Suasana di dalam cafe tampak ramai di sore hari seperti ini, padahal jam sudah menunjukan pukul 4 sore. Bangku-bangku masih tampak banyak yang masih di duduki oleh anak- anak muda dengan buku dan laptop tampak di atas meja nya. Beberapa pekerja waitters tampak masih sibuk mondar mandir membawa nampan pesanan para pengunjung.Aku berjalan masuk mengikuti langkah mas adit, mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan mencari area tempat duduk yang masih kosong. Ternyata memang seramai ini, padahal menurut mas adit hari ini baru mengadakan grand opening untuk coffe Shop milik mas aarya.
" Cari bang aarya yang mas adit?" Seorang waitters perempuan datang menghampiri kami. Perempuan itu manis dengan rambut blonde sebahu, tampak seperti orang Asia. Dia melirik sebentar ke arah ku dan tersenyum manis menyapa.
Mas adit mengagguk. " Iya, tadi udah ngabarin kalo kita mau dateng ke sini mel. "
Perempuan yang baru aku ketahui namanya mela itu mengajak aku dan mas adit mengikuti nya. Menuju ke sebuah bangku di dekat jendela yang nampak kosong dan Segera mempersilahkan kami untuk duduk.
" Aku panggil bang aarya nya dulu ya mas, permisi. " Pamit nya dengan sopan, berjalan meninggalkan kami dan langsung hilang saat di belokan ke arah kiri dengan tembok berwarna abu-abu. Ruangan mas aarya seperti nya.
Beberapa saat menunggu, aku ikut menoleh melihat mas adit berdiri melambaykan tangan dari belakang tubuhku. Sedikit terpana, melihat sosok jangkung yang sedang berjalan ke arah kami. Kalau aku gak tau pasti siapa dia, mungkin saat ini aku akan mengira dia artis yang ke sasar.
Sosok nya yang tinggi tegap terbalut hoddie berlengan panjang biru telor asin, celana panjang hitam dan sepatu kets bermerk Nike air jordan 1 yang kemarin baru aku ketahui dari sarah masuk ke dalam sepatu termahal di dunia, seharga 8,3 milyar. Hanya sebuah sepatu di beri bandrol se fantastis itu, terlihat santai tapi bermerk begitu.
" Hai bro," Sapa mas adit, menggiring mas aarya untuk duduk di depan bangku yang aku tempati.
Aku mengerjap, tidak mau terlalu lama memandang pria yang sudah 3 tahun lama nya tidak pernah aku ketahui kabarnya. Detak jantung yang kian bertalu membuat aku harus menarik nafas cukup rakus, dan menghembuskan nya secara perlahan-lahan.
Ada apa dengan ku? Dia hanya aarya, kenalan kakak ku yang bukan siapa-siapa. Bertemu dengan mahesa saja tidak segugup ini. Ya tuhan,,
" Apa kabar EL?" Mas arya menyapa dengan intonasi yang tegas dan tajam.
Ada perasaan menghangat saat sosok mas aarya menyebut namaku. Bukan,, bukan karena mas aarya yang mengucapkan nya, tapi karena cuma dia yang memanggil ku dengan sebutan EL.
Aku menarik nafas, menelan ludah dengan susah, lalu menjawab. " Alhamdulilah baik mas, mas sendiri gimana kabar nya?"
" Baik."
Hening sesaat, tidak ada pembahasan apapun setelah itu,sebelum suara mas adit membuat kami berdua menoleh bersama.
" Udah? Gitu doang? Ga ada interaksi heboh atau pun obrolan lain?" lirih nya dengan gemas.
Baik aku ataupun mas aarya, memang ga se akrab itu. Interaksi yang kami lakukan, baik dahulu atau pun sekarang tidak lebih dari sapaan atau sekedar menanyakan kabar. Aku cukup membatasi diri dengan pria manapun, termasuk mas aarya.
Sifat dan ke pribadian mas aarya yang memang pendiam dan irit bicara, membuat aku segan untuk memulai percakapan apapun dengan nya, bertolak belakang dengan ke pribadian aku yang mirip seperti mas adit.
Mas aarya berdehem, menggaruk belakang kepalanya, gugup. " Kalian belum pesan.?
" Belum " Ucapku, sambil mengagguk berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Marriage senja
Teen Fiction" Ajari aku hijrah mas, bimbing aku menjadi istri yang di ridhai mama mu" ucap eliza pada mas aarya.