"Aku minta pertanggung jawaban darimu." Yoongi saat ini benar-benar sedang menahan amarahnya. Dia tidak ingin memperlihatkan sifat pemarahnya di hadapan Park Jimin.
"Kau gila Yoongi, apa maksudmu?." Jimin menarik kerah baju Yoongi. Yoongi sedikit terkejut, karena Jimin yang biasa dia lihat adalah Jimin yang lemah lembut terhadapnya, bisa melakukan hal seperti ini kepada Yoongi.
Yoongi menahan nafasnya, sesak rasanya dikhianati oleh teman sekamarnya sendiri, ralat Yoongi menganggap Jimin bukan sekedar teman sekamar tetapi Yoongi's crush. "Kau tahu bahwa aku bisexual." Yoongi menghembuskan nafasnya kasar dan masih menatap Jimin dengan tatapan tajamnya. Jimin berdecih dan memalingkan wajahnya saat Yoongi berbicara bahwa seorang Yoongi adalah bisexsual.
"Ya kau adalah penyuka laki-laki perempuan dan aku straight." Jimin mempertekan suaranya pada kata straight kepada Yoongi.
Yoongi sedikit terkejut dengan pengakuan Jimin. "Tapi kau-." Jimin memotong pembicaran Yoongi dengan tertawa kecil.
"Ya Yoongi aku hanya bermain-main, memberi respon denganmu saat kau menggodaku, memberi perhatian padaku. That's all fake."Yoongi melangkah kecil mendekati Jimin dan Jimin otomatis melangkah mundur, setiap Yoongi melangkah mendekati Jimin. "Hei Park Jimin, apakah kau benar-benar orientasi sex-mu itu straight?." Yoongi berbicara dengan suara yang sangat pelan dan halus. Oh jangan lupa suara Yoongi yang husky itu membuat seorang Park Jimin tegang sekaligus merinding.
"Ya-tentu saja, aku straight!." Jimin menundukkan kepalanya.
Yoongi terkekeh, melihat tingkah Jimin saat menjawab pertanyaannya. "Aku dengar bahwa kau gay, Jimin. Apakah aku benar?."
Saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Yoongi, Jimin menamparnya dengan sangat keras sampai telapak Jimin memerah. Jimin menarik kerah Yoongi. "Kau sungguh bajingan Min, jaga perkataanmu."
Yoongi mengusap pipinya. "Aw, aku tidak menyangka seseorang yang kuanggap imut, lemah, lembut, dan baik bisa menampar juga." Yoongi sangat kecewa, baru kali ini ia ditampar oleh seseorang yang ia sayangi.
"Dan, baiklah jika kau straight. Kau cukup menjawab pertanyaanku dengan iya atau tidak."Jimin menghembuskan nafasnya dan rasa bersalah menghampirinya setelah menampar Yoongi, mata Jimin sudah memerah dan sedikit berair. "Ya. Yoongi. Aku. Straight." Ucap Jimin dengan menekankan di setiap kata.
Yoongi menarik pinggang Jimin sehingga tidak menyisakan jarak di antara makhluk adam tersebut. Yoongi berbisik di telinga Jimin. "Kalau begitu, bagaimana jika orientasi sex-mu kuubah?." Yoongi menyeringai di sana.
Jimin membeku, masih tertegun dengan yang dikatakan oleh Yoongi.
"Jika kau diam berarti kau setuju. So, can i kiss you, Park?." Yoongi mendekatkan wajahnya ke wajah Jimin.
Jimin langsung sadar dan mendorong tubuh Yoongi untuk menjauh, sayang sekali dorongan yang dilakukan Jimin tidak membuat Yoongi menjauh, sebaliknya Yoongi semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Jimin.
Jimin memukul dada Yoongi dengan pelan. "Tolong lepaskan aku, Min." Ucap Jimin dengan suara yang sedikit terisak.
Yoongi langsung melepaskan pelukannya dari pinggang Jimin. "Hei maaf Jimin, aku sungguh tidak bermaksud seperti itu. Jangan menangis ya." Ucap Yoongi sembari mengusap air mata Jimin yang sudah jatuh di pipinya.
Jimin menepis tangan Yoongi darinya. "Jika kau ingin melihatku tidak menangis, maka pergi lah dari kamar ini Min. Kumohon." Ucap Jimin dengan sarkas.
"Jika aku pergi dari kamar ini, apa yang akan aku dapatkan?." Tanya Yoongi kepada Jimin. "Apakah aku akan mendapatkan pertanggung jawaban darimu, jika aku pergi dari kamar ini?." Tanya Yoongi yang kedua kalinya.