"Kim Jisoo! Kau tahu apa kesalahanmu?!"
"Mianhamnida sajangnim."
"Bagaimana kau bisa debut dengan performa seperti itu hah?! Sekarang nyanyikan lagi bagian itu sambil mengitari ruangan dan jangan berhenti sampai suaramu stabil! Mengerti?!"
"Ndee sajangnim.
Saat ini seorang gadis muda berusia 17 tahun sedang berusaha melaksanakan perintah yang baru saja diberikan kepadanya itu. Gadis itu-Kim Jisoo, mengitari ruangan sambil bernyanyi dengan diiringi tatapan miris orang-orang yang ada di ruangan itu. Napasnya yang tampak mulai terengah ia tahan habis-habisan dan berusaha sebisa mungkin untuk menciptakan suara yang stabil. Itu bukanlah hal yang mudah. Terlebih saat ini sebenarnya ia sedang tidak dalam kondisi terbaiknya. Kurang tidur, perut kosong, dan terkurasnya energi adalah permasalahan yang sebenernya tengah ia rasakan. Tubuhnya terus ia paksakan untuk bekerja keras dalam mempersiapkan evaluasi bulanan kali ini.
Evaluasi bulanan yang rutin dilaksanakan untuk trainee seperti dirinya ini memang menjadi momen yang sangat menegangkan dan bahkan terkesan menakutkan. Alasan dibalik itu tidak lain dan tidak bukan adalah karena evaluasi bulanan sangat menentukan langkah selanjutnya dari mimpi yang ia dan setiap trainee punya. Belum lagi adanya kenyataan bahwa selalu ada trainee yang harus pulang dan terusir dari agensi setiap akhir sesi makin menambah suasana mencekam di waktu menjelang evaluasi.
Performa buruk adalah satu hal pasti yang harus dihindari. Untuk itu Jisoo telah berusaha sangat keras mempersiapkan semuanya. Berlatih dan berlatih terus tanpa henti. Di malam sebelum evaluasi ia bahkan berlatih sampai pukul lima pagi. Belum lagi di pagi hari, setelah hanya tertidur selama tiga jam ia putuskan untuk berlatih lagi hingga melupakan perut kosongnya yang perlu diisi.
"Dasar ceroboh. Kim Jisoo bodoh," batin Jisoo terus mengulang kalimat ini dalam hati sambil terus bernyayi mengelilingi ruangan dan berusaha menyetabilkan suaranya seperti yang sajangnimnya suruh tadi. Ia kini sangat menyadari betapa cerobohnya ia karena telah lupa mengisi perutnya hingga berdampak pada rasa lemas dan nyeri yang ia rasakan saat ini. Hal itulah yang rupanya juga ikut andil dalam membuat suaranya terdengar lemah dan bergetar.
Selama beberapa menit terus berusaha menunjukan usaha terbaiknya dalam memenuhi permintaan sajangnimnya, ia dan semua orang di ruangan dikejutkan dengan sebuah suara gebrakan di meja. Suara itu tidak lain dan tidak bukan berasal dari pria bertopi khasnya-CEO YG yang saat ini terlihat cukup marah untuk sampai menggebrak meja.
"Yak! Hanya itu kemampuanmu?! Biasanya kau cukup baik tapi sekarang hanya sampah itu yang bisa kau tunjukan kepadaku?!!"
Suara sajangnimnya itu terdengar menggema memenuhi pendengaran dan pikiran Jisoo. Saat ini ia bahkan sudah tak sanggup memproses semua kalimat yang ia dengar. Lututnya terasa sangat lemas dan penglihatannya pun mulai kabur.
"Kim Jisoo kali ini kau sangat mengecewakan dan be--," Jisoo sudah benar-benar tidak bisa mendengar suara sajangnimnya. Ia kini bahkan sudah tidak sanggup menopang bobot tubuhnya. Dapat ia rasakan kepalanya menghantam lantai dan di detik selanjutnya ia kehilangan kesadarannya.
***
Waktu menunjukan pukul sembilan malam ketika Jisoo mulai tersadar dan mengerjap-ngerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya di sekitarnya. Selanjutnya ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan untuk akhirnya menyadari bahwa saat ini ia berada di dormnya. Matanya nampak membulat ketika ia melihat waktu yang ditunjukkan jam waker yang ada di sebelahnya. Ia terkejut menyadari bahwa dirinya telah tidak sadarkan diri selama lebih dari enam jam.
"Ugh perutku sakit sekali," keluhnya pelan kembali merasakan nyeri di perutnya. Nyerinya masih sama. Sambil terus memegangi perutnya, pikiran Jisoo kembali menyelami kejadian naas yang menimpa dirinya saat evaluasi.
Jisoo masih ingat betul betapa marah dan mengerikannya sajangnimnya siang tadi. Bahkan suara gebrakan mejanya masih jelas terngiang. Belum lagi kata "sampah" yang ia ucapkan seperti terus berputar di kepala Jisoo saat ini.
"Apakah lebih baik jika berhenti di saat semuanya terasa sulit seperti ini?" Tanya Jisoo kepada dirinya sendiri sambil mengacak rambutnya frustasi. Satu bulir air mata telah berhasil lolos di pipinya dan ia akan segera menangis lebih dalam jika saja seorang gadis dengan potongan rambut uniknya ini tidak masuk dan menginterupsinya.
"Lisa??"
"Yak unnie gwenchana? Eh kau menangis?" Tanya Lisa sambil berjalan mendekat ke arah Jisoo.
"Hah? Menangis? I'm Jisoo, I'm okay!" Akhirnya terdengar kembali suara tengil Jisoo yg seperti biasa. Walau sebenernya ia sedang berada di tengah sesi mental breakdownnya, entah kenapa Jisoo tidak ingin memperlihatkan sisi lemahnya pada Lisa. Jisoo berpikir bahwa gadis muda di depannya ini memiliki masalah yang lebih sulit dan ia harus terlihat kuat di depannya untuk bisa terus menyemangatinya.
"Jinjjayo??"
"Jinjja! Tapi Lisa-ya bukankah seharusnya kau berada di kelas bahasamu?" Jawab Jisoo balik bertanya sekaligus mengalihkan perhatian.
"Kelas bahasaku hari ini selesai lebih cepat. Ohiya unnie saat berjalan ke sini tadi aku bertemu seorang trainee baru dan katanya dia datang dari Australia," Jelas Lisa sambil ikut berbaring di sebelah Jisoo.
"Jadi benar rumor yang kita dengar kemarin. Lalu siapa namanya? Kau sudah tau kan?"
Lisa akan segera menjawab pertanyaan Jisoo barusan jika saja tidak terinterupsi oleh suara perut Jisoo yang terdengar cukup keras.
"Yak unnie jangan bilang bahwa kau sedari tadi atau bahkan kemarin belum makan."
Sambil memegangi perutnya, Jisoo menyunggingkan senyuman konyol yang biasa ia tunjukkan jika sedang tertangkap basah melakukan sebuah kesalahan. "Aku bahkan belum makan nasi sejak sepertinya dua hari yg lalu? Eh hehe."
"Heol! Pabbo-ya unnie jinjja! Tunggu saja diam di sini aku akan membelikan sesuatu!"
"Lisa-ya! Chikin hehehe. Ayam goreng dan cola terdengar sempurna untuk saat ini," panggil Jisoo pada Lisa yang saat ini sudah beranjak ke lemari baju Jisoo dan mengambil sebuah hoodie untuk ia pakai keluar membeli makanan. Namun, tepat ketika Lisa akan keluar, ia dikejutkan oleh seseorang yang telah lebih dulu membuka pintu dan langsung meringsak masuk ke dalam kamar ini.
"Yak Jisoo unnie gwenchana? Kau sudah lebih baik kan? Apa kau sudah makan? Aku membawakanmu ayam goreng dengan porsi extra dan cola kesukaanmu jadi kau harus makan!" Mendengar pertanyaan beruntun yang diajukan kepadanya barusan ini, Jisoo hanya tertegun karena terlampau terkejut.
"Jennie-ya sungguh kau sangat mengejutkanku tapi aku tidak akan mempermasalahkannya karena kau barusan bilang kalau kau membawa ayam goreng kan?!"
"Hahaha unnie, membelikanmu ayam goreng memang sebuah pilihan yg sangat tepat tapi Lisa-ya kau mau pergi? Sebelum pergi ayo makan ayam ini dulu." Jelas Jennie sambil mengeluarkan satu set ayam goreng dari paperbagnya. Lisa yg tadi juga sempat terkejut itu pun sudah duduk mendekat setelah melihat potongan ayam yang terlihat sangat menggoda.
Namun, seperti teringat akan sesuatu, Lisa menghentikan unniennya yang baru saja akan memulai sesi makan mereka. "Aaa tunggu dulu!"
"Waeyo Lisa?"
"Aku baru ingat bahwa aku telah berjanji untuk menemani trainee yang baru aku temui tadi untuk makan bersama."
"Trainee baru?" Tanya Jennie keheranan.
"Iya dia baru datang hari ini. Ia datang dari luar negeri jadi bahasa koreanya sama buruknya denganku dan ketika dia mengatakan kalau dia lapar, aku segera menawarkannya makan bersama tadi," jelas Lisa detail.
Mendengar penjelasan itu, Jisoo segera menutup dan menata kembali makanan yang ada di depan mereka. Ia kini bahkan sudah berada di depan kaca dan merapikan tatanan rambutnya yang tadi cukup berantakan setelah lama tak sadarkan diri. Melihat hal itu, Jennie dan Lisa hanya memandangnya keheranan sambil menunggu apa yang akan Jisoo lakukan selanjutnya.
"Kajja kita ke kamarnya dan ajak dia makan bersama!" Ajak Jisoo sudah menenteng paperbag berisikan makanan di tangan kanan dan kirinya. Tak sampai di situ, Jisoo kini bahkan sudah mengamit lengan Jennie dan Lisa dengan kedua tangannya. Bersama-sama kini mereka berjalan menghampiri seseorang yang ternyata akan melengkapi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
unexposed || idol life story [BLACKPINK]
Fanfiction"Seriously does it has to be this hard?" "Blinks, please wait for us." "Damn I'm so tired with all this shit!" "We will always do our best, but is it enough to make us stay?" *** Menjadi seorang idol di Negeri Ginseng-Korea Selatan ternyata tidaklah...