{ Part sebelumnya }
Saat Louis memegang bagian tangan Zayn yang tidak tertutupi kain ia dapat merasakan suhu yang menjalar dari tubuh Zayn. Louis khawatir dan mengarahkan tubuh Zayn kebelakang dibantu oleh Liam, jadi sekarang posisi Zayn sedang bersandar di kursi. Tiba - tiba kepala Zayn jatuh ke pangkuan Louis dan badannya yang rubuh langsung ditangkap oleh Liam.
"Zayn!" Seru Louis yang terkejut dengan jatuhnya kepala zayn
:
:Liam langsung menggendongnya dan membawanya ke sofa ruang tengah, karena tempat itulah yang paling dekat dengan ruang makan. Louis berlari ke atas mengambil bantal, selimut, termometer dan sebotol air. Louis berlari menuju ke ruang tengah lagi, menaruh bantal dibawah kepala Zayn dan menyelimutinya.
"Mengapa tiba - tiba dia pingsan ?" Tanya Niall.
"Badannya panas Ni, kok bisa aku tadi nggak memperhatikan gerak geriknya" Ucap Louis
"Mana termometer nya Lou ?" Tanya Liam meminta termometer kepada Louis."Here" Kata Louis sambil memberikan termometernya kepada Liam. "Guys, jangan terlalu khawatir, dia sudah sering seperti ini. Hari ini dia kurang minum, stress, sama kecapekan juga kayaknya. Kalau dibiarkan kurang lebih 30 menit atau 1 jam dia pasti bangun, setelah itu baru dikasih obat" Jelas Louis, berlagak menyuruh semuanya agar tidak panik, tapi Ia sendiri panik, Louis masih belum terbiasa dengan imun temannya yang pas pas-an ini.
'Kecapekan ? Dia tidak melakukan apa apa hari ini' Ucap Harry dalam hati."Untung besok libur. Tapi ada temen papah kesini kan ? Buat ngajarin kita. Zayn bisa memang nya ?" Tanya Harry.
"Bisa, dia udah pernah dapet yang lebih buruk dari pada ini" Jawab Louis yakin."Kamu mau tetep disini Lou ?" Tanya Niall.
"Iya Ni. Kalian kalau mau naik ga papa naik aja" Jawab Louis.Akhirnya Niall dan Harry naik ke atas, sedangkan Liam masih dibawah menemani Louis yang sedang menunggu Zayn membuka matanya.
"Be honest with me, and tell me what's wrong with him Lou !" Paksa Liam.
"Dia tidak apa Li. Dia-akan baik baik saja" Jawab Louis dengan jeda beberapa detik di tengah kalimatnya.
"No. Kalian berdua menyembunyikan sesuatu. No Secret remember" Sanggah Liam.
"It's not my place to tell you Li. Sorry" Ucap Louis sambil melihat ke arah Zayn.
"It's okay i guess. But i know Harry and Niall would be pissed" Jawab Liam.
"Aku tahu, tapi itu mau Zayn sendiri Li. Kalau aku bisa bilang aku mau bilang sekarang juga" Jawab Louis pelan. Keadaan menjadi hening selama sesaat."Lou..." Suara Zayn memecah hening. "Zayn, duduk dulu aku mau ambil obat" Kata Louis sambil beranjak untuk ke kamar Zayn. Tinggalah Zayn berdua dengan Liam saja. Sepertinya Zayn masih belum menyadari jika ia tidak sendiri. Zayn perlahan duduk kemudian menyangga kepalanya dengan kedua tangan yang bertumpu diatas paha.
Liam POV
Aku tetap diam, duduk di pojok ruangan yang hanya berjarak 5 langkah dari sofa sambil melihat Zayn yang berlahan mulai duduk dan menyangga kepalanya dengan kedua tangan. Rambutnya yang tertata tinggi itu sudah mulai berantakan dan menjuntai ke bawah, menutupi wajahnya. Aku mendengarnya menggumamkan kata kata seperti 'Lelah, die, Louis, Family'. Aku tidak mengerti apa yang sedang ia pikirkan. Toh bisa jadi aku hanya salah dengar. Tapi kalau misalkan aku tidak salah dengar pasti ada sesuatu yang salah."Kenapa Louis sangat lama" Aku mendengar Zayn bertanya pada dirinya sendiri, hendak berdiri. Mungkin ingin menghampiri Louis ? But he still sick.
"Wait, Zayn" Ucapku akhirnya, "Liam ? Sejak kapan kamu disitu ?" Tanya Zayn sedikit terkejut karena melihat aku disini. "Dari tadi, aku disini sejak kamu pingsan Zayn" Wajah Zayn terlihat tegang untuk beberapa saat sampai akhirnya Louis kembali dan memberikan obatnya kepada Zayn. "Please Zayn, tell me what's wrong ?" Pinta ku dengan wajah memelas. Terlihat Louis menatap Zayn sebentar sementara Zayn hanya menatapku dengan pandangan lembut.
"Aku nggak papa Li, Imunku lemah, itu saja" Zayn menjawab sambil tetap tersenyum. "Tapi kenapa obatmu banyak Z ?" Aku bertanya lagi, biarkan saja Zayn berpikir aku kepo atau apalah itu, aku sangat penasaran. "Aku kan sudah bilang Li, Imunku lemah makanya aku butuh vitamin dan antibiotik" Jawab Zayn lagi, kali ini aku menatap Louis dan terlihat Ia menatap penuh harap ke arah Zayn.
"Oke, but why i feel like you still hide something from me ? Something big, Zayn please no secret" Pinta ku sekali lagi, berharap kali ini Ia mau membuka diri. Ternyata Zayn hanya menggeleng, aku hanya bisa tersenyum pasrah dan berharap tak ada hal buruk yang akan terjadi. Karena merasa tidak ada tujuan lagi, akhirnya aku pamit untuk tidur.
Liam POV end."Zayn, kenapa kamu ga bilang aja sih ?" Tanya Louis sedikit kesal. "I can't Lou, just wait for the right time okay, i promise i will tell them" Pinta Zayn kepada Louis. "Kapan Zayn ?! Tunggu kamu collaps lagi ? Iya ?!" Tak terasa semakin lama nada Louis semakin meninggi dan keras. Zayn hanya bisa menunduk. "S-sorry Z-zayn, aku ga sengaja. But Zayn please, This can be your last year, just please" Pinta Louis dengan air mata yang siap menetes. "I know Lou, but i believe that i am strong, I can wait, Please trust me Lou" Kali ini Zayn mengeluarkan kata kata yang Ia tidak bisa pertanggung jawabkan.
"Okay Zayn. I believe you. Now how if we get back to your room and sleep well" Tawar Louis. "C'mon, kamu tidur di kamar ku ?" Tanya Zayn sambil berdiri membawa tas obat dan termometernya. "Absolutely not, aku tidur sendiri aja. Lumayan bisa lihat netflix bentar" Ucap Louis, yang membuat Zayn tertarik. "Aku juga mau Lou" Pinta Zayn. "Jangan, masih kecil jangan tidur malam - malam" Kata Louis yang membuat mereka berdua tertawa. Yah, itulah persahabatan mereka 5 menit yang lalu berargumen 5 menit nya lagi sudah tertawa.
Setelah sampai di kamar Zayn, Louis tidak langsung keluar karena Zayn memanggilnya lagi. "Apa ?" Tanya Louis. "Besok malam anterin aku ambil inhaler baru ya" Pinta Zayn. "Iya, sekarang tidur, atau besok kamu akan ku tinggal. Biar kamu tidur sampai jam 1 siang. Nanti asisten papamu datang, kamu dilaporin ke om Yaser dan akhirnya dapat jam beker baru" Jawab Louis sambil tertawa sendiri. "You weird" Ucap Zayn singkat lalu akhirnya menutupkan selimut tebalnya ke arah muka. Saat Louis akan menutup pintu zayn memunculkan kepalanya lagi "Night Lou, have a nice dream. Thanks for today" Ucap Zayn. "Night Zee, have a nice dream, and you're welcome" Jawab Louis dan akhirnya menutup pintu.
Diam - diam ia berharap agar Liam, Harry dan Niall sudah tidur dan tidak mendengar sedikit pertengkarannya dengan Zayn tadi. Karena kalau memang mereka mendengarnya, pasti besok pagi mereka akan mengadakan rapat 'non formal' dadakan di meja makan. Ternyata tanpa sepengetahuan Louis, Liam masih belum tidur, untungnya ia memakai headset mendengarkan lagu di list spotify nya.
Untungnya malam ini tidak seperti waktu itu, tidak ada petir dan hujan. Hanya ada awan menggumpal yang menutupi rembulan malu diatas sana. Suasana malam itu sejuk untuk Liam, Niall, dan Louis. Tetapi dingin untuk Harry dan Zayn, ya mereka berdua bukan fans dari rasa dingin, beruntung harry membawa jaket tebal empuk kesayangannya, untuk Zayn, well, Zayn terlalu malas untuk meninggalkan kasurnya tercinta hanya untuk mengambil jaket, jadi ia hanya melipat selimutnya agar menjadi lebih tebal ( based on my experience :] ).
Tanpa mereka berlima ketahui ada mobil hitam yang dari tadi mengawasi rumah mereka. "I think i found our target" Ucap lelaki di dalam mobil itu dengan seringaian yang menakutkan.
:
:Hayo loh :}
Pernakah kalian kalau udah PW dikasur, mau berdiri lagi rasanya mager ?
Kira - kira siapa hayo itu yang didalam mobil ?
Quotes of the day :
"Life is funny. Things change, people change, but you will always be you, so stay true to yourself and never sacrifice who you are for anyone." ― Zayn Malik.
:
Bye guys
Stay save yaa, be happy, inget kata Zayn "Never sacrifice who you are for anyone"
Jangan lupa vote, comment dan share cerita iniThanks for reading this story
See you next time✨-Amica
KAMU SEDANG MEMBACA
Why ? ( Zayn Centric )-ℍ𝕚𝕒𝕥𝕦𝕤
Fiksi PenggemarWritten in bahasa "Harry, ini Zayn anak dari teman dekat papa" and that's how Harry knows Zayn. Bad boy who is actually kind and hides all his weaknesses