Aku langsung Menyipit kan pandangan, saat keluar dari Area kampus. Seorang pria sedang menunggunya di balik mobil merah bermerk Mercedes-Benz g-class mengkilapnya. Orang itu sedang tersenyum manis dan menurunkan sedikit kacamata nya ke bawah, membuat aku bisa melihat siapa orang yang berada di sana.
Siapa lagi kalau bukan mas adit.Aku sempat menyesali keputusan ku. seharusnya aku ikut bersama sarah, menemani nya keluar sebentar ketimbang harus di jemput mas adit dan terjebak dengan nya sepanjang perjalanan pulang.
" Kejutan." lirih mas adit,saat aku sudah berada di dalam mobil dan memakai selt belt.
" wow,... Aku terkejut setengah mati." ucap ku dengan wajah sedatar tembok.
Mas adit berdecak. "Kamu ga seneng banget kaya nya mas jemput?".
" memang." jawabku sarkatis.
Seharian ini moodku sedang kacau. Kadang marah-marah gak jelas, gak lama keliatan sedih trus berubah muram lagi, terus seperti itu sepanjang di kampus. baik sarah, nadine dan teman-teman yang lain di buat kelimpungan saat perubahan perasaan ku yang memang sering membuat mereka kesal setengah mati.
3 hari ini aku kehilangan kabar mahesa, nomer telvonnya yang tidak aktif, apartemen nya yang kosong, dan teman-teman mahesa pun tidak bisa di ajak bekerja sama. Sial!
Mas adit hanya termenung beberapa saat. Hingga ia menarik pedal gas dan melajukan mobil nya dengan santai, membelah jalanan yang sudah sepi karena matahari sudah berada di ufuk barat.
" Dek." mas adit memanggil. Kepala nya menoleh ke kiri, mengamit daguku agar menghadapnya. Namun, aku langsung menepisnya dengan kasar dan semakin memojokan wajah menempel ke jendela. melihat jalanan yang sudah lenggang di tengah kota lebih asik ketimbang ngeliat wajah mas adit.
Dengan bola mata yang sudah berkabut sedari tadi, aku berusaha menahan perasaan melow yang mendesak. Dia tidak bisa menangis di hadapan kakak nya, membuat mas adit khawatir saat tahu penyebab kenapa ia terlihat murung.
Ini bukan pertama kali nya mahesa hilang kabar, berulang ulang kali dengan drama yang terus seperti itu. ia datang tanpa kata maaf atau sekedar menjelaskan kenapa ia tidak memberinya kabar. kenyataan ini terus berlanjut, perempuan terus berdatangan dalam hubungan mereka. Dia terus memaafkan kesalahan mahesa, tapi tidak dengan hati nya yg sudah merasa lelah.
" Mamah nyuruh mas beli bahan-bahan kue, kamu kan tau mas ga ngerti masalah ginian. Jadi mas minta tolong kamu aja ya dek." bisik mas adit. Kali ini jelas mas adit merasakan bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja, tapi untuk kali ini seperti nya mas adit mengalah. Membiarkan aku berpikir dan bersikap dewasa.
" iya. " aku menggigit bibir bawah, memohon pada diri sendiri agar sedikit lebih kuat saat ini. Tidak membiarkan tubuhnya bergetar dan menangis di hadapan kakaknya.
***
Terigu... Telur... Baking soda. Keju.. Begitu banyak daftar belanjaan yang mama tulis di kertas, membuat aku mendesah frustasi mencari nya. Mama mau bikin kue atau mau buka agent, semua bahan rasa-rasa nya hampir semua ada di dalam troliy yang mas adit dorong.Jangan tanya mas adit ngapain, dia cuma mengamati dan mengganggu diriku sesekali, kami tampak seperti pasangan muda yang sedang belanja bulanan. Tentunya dengan perbedebatan yang sudah terjadi dari awal kami datang.
" Mas, bantuin juga dong. Cari vanila sana, aku cape dari tadi mundar mandir." aku sedikit membentak saat mengucapkan nya, membuat beberapa orang tampak menoleh ke arah kami dengan terkejut.
" Iya, iya jangan teriak gitu dong malu tau." jawab mas adit, sambil menyentil keningku." mana sini yang belum ada, biar mas yang nyari."
Aku menyerahkan kertas yang sejak tadi ada di genggamanku, sambil meringis sakit mengusap keningku yang memerah.
Aku hanya membuntuti mas adit dari belakang, sesekali melirik orang-orang yang sama seperti mereka. Membawa troli dengan pasangan nya, terlihat begitu gembira dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibir mereka.
Tidak memperhatikan langkah karena ke asyikan memindai pasangan lain, aku sampai tidak menyadari mas adit menghentikan langkah nya secara tiba-tiba. Membuat kening nya berbenturan kembali dengan pundak mas adit yang sangat keras. Astagfirullah dosa apa eliza sampe kaya gini.!
" Jangan berenti mendadak dong mas, sakit nih kening aku." sungut ku sambil berjalan ke samping mas adit, menatap sumber yang membuat mas adit berhenti tiba-tiba.
" bukan nya itu mahesa?" gumam mas adit lirih. Mengamati sepasang pria dan wanita yang sedang memilih barang di dekat lorong yang sama dengan mereka. Seorang pria yang perawakan dan potongan rambutnya yang sama persis dengan mahesa. Tengah mengamit lengan sebelah kiri wanita cantik berambut pirang di sampingnya.
Dengan bibir bawah tergigit, aku berusaha meredam amarah yang sudah ia rasa di atas kepala. Bukan pemandangan ini yang ingin dirinya lihat, 3 hari menghilang tanpa kabar lalu kenyataan nya dia malah sibuk menggandeng wanita lain di tempat umum. nafas ku tercekat dengan mata yang sudak berembun di balik mata jernih miliku. Huft.. Sabar
" bukan ka, itu mungkin mirip aja sama dia." aku meringis, mencoba terlihat biasa-biasa saja di depan kakak nya. " jadi, bisa kita pergi ke kasir aja? Vanila kaya nya ga ada deh di sini. Nanti biar eliza beli di aplikasi aja biar ga ribet."
" tapi, -"
" ka please, aku udh capek banget ini. Mau istirahat."
" yaudah, kamu keluar aja duluan dan tunggu di mobil, ini biar mas aja yang ngantri dan bayar. "mas adit menyerah, melihat mataku yang sudah terlihat sayu dengan wajah yang sudah memerah. Jelas, ia tidak akan membantah nada permohonan dariku.
***
Eliza putri pranoto
(muka kaget nya eliza pas tau mahesa gandeng cewe lain)Manis deh kalo udah senyum gitu heheh.
Eh iya, jangan lupa vote, comen dan folow ya.
Salam mbew. Hihih
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Marriage senja
Teen Fiction" Ajari aku hijrah mas, bimbing aku menjadi istri yang di ridhai mama mu" ucap eliza pada mas aarya.