Galvin dan Albert kembali ke kantor setelah makan siang. Albert memperhatikan Galvin yang termenung sepanjang jalan.
"Untung saja aku yang menyetir. Kalau kau yang nyetir kita sudah ada dirumah sakit karena lamunanmu itu." Albert mengoceh membuyarkan lamunan Galvin.
"Hmm.. entahlah. Antar aku ke rumah keduaku saja, aku sedang malas bekerja."
"Enak sekali ya jadi bos. Kau mau bertapa lagi?" Tanya Albert sambil menatapnya ngeri.
"Yak! Kau pikir aku ini apa. Sudahlah antarkan saja." Jawab Galvin malas.
"Baik bos.." mobil itu langsung melesat menuju 'rumah kedua' Galvin.
. . .
Perpustakaan. Rumah kedua Galvin. Tempat Ia banyak menghabiskan waktu selain di mansion dan kantornya, mempelajari ilmu astronomi adalah kegemaran Galvin sejak kecil. Bahkan Ia tidak mengerti kenapa waktu itu Ia memilih bar untuk menenangkan diri padahal Ia tidak pernah ke tempat seperti itu, yang berakhir pertengkaran dengan sosok Ara.
Galvin berjalan menuju rak-rak yang menjulang tinggi itu. Menuju tempat buku favoritnya disimpan, buku tentang tata surya dan galaksi bima sakti. Ia tertegun saat matanya melihat sosok wanita yang sedang berusaha menggapai buku yang disimpan cukup tinggi diatasnya. Setelah wanita itu berhasil menggapainya, wanita itu tersenyum. Ia melihat senyuman itu. Seperti sang surya yang menjadi pusat di sistem tata surya kita, senyuman itu juga akan membuat siapa saja yang melihat terpusat padanya.
Ara mendongak dan terpaku, mereka terdiam sesaat. Sampai kemudian Ara tersadar dan berpaling berjalan meninggalkan Galvin yang masih terpaku. Tak lama ia tersadar dan bergegas mencari meja tempat Ara membaca. Ia melihat sosok itu sedang duduk membelakanginya di ujung sana. Ia pun berjalan menghampirinya.
"Boleh aku duduk disini?" Tanya Galvin dengan hati-hati.
Ara mendongak, ia hanya bergumam tak begitu peduli dan kembali memusatkan diri pada buku yang dibacanya.
Sesekali Ara merasakan lirikan dari pria yang duduk di depannya itu. Ia merasa jengkel karena jantungnya malah semakin berdegup kencang.
"Bisa tidak kau fokus saja pada bukumu?" Ara berusaha setenang mungkin. Namun saat matanya kembali menatap mata itu, ia kembali tertegun. Tak ada yang bisa menyangkal bahwa pria di depannya ini berparas menawan, dengan mata yang agak sipit seperti Orang Asia namun bola matanya kebiruan seperti Orang Eropa pada umumnya, dan rambut brown-nya yang tersisir rapi menggunakan pomade.
Ara langsung salah tingkah dan memalingkan wajahnya. Ia merasa malu tanpa sebab. Galvin pun merasakan hal yang sama. Ia berdeham kecil sebelum mengeluarkan suara.
"Kau sedang belajar Bahasa Korea?" Tanyanya sembari melirik ke arah buku yang sedang Ara pegang. Ara mengangguk pelan.
"Wah kebetulan sekali, ibu dari ayahku adalah Orang Korea. Dari kecil aku sering kesana, makanya aku bisa Bahasa Korea. Kau bisa belajar padaku." Ucapnya penuh semangat, ia merasa senang karena ada bahan untuk modus.
Ara yang sebelumnya memalingkan wajah berlagak tak peduli, langsung menoleh ke arah Galvin dengan mata berbinar.
"Benarkah? Kau bisa Bahasa Korea? Hangul? Kau bisa mengajariku?" Galvin tersenyum puas dalam hati, ia mengangguk mantap dan membuat Ara terkesiap hampir berteriak di ruangan tak bersuara itu.
Mereka seakan sudah melupakan kejadian malam itu. Tempat itu berhasil mengubah segalanya.
. . .
Galvin berjalan dengan riang menuju mansion megahnya saat siang sudah berganti malam, Ia tak berhenti tersenyum karena tak hanya bisa mengobrol dengan wanita itu, ia juga baru saja mengantarkan Ara pulang ke apartemennya. Ara yang tadinya enggan menerima tawaran Galvin langsung mengiyakan saat Galvin bilang akan membantunya lagi belajar Bahasa Korea.
"Hei, kenapa kau senyum-senyum sendiri?" Galvin terperanjat, ia menoleh ke sumber suara dan menemukan sosok dari kegelapan sedang duduk di kursi taman mansion nya. Perlahan sosok itu berdiri dan berjalan menghampiri Galvin, samar-samar wajahnya mulai terlihat melalui cahaya yang terpantul dari lampu taman.
"Hei, ini aku." Ucap sosok itu sambil tertawa renyah. Galvin yang sedari tadi terpaku menghembuskan napas lega saat tahu ternyata sosok itu adalah kakak kandungnya sendiri. Ansel Fritz.
"Bagaimana mungkin kau tidak mengenali suara kakakmu sendiri Galvin?" Ansel merangkul Galvin sambil tertawa.
"Kita kan sudah hampir 4 tahun tidak bertemu, wajar saja aku lupa suaramu kak. Suara di telepon kan juga berbeda tahu. Lagipula kenapa kau tidak masuk dan malah duduk di tempat gelap seperti itu, bikin merinding saja!" tutur Galvin tidak mau disalahkan.
"Aku sengaja ingin menguji tingkat keberanianmu, ternyata masih sama seperti anak TK." Galvin menatap kesal kakaknya.
. . .
'Kau sudah sampai di rumah?'
Sebuah notifikasi pesan muncul dari layar ponsel Galvin. Galvin yang baru saja selesai mandi dan membaluti tubuhnya dengan piyama langsung merampas ponsel ketika melihat nama yang mengirim pesan. Ia menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur.
Saat diperjalanan mengantar Ara, ia memberanikan diri untuk meminta nomor teleponnya dengan alasan supaya mudah jika wanita itu ingin menanyakan soal Bahasa Korea yang membuat Ara dengan senang hati bertukar nomor dengannya.
Galvin cengengesan sambil hendak membalas pesan dari wanita yang mulai menanamkan bunga-bunga di dalam hatinya yang hampa itu.
"Tadi senyum-senyum sendiri, sekarang cengengesan. Kau kerasukan jin dimana Galvin?"
Ansel yang entah sejak kapan sudah berada di kamar Galvin dan membuatnya terkesiap.
"Yaampun! Ayo cepat ceritakan gadis mana yang sudah membuat adikku yang kampungan jadi gila begini." Ansel menatap adiknya dengan tatapan menyelidik.
"Kampungan apa maksudmu hah?!" Tutur Galvin jengkel.
"Kampungan soal cinta.." Ujar Ansel dengan nada meledek, ia menjatuhkan tubuhnya di sebelah Galvin sembari mencoba mengusik Galvin.
"Aishhh.. bisa diam tidak?! baiklah, baiklah nanti ku ceritakan. Puas? Sekarang jangan mengganggu kesenanganku, pergi sana!" Ucapnya sambil mendorong tubuhnya menjauh dari kakaknya yang kepo itu. Ansel tersenyum puas.
"Sial! Bagaimana dia bisa tahu kalau aku sedang berbunga-bunga karena wanita. Dasar peramal gadungan!" Umpatnya dalam hati.
* * * * *
If u like this story, dont forget to vote and comment below!
And follow my instagram to see my random feeds xoxo : @anisnndn
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
RomanceOrang yang mengakui cinta namun akhirnya dia penyebab luka