1.2 The End is Coming

209 18 0
                                    


*****

Matahari pagi bersinar dengan sangat cerah di sepanjang sungai kota. Gelak tawa dari orang-orang, dan aroma roti yang lezat memenuhi penjuru kota.

Pagi Carmain yang biasa, ibukota Kekaisaran Karhan. Sebuah tempat dimana orang-orangnya bersahabat dan menyapa setiap orang yang mereka lewati.

Ketika Ashia melewati jalan sampit dengan keranjang yang penuh dengan roti yang baru dipanggang dan susu segar, para penjaga toko yang sedang membersihkan jalan kecil menyapa Ashia.

"Ashia, selamat pagi!"

"Selamat pagi juga, Bibi Chelsea."

"Bagaimana bisnis anda?"

"Baik, tentu saja~"

Wajah Ashia, saat dia menjawab dengan senyuman yang cerah, sesegar matahari pagi.

Aroma bunga yang bermekaran di musim semi, panas yang terasa di musim panas, musim gugur dengan ladang keemasan, dan dinginnya angin di musim dingin.

Itu adalah tempat dimana kita bisa melihat dengan mata sendiri, mendengar dengan telinga sendiri, dan merasakannya seolah menyentuh kulitmu. Ini bukan fiksi, tetapi kenyataan.

'Siapa yang mengira kalau tempat ini ada di sebuah novel?'

10 tahun yang lalu, Renna bereinkarnasi ke tempat ini.

Tidak ada rasa sakit di hatiku karena suamiku yang masa bodoh itu, tidak diganggu siapapun, dan tidak kehilangan suaraku akibat pemberontakan.

Tempat dia berpindah adalah novel.

Cling!

Saat Ashia memasuki toko, membuka pintu biru langit, bel kecil yang ada di pintu bergetar ringan dan membuat suara yang menyenangkan.

Ashia langsung mulai memindahkan ramuan yang disimpan di dalam kotak kayu.

'Ini adalah ramuan yang Berna pesan yang harus dikirim ke kuil, dan ini....'

Kemudian, pintu toko terbuka dan bel berbunyi sekali lagi. Saat mendengar suara itu, Ashia dengan cepat membungkuk seolah dia sedang menunggu seseorang.

"Selamat datang. Ini adalah Toko Ramuan Ashia."

Saat dia berjalan cepat menuju pelanggan itu, dia menunjukkan senyuman cerahnya yang khas.

"Apakah ada yang anda butuhkan? Anda bisa memberitahu saya."

"......."

Pria itu pun, yang masuk ke toko, melihat sekitar, sambil berjalan perlahan menuju Ashia.

"....... Apakah anda adalah pemilik toko ini, Ashia Bliss?"

"Ya, tuan. Saya Ashia Bliss."

Nada pria itu, yang berpakaian rapi dengan seragam biru laut gelap, terdengar dingin.

Walau begitu, Ashia tidak kehilangan senyumnya. Dia hanya bukan tipikal tamu yang lembut dan baik seperti yang biasanya datang.

'Luar biasa....'

Pria itu menatap Ashia sambil berpikir,

'Ashia Bliss. Dia adalah seorang penyihir yang namanya cukup dikenal di kalangan masyarakat. Rumor yang beredar tentangnya sebagai penyihir ada yang baik dan yang buruk.

Itulah sebabnya aku punya prasangka. Aku berharap dia punya keberadaan yang kuat. Selain itu, aku membayangkan dia menyerupai sosok penyihir yang ku pelajari di buku-buku.

Novel || Mantan Suamiku Jadi Tokoh UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang