< ..... >
At the library
‘ Must .... ’
.
.
.
.
.
📚, 📖
Jiro menatap nanar pantulan dirinya di cermin, oh ... lihatlah penampakan dirinya: sudah macam orang tak mandi seminggu ditambah dengan rambutnya yang sepertinya tak di cucinya, meskipun kini tubuhnya sudah berbalut seragam sekolahnya.
Kemudian ia menguap lebar sembari merapikan dasinya.
‘Sial! Aku jadi ingat dia!!’ umpatnya tiba-tiba merasa kesal saat melihat dasi.
Lalu Jiro menghela nafas, ia sudah putuskan untuk bertemu Jyuto sekaligus berbicara empat mata hari ini dan meminta maaf atas perlakuannya tempo hari. Sungguh ia menyesal setelah melakukan hal tersebut dan dia sendiri rela membuang sedikit gengsinya untuk hari ini.
Ya, hanya untuk hari ini, katanya.
>>
Mari kita mempercepat waktu!— Pukul 6 sore.
Dimasukannya tangan ke saku, sore ini terasa lebih dingin dari biasanya, mungkin masuk akal karena mendekati bulan desember.
Di mana musim penghujan atau dingin akan terasa sama.
Netranya langsung menangkap sosok pria yang sudah lama tak di jumpainya. Detik itu juga jantungnya berdetak tak normal seperti sebelumnya. Semakin pria itu mendekat ... semakin membuat Jiro menahan nafasnya untuk beberapa saat.
“Lama tak jumpa, Jiro-kun!” Seru Jyuto, tangan kurusnya mengacak puncak kepala Jiro.
Bahkan Jiro sendiri tak protes tapi wajahnya jadi super merengut.
“Ya ... ya ... anu ... aku ingin minta maaf untuk kejadian beberapa waktu lalu.” Jiro to the point, rupanya ia tak ingin lama-lama berhadapan dengan Jyuto.
Jantungnya semakin berdegup kencang, sesampainya nanti di rumah ... Jiro ingin berteriak sekencang-kencangnya, efek tak biasa saat bersama pria Iruma tersebut.
Jyuto malah tersenyum. “Tidak apa dan jangan dipikirkan, aku mengerti.” katanya seraya mengelus puncak kepala Jiro.
“Maka dari itu ... terimalah harta karun berhargaku ini sebagai permintaan maaf dan aku tak terima penolakan!” Seru Jiro, ayolah! Ia sudah tak tahan lagi lama-lama di dekat polisi kantoran ini.
Maniknya menatap boneka babi berwarna pink yang nampak bulat, pada awalnya Jyuto mengernyit heran tetapi buru-buru tergantikan dengan senyumnya lagi.
“Arigatou gozaimasu, Jiro.”
Dan Jiro hanya mengangguk sebagai jawabannya.
10 menit kemudian ....
“Ada sesuatu yang ingin kutanyakan ....” Kata Jyuto tiba-tiba saja setelahnya dihisapnya rokok yang tengah terselip diantara dua jarinya.
“H-ha'i?”
Dibuangnya rokok yang habis setengahnya dan menginjaknya.
“Apa kemarin kau sedang mencoba menyatakan perasaan padaku?” Dengan hati-hati Jyuto mengatakannya, “Jangan marah atau melarikan diri ....”
“—Jiro-kun.”
Pria ini mengunci tubuh Jiro dengan memojokannya ke sebuah tembok samping bangunan dari sebuah gang gelap. Mau tak mau ... Jiro jadi menatap Jyuto.
Oh, tidak ... mana mungkin 'kan Jiro akan berteriak seperti anak gadis meskipun saat ini rasanya ingin saja ia tenggelam jika bisa.
Tinggi badan Jiro juga tak jauh beda dengan Jyuto, hanya 1 senti perbedaannya dan karena hal ini ia benar-benar bisa melihat jelas dan dekat wajah Jyuto.
“Ya, itu benar, Jyuto-san.” Jiro terdengar pasrah.
Tangan Jyuto sedikit mengangkat dagu Jiro agar lelaki itu bisa menatap penuh ke dalam Jiro. Bahkan dirinya tak ragu untuk mempersempit jarak dengan Jiro.
Lagi-lagi Jiro menahan nafasnya saat Jyuto hampir menyentuh bibirnya.
“Aku mengingat setiap kata yang kau ucapkan padaku dan aku tak bisa berhenti memikirkanmu.” Setelah Jyuto melakukan confess singkat, ia tak membiarkan Jiro berkata apapun.
Hanya langsung membungkam Jiro dengan ciumannya.
Manik Jiro membulat, bisa dirasakannya sesuatu yang tipis, lembut dan dingin menyentuh permukaan bibirnya. Ingat! Itu hanya sebatas saling menyentuh.
Keduanya tak beriak dalam situasi tersebut beberapa saat namun Jyuto lebih dahulu melepas jarak tak jauh dari Jiro. Tangannya tak diam, mengelusi kepala Jiro pelan.
“Maaf jika itu membuatmu terkejut,” katanya.
“Daijoubu .... ”
Sementara Jiro sendiri tak kuasa dan berakhir berblushing ria dengan wajah yang hampir menangis.
Baru saja disadarinya ... kalau ciuman pertamanya direnggut oleh om-om 29 tahun. Ia tidak percaya tapi sudah terlanjur terjadi padanya.
“Mulai besok jadilah kekasihku yang baik, paham?”
“Eh, Jyuto-san?”
“Ha'i, tidak ada penolakan, kalau menol—”
“Wakatta ... wakatta!”
Senyum lebih lebar kentara tercipta di wajah Jyuto. Betapa ia merindukan wajah merengut tidak jelas itu, ah- lebih tepatnya merindukan sang empunya.
Keduanya pun bergegas pergi dari gang gelap tersebut dan pergi ke suatu tempat yang kita tak bisa langsung ketahui kemana mereka akan pergi.
< ..... >
√ broonigiri's note :
Yosh! Selesai juga dan buat kalian penumpang kapal JyuJi yang merasa gantung/kurang puas dengan ending yang sangat sederhana itu, silahkan imagine aja setelahnya itu mereka bakal ngapain 😅Dan ... maaf kalau latarnya ga kentel sama 'perpustakaan' banget karena pas lanjutin setiap partnya ini alurnya tuh muncul begitu aja dan jadilah begini 😔
Oiya! Terima kasih banyak-banyak! Yang udah stay tune book perhombrengan keduaku ini 😊
++
KAMU SEDANG MEMBACA
At the library; JyuJi
Narrativa generaleJiro paling benci jika Yamada bungsu selalu memintanya untuk meminjam buku di perpustakaan umum. Meksipun ia kesal disuruh, Jiro tetap melakukannya. Dan saat itu juga ... Rasa kesalnya bertambah ketika menemukan polisi kantor yang menurutnya konyol...