13. Katakan Sesuatu, Tolong

889 100 18
                                    

Penginapan di onsen Konoha adalah destinasi liburan yang tepat bagi pasangan pengantin. Shikamaru yang memilihkan tempat itu, tentu dengan bantuan Temari. Dua kakaknya itu sangat senang saat mendengar Gaara akan berlibur beberapa hari di Konoha.

"Tidak ada pemandian seperti ini di Suna! Kalian harus mencobanya!" komentar Temari kala Gaara menelepon pertama kali. Kemudian kakaknya itu langsung bicara pada Shikamaru yang berada tak jauh darinya.

"Onsen? Tentu itu destinasi yang cocok untuk berbulan madu. Aku punya beberapa pilihan yang bagus untuk pasangan seperti kalian."

Temari terkekeh mendengar kalimat suaminya, "Kau tahu, menjadi sekertaris pribadi Rokudaime akan membuat siapapun mengetahui destinasi liburan yang bagus."

Shikamaru hanya menggumamkan kalimat favoritnya setelah itu, "Aku akan membantu pemesanan kamar dan pelayanannya kalau begitu. Kau mungkin juga butuh pemandu untuk tiba di sana."

Kemudian Gaara mempercayakan hal tersebut pada Shikamaru dan Temari.

Sore itu tibalah mereka di penginapan yang telah dipesan untuk mereka. Langit senja di musim panas terlihat begitu jingga. Memancarkan kehangatan pada siapapun yang tengah berada di bawah naungan langit.

Kamar mereka cukup luas dengan jendela besar yang menghadap pemandangan Konoha dari ketinggian. Penginapan di kawasan dataran tinggi memiliki suasana yang damai dan tenang.

"Aku memesan tempat yang agak mahal. Tapi suasana di sana jauh lebih tenang dari tempat biasa yang harganya standar. Kau tidak keberatan kan?" kata Shikamaru setelah memesan kamar ini pekan lalu.

Pilihan Shikamaru ada benarnya. Gaara memang membutuhkan suasana yang tenang dan minim keramaian untuk mengistirahatkan pikirannya. Apalagi dengan atmosfer kecanggungan di antara mereka.

Matsuri duduk di balik meja makan yang ada di tengah ruangan. Sedangkan Gaara menatap pemandangan senja, menghadap ke balkon kecil di sisi lain ruangan.

Suara aliran sungai yang cukup deras begitu menenangkan. Juga bunyi-bunyi serangga di kejauhan. Suasana yang tak bisa ditemuinya di Negeri Angin. Namun Matsuri seakan tak menikmatinya.

Wanita berambut cokelat itu menyesap ocha hangat yang dibuatkan oleh pelayan kamar. Menyantap perlahan kudapan manis yang disajikan sebagai hidangan penyambutan.

Sekilas Gaara melirik pada istrinya. Matsuri tak bergeming sama sekali sejak berangkat dari kediaman Nara.

Mereka bahkan masih mengenakan jubah bepergian.

Ini tidak akan berakhir jika Gaara tidak bicara lebih dulu.

"Perempuan ingin dimengerti, Gaara. Kau harus lebih berinisiatif jika dia bukan tipe perempuan seperti Temari," jelas Kankuro saat Gaara hari-hari pertama pernikahannya dulu.

Sekarang Gaara mengerti sedikit maksud Kankuro. Matsuri bukan tipe perempuan yang akan mengamuk dan berteriak, atau memukul dengan kekuatan penuh saat ia marah. Ia hanya diam. Memendam perasaannya sendiri. Tidak mengutarakannya sedikit pun.

Gaara harus membuang egonya jauh-jauh. Demi hubungan mereka. Demi liburan kali ini.

Dengan helaan napas panjang, Gaara pun melangkah ke arah meja. Ikut bersila di seberang Matsuri. Meraih gelas ocha dan menyesapnya perlahan. Memikirkan bagaimana cara memulai percakapan.

"Apa kau marah padaku?"

Sial. Pertanyaan bodoh! Gaara merutuki kalimatnya barusan. Matsuri sudah jelas marah. Buat apa ia bertanya?

Namun pertanyaannya berhasil membuat Matsuri mengangkat wajah, "Untuk?"

Apa? Untuk apa? Mana Gaara tahu Yang marah kan Matsuri!

CandalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang