Setelah memastikan aku memakai seat belt dengan benar, mas adit langsung nyalain mobil dan fokus untuk menyetir.Sisi penyayang nya ini yang bikin aku kadang bingung, harus balas semua kelakuan jahil nya dengan apa. Dia adalah orang pertama yang akan membelaku saat aku melakukan kesalahan, menuruti semua keinginan ku tanpa terkecuali, dan di saat-saat tertentu akan berubah menjadi pendengar yang baik saat di butuhkan. Teman sekaligus kakak di dalam hidupku.
Dan aku menyayangi sosok nya.
" Kamu masih pacaran sama mahesa dek?" tanya nya seraya melihat muka ku hati-hati.
" Masih." ketusku. Kami memang masih pacaran dan sudah berjalan selama 4 tahun.
" Mas ga suka kamu masih punya hubungan sama si mahesa, -"
" Mas kan emang gak pernah suka sama mahesa dari dulu. " potong ku.
" Selama ini mas masih percaya sama kamu karena waktu itu kamu bilang, bakal ngerubah mahesa menjadi lebih baik. Tapi sampai sekarang, mas liat belum ada kemajuan apa pun, " menjeda." Kalau dia benar-benar sayang sama kamu dia bakal berubah, setidaknya dia bisa berhenti minum alkohol dulu setelah itu baru bertahap lagi. "
Aku meringis mendengarnya,mas adit memang orang yang memberikan kesempatan itu untuk aku bisa membuktikan bahwa mahesa bisa berubah. Obrolan seperti ini semakin membuat aku merasa ada benar nya juga, 4 tahun pacaran mahesa sama sekali gak ada niatan untuk berubah. Aku selalu menyindir dan membicarakan hal ini saat aku dan mahesa sedang berdua, berharap dia sedikit mengerti. Yang ada dia malah marah-marah dan mendiamkan aku selama berhati-hari, dan itu yang ngebuat aku malas membahas nya lagi dengan mahesa.
" Ya gak akan segampang itu mas." jawab ku, sambil terus fokus menatap ke depan.
Gak ada guna nya juga membela diri, orang kenyataan nya memang seperti itu.
" Dek, kamu tuh susah di bilangin. Gak ada guna nya kamu ngebelain orang yang ga berguna begitu. Ngurus diri sendiri aja ga bisa, mau sok-sok. An mau jadi suami kamu."
Kedua tangan ku terkepal kuat di kedua sisi tubuhku. Mas adit ga tau apa-apa malah sok mengajari, aku yakin ko mahesa sedang berjuang untuk berubah. Karena ga akan segampang itu merubah gaya hidup seseorang, semua butuh proses dan ga ada yang instan, tapi mas adit ga mau ngerti itu.
Aku Menghela nafas dengan kasar, entah sudah berapa kali aku membuang nya. Aku melirik mas adit yang sudah fokus menyetir dan tidak mengharap kan jawaban dariku. Bagus lah kalau dia mengerti.
" Mas mau mampir dulu ke cafe Shop nya aarya, dia hari ini lagi grand opening untuk cafe nya yang baru. Ga enak kalo ga dateng." ucap mas adit sambil membuka telpon nya dan mengutak atik mencari nomer seseorang ga lama dia memasang earl piece ke telinganya dan langsung di sambut oleh si penelepon.
Sebenarnya aku capek sih, keliling pakuwon mall tadi selama 2 jam lebih membuat kaki dan tubuhku terasa pegal. Tapi mengingat baju-baju dan celana yang sudah mas adit belikan, membuat aku tersenyum dan mengikuti saja apa yang dia perintahkan.
" Iya halo ar... Gua udh mau nyampe nih... Tapi gua gak akan lama ya sama eliza soalnya..." mas adit ngelirik aku sebentar gak lama dia senyum sendiri, gak tau apa yang lagi dia omongin sama orang itu. " iya yaudah ya bro.. Ntar gua kabarin kalo udh di depan. "
" Dapet salam tuh dari aarya, udah lama gak ketemu katanya. " ada nada geli di pernyataan nya mas adit membuat aku memutak bola mata ku.
" Emang mas aarya ada di sini ya mas?" karena setahu ku mas aarya lagi jalanin usahanya di London dan sudah beberapa tahun ini memang aku dan dia tidak bertemu lagi setelah terakhir kalinya kita bertemu.
" Iya, sudah sebulan deh kayak nya. tapi dia langsung sibuk ngurusin bisnis cafe nya yang hari ini lagi grand opening yang pertama nya. Dia tuh pekerja keras banget dek, apapun usaha dia coba. Padahal dia ga butuh-butuh uang banget, tahu sendiri usaha nya yang di London sukses nya kaya apa. Kadang mas aneh sama dia, seharusnya dia tinggal duduk aja di depan meja tanpa perlu susah-susah ngerasain capek nya ngebangun usaha dari nol. "
Dari yang aku dengar, mas aarya itu emng orang kaya. Punya perusahaan di beberapa benua, termasuk yang di London. Dan setahu ku papa nya sudah meninggal beberapa tahun lalu, sedangkan mamanya menetap di Indonesia.
" Ya kan ada beberapa orang yang memang pengen ngerasain hal-hal seperti itu mas, membangun usaha nya dari nol dan bisa membuat mereka lebih menghargai lagi orang-orang yang jauh lebih rendah strata sosialnya." imbuhku. Tanpa sadar membelanya.
Mas adit tersenyum dan mengangkat tangan nya untuk mengusap kepala ku." Kamu tuh seharusnya cari calon suami yang kaya aarya dek. "
Aku mencebik. males kalo udh ngomongin masalah jodoh, pasti ujung-ujung nya mahesa yang jadi korban ke tidak sukaan nya.
***
Eliza putri pranoto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Marriage senja
Teen Fiction" Ajari aku hijrah mas, bimbing aku menjadi istri yang di ridhai mama mu" ucap eliza pada mas aarya.