Di tempat Yoongi, ia sedang bermain bola basket sendirian, jika ia sedang banyak memikirkan banyak hal atau memiliki banyak masalah ia akan menuju ke lapangan untuk melakukan hobinya tersebut.
"Ya Tuhan semoga Park Jimin tidak memilih diantara pilihan tersebut." Pinta Yoongi kepada sang pencipta.
Matahari mulai terbenam, waktu hari setengah gelap, lampu-lampu di pinggir lapangan mulai dinyalakan, dan Yoongi masih bermain di sana.
Yoongi memutuskan untuk kembali ke kamar, sebelum itu ia menuju kantin untuk mengisi kembali energinya. Ia tidak lupa untuk membeli makan malam untuk sang roomie.
Yoongi memasuki kamar, ia menemui Jimin sedang duduk di depan laptopnya, sepertinya Jimin sedang mengerjakan tugasnya.
Saat Yoongi sedang di ambang pintu sedang memerhatikan Jimin, Jimin langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap tajam Yoongi. "Apa kau liat-liat?." Ucap Jimin.
Yoongi hanya tersenyum lemah, mengabaikan perkataan Jimin. "Ini makan malammu." Ucap Yoongi sembari memberi bungkusan makanan kepada Jimin.
"Aku tidak menyuruhmu untuk membeli makan malam untukku." Protes Jimin. "Terima saja, aku sudah terbiasa membelikan makanan untukmu Park." Jawab Yoongi.
Jimin tertegun dengan ucapan Yoongi tersebut, sudah biasa katanya. "Baiklah, terima kasih." Ucap Jimin.
Yoongi lagi-lagi mengabaikan perkataan Jimin. Yoongi berjalan menuju kamar mandi untuk membasuhi wajahnya, Yoongi sangat lelah hari ini terutama hatinya.
Jimin masih duduk di sana memperhatikan setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh Yoongi, sembari memikirkan pilihan yang ia pilih, apakah itu tepat untuknya?.
Yoongi keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Jimin langsung kembali mengerjakan tugasnya, pipinya sepertinya memerah dan kondisi detak jantung Jimin seperti ia selesai berlari, sangat berisik.
"Hei, Yoon-." Jimin memanggil Yoongi. "Kau masih tidak ingin melihat wajaku kan?. Aku akan berada di balkon." Yoongi memotong ucapan Jimin dan langsung menuju balkon kamar.
Jimin menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, bertanya-tanya mengapa sikap Yoongi seperti itu kepadanya.
Jimin menghampiri Yoongi menuju balkon. "Kau akan keluar dari kamar ini Yoon." Ucap Jimin to the point kepada Yoongi.
Yoongi menghisap dalam nikotinnya, ia menghembuskan asap nikotinnya dengan cara menundukan kepalanya. Yoongi tahu ini akan terjadi.
"Sepertinya aku tidak akan keluar dari kamar ini, Park. Bagaimana menurutmu?." Yoongi memberi pernyataan sekaligus pertanyaan untuk Jimin.
Jimin berdecih. "Kau konyol, kau yang memberi pilihan untukku dan aku sudah memilihnya tetapi kau tidak menepatinya. Apa maksudmu?."
"Aku pikir-pikir, mengapa aku harus keluar dari kamar ini, sangat membingungkan." Ucap Yoongi.
"Karena, kau menyukaiku dan aku tidak suka bahwa faktanya seperti itu." Balas Jimin.
Yoongi menggelengkan kepalanya ia sungguh tertekan menghadapinya, jika ia menjawab tidak menyukai Park Jimin itu adalah suatu pernyataan yang sangat tidak dapat dipercayai oleh Jimin. "Kau sungguh tidak suka bahwa aku menyukaimu, oh maksudku mencintaimu?." Tanya Yoongi.
"Ya Yoongi, aku tidak suka itu." Balas Jimin.
Yoongi menghisap kembali nikotinnya dan mematikannya dengan cara menginjaknya. "Baiklah, aku mengalah dengan orang yang tidak bisa menerima cinta dari orang sekitarnya." Ucap Yoongi, sembari masuk ke dalam kamar mereka.