Pagi ini langit Melbourne nampak sangat cerah. Cerahnya bahkan beradu dengan suasana hati seorang gadis yang saat ini tengah memandangi langit dan suasana kota tempatnya tinggal selama ini. Roseanne Park atau yang sering dipanggil Rosie oleh orang terdekatnya ini menatap lekat-lekat seolah sedang merekam apa yang matanya tangkap saat ini dan menyimpannya dalam sebuah album di memori otaknya. Dari ketinggian ribuan kaki di atas udara ini ia baru menyadari betapa indahnya Melbourne. Sesuatu yang nanti pasti akan ia rindukan di Seoul-kota tujuannya saat ini.
Rosie sebenernya masih tidak percaya bahwa hari semacam ini akan datang kepadanya. Hari dimana ia berangkat ke Seoul untuk menjadi selangkah lebih dekat dengan mimpinya. "Seoul? Korea? Wow never thought of that," batinnya berulang kali mengatakan kalimat ini.
Pasalnya kenyataan bahwa ia berhasil mengalahkan empat ratus orang untuk bisa mendapat kesempatan ini masih terasa tidak nyata baginya. Lolos dari audisi yang tidak pernah ia duga karena itu semua merupakan usulan dari ayahnya semakin membuat ia sulit percaya. Namun kini, detik di mana ia dan keluarganya akhirnya berada di bandara dan bahkan sudah menginjakkan kaki di negeri ginseng ini, Rosie perlahan mulai merasakan sensasi yang berbeda.
"Rosie kita sudah sampai di gedung agensimu," ucap ayahnya memberi tahu bahwa mereka sudah sampai setelah beberapa menit berkendara dari bandara.
Dengan mata terpana pada gedung tempatnya akan mewujudkan mimpi yang kini sudah ada di depan mata, Rosé mengambil tas gitar dan segera memakainya. Sibuk mengamati sekitar, ia sampai tidak mendengar suara ibunya yang sudah memanggilnya lebih dari dua kali.
"Rosie, kemarilah eomma ingin memelukmu sebentar," ucap ibunya terdengar parau yang langsung ditanggapi dengan aneh oleh Rosé.
"Yak eomma kenapa kau sangat berlebihan dan nampak sedih? Aku hanya akan berlatih di sini dan ini bukan seperti kalian akan pergi meninggalkan aku sendiri di sini atau sejenisnya kan?" Ujar Rosé polos tanpa mengetahui informasi apapun.
"Well my little Rosie, eomma dan appa memang harus pergi," ucap ayahnya langsung membuat Rosie nampak sangat shock.
"Wait WHAT?! Kalian mau pergi kemana?" Terlampau panik, Rosé pun berteriak secara tidak sadar.
"Kamu harus tinggal di sini bersama trainee yg lain, Rosie. You're a strong girl, you will be okay," ujar ayahnya berusaha menenangkan dan ikut memeluk putri bungsunya itu.
"Ke-kenapa aku ti-tidak diberitahu sejak kemarin?" Tak kuasa menahan luapan emosinya, air mata Rosé kini sudah membasahi pipinya. Perasaan takut dan khawatir akan apa yang akan terjadi tanpa orang terdekat dan bahkan keluarga di sisinya kini mulai memenuhi kepalanya.
Entahlah kini rasanya ada berbagai campuran perasaan yang Rosé rasakan. Ia tak sanggup untuk menjelaskannya namun air mata yang terus membasahi pipinya sudah cukup memberitahu kekalutan dalam hatinya. Melihat putri bungsunya terus menangis seperti ini tentu juga menimbulkan kekalutan yang sama di hati orang tuanya. Mereka pun kini saling memeluk untuk memberi kekuatan satu sama lain.
Momen haru itu terus berlangsung dan di saat ketika orang tuanya yang cemas ingin memastikan apakah Rosé benar-benar sanggup jika harus berjuang di sini sendirian, Rosé dengan segala keberanian yang ia kumpulkan itu berhasil meyakinkan diri sendiri dan kedua orangtuanya. Ia tidak mau menyerah begitu saja pada mimpinya. Apalagi ketika ia sudah melangkah sejauh ini. Well, gedung agensinya bahkan sudah di depan mata. "I will miss you, and Alice, and home eheh," ujarnya sambil terkekeh kecil, tak mau membuat orangtuanya semakin khawatir.
"Ingat untuk selalu mengabari kami apapun yang terjadi. Fighting dear, we love you." Begitu ucap kedua orangtua Rosé sebelum akhirnya mereka menghilang dari pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
unexposed || idol life story [BLACKPINK]
Fanfiction"Seriously does it has to be this hard?" "Blinks, please wait for us." "Damn I'm so tired with all this shit!" "We will always do our best, but is it enough to make us stay?" *** Menjadi seorang idol di Negeri Ginseng-Korea Selatan ternyata tidaklah...