki.
"Buset tong, pantat apa setrikaan." Saat Harsa tak sengaja menyentuh kursi yang diduduki Javi.
Hari ini Javi berbaik hati mau membayarkan Harsa. Itu karena Harsa menyelamatkan Javi dari kerumunan ibuk-ibuk komplek yang suka gemas karena kata mereka Javi mirip dengan salah satu member boyband smash.
Membuat Javi suka protes, "Iqbaal bukan personel smash buk, astaghfirullah. Iqbaal itu pesonel sijiar buk, si-ji-ar."
"Panas nih, lo aja deh sana ambil motor. Gue nunggu disini."
"Apaan lo gaada, masa gue sen—" telunjuk Javi dengan bebas menempel pada bibir Harsa, membuat Harsa mengelap kasar bibirnya.
"Buruan woi, entar gue kasih minum deh si jamila."
"Beneran ya?"
"BURUAN GEBLEK, PANAS NIH."
Setelah menerima tendangan kuat di pantatnya, Harsa pun sampai di rumahnya dalam beberapa menit dengan kekuatan lari yang setara dengan saat dia ngibrit dari bendahara kelas yang meminta uang bulanan.
Terlihat jamila yang terparkir rapi di garasi rumahnya, dengan badan yang mengkilap dan terlihat bersih berseri seperti tepung beras rose brand.
"Mila, ayo kita cap cus taratus tus tus, mumpung Japi lagi baik. Nanti kamu di kasih minum kok sama cacing larva itu."
Setelah mengelus motor kesayangannya dan berteriak dari luar untuk meminta izin pada ibunya, ia pun mengegas jamila sambil bernyanyi dengan volume yang besar. Saat melihat ibuk-ibuk yang sedang berkumpul di tukang sayur Harsa pun melambatkan motornya dan tiba-tiba, "BAAA!!! YANG SEMANGAT BUK NGEGOSIPNYA JAKANDORRR"
KAMU SEDANG MEMBACA
6 reasons why
Fanfiction"gimana pun, keenamnya temen gue. walaupun lebih sering jadi jelmaan iblis." itu kata Mahesa setiap ditanya kenapa bisa temenan sama 6 anak gak jelas yang suka bikin rusuh dan bikin geleng kepala. Tapi menurut Mahesa 6 anak-anak itu bukan gak jelas...