[ 2 ] - Enchanted

20 1 0
                                    

AKU bosan. Sungguh. Aku sedang menunggu seseorang yang tak juga datang. Apa sebaiknya aku menceritakan tentang kisahku hingga berada di sini?

Baiklah, aku akan memaksa kalian untuk menyimak. Karena ini sangat penting!

Namaku Elena Rasti. Aku terlahir dari keluarga pejabat yang sangat disegani. Aku sering mengikuti rapat kedua orangtuaku, keluar kota menemui pertemuan resmi yang diadakan negara. Karena aku anak tunggal, mau tidak mau aku harus ikut andil dalam pekerjaan kedua orangtuaku. Tak apa, aku juga sangat menikmatinya.

Dan kedatanganku ke sini adalah untuk dipertemukan kembali dengan pujaan hatiku. Edgar Radit Putra. Tapi, sudah seminggu belum juga aku bertemu dengannya. Aku tidak bisa bertanya pada petugas di sini. Sial. Aku benci melihat kumis tebal mereka. Aku sebal dengan muka sengit mereka. Meskipun aku tahu mereka mempunyai hati yang baik karena bersikap baik terhadapku. Mereka juga yang terus menjaga dan mengawasiku selama aku berada di sini.

Ah, aku jadi teringat saat pertama kali bertemu dengan Edgar. Aku bertemu dengannya di kotaku, Jakarta. Kita bertemu di acara pernikahan Kak Risna, kakak kandungnya. Keluarganya sangat dekat dengan keluarga kakekku. Itu juga bukan pertemuan pertama kami—kata Mama, kita pernah berkumpul seperti ini ketika aku berusia lima tahun. Dan kesan pertama pertemuan kita—saat dewasa, jujur saja sangat aneh ... dan unik. Saling bertatap muka di bawah meja makan. Aku tak bisa melupakannya sampai detik ini.

Waktu itu, setelah kita sama-sama berdiri dan berkenalan, alasan kita berdua sama. Mengambil garpu yang jatuh terpental ke kolong meja. Aku juga tak mengerti kenapa bisa seperti itu, sampai membuat aku dan Edgar tertawa lepas. Hal yang mungkin sepele itu justru terasa lucu bagiku dan Edgar.

Laki-laki dua puluh tiga tahun itu juga seorang seniman muda. Hebat. Aku dan dia saling melengkapi. Aku yang memang pecinta seni sangat tenang mendengarkannya bercerita soal seni yang Edgar paparkan dengan rapi kepadaku, dia menjawab pertanyaan-pertanyaan dariku dengan apik.

Bukan hanya itu, dia juga tahu sejarah seni. Dia sangat mempesona. Aku selalu tersenyum tulus dengan apa yang ada dalam dirinya. Aku kagum padanya. Dan aku selalu melambung ke udara setiap dia berbisik, "kau mempesona, Elena." Aku merinding mendengarnya. Getaran itu semakin merasuki tulang-tulangku, persendianku dan membuat hatiku seperti tertancap sesuatu dari tatapannya dan gema suaranya itu. Sungguh aku tak ingin melewatkan tatapan itu hanya sedetik saja.

Sekarang, kedua orangtua kita sudah pensiun. Dan mereka meminta aku dan Edgar untuk menjadi penerus, juga memberikan mereka cucu. Tentu itu membuat kita berdua kaget. Kita berdua sempat protes karena di usia kita yang masih sangat muda kenapa harus cepat-cepat menikah?

Padahal kita juga bisa menjadi penerus mereka tanpa harus menikah terlebih dahulu. Dan mereka akhirnya tidak memaksa kami berdua. Tapi, Egdar yang terbujuk dan ingin melamarku. Awalnya aku ragu, memikirkan banyak hal mengenai pernikahan. Namun Edgar meyakinkanku. Hingga akhirnya aku juga terbujuk lamarannya itu.

Enam bulan kemudian, tepat pada hubungan aku dan juga Edgar yang ke satu tahun, kami berdua melangsungkan pertunangan. Sangat mewah dan elegan. Kita sempat berpikir ini baru bertunangan, apalagi resepsi nanti?

Lalu beberapa hari kemudian, kita berdua pergi berlibur ke Australia untuk menyusul kedua orangtua kita yang lebih dulu pergi untuk menemui rapat penting kenegaraan. Malam yang begitu dingin. Aku berada di pelukan Egdar dan mencoba untuk terlelap. Hari-hari yang sangat melelahkan. Tapi, berada di sisi laki-laki ini membuat seluruh energi yang aku habiskan jadi terisi lagi ... lagi, dan lagi. Dia energiku setiap saat aku bernapas.

"Dek, kamu yakin kita harus hadir di acara itu?" tanya Edgar ketika kami berdua sedang berada di dalam mobil menuju bandara.

"Mas, kita sedang dalam perjalanan. Kenapa Mas tiba-tiba tidak yakin?" aku kembali bertanya dengan tatapan memicing. Matanya tak bisa berbohong. Dia seperti meragukan sesuatu.

Antologi MemoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang