07. Rencana

901 108 13
                                    

"Hahaue, apa aku akan punya adik?"

Pagi itu meja makan hanya diisi tiga orang. Kankuro telah berangkat untuk urusan Aliansi Shinobi sejak matahari terbit. Gaara pun sebentar lagi akan berangkat untuk mengikuti telekonferensi dengan lima kage.

Gaara yang telah mendengar pertanyaan itu tidak kaget sama sekali. Ia tetap memakan sarapannya dengan tenang. Sedangkan Matsuri menatap Shinki yang menunggu jawabannya.

Matsuri tahu itu pasti dari para pelayan karena sebelumnya Nenek Mari juga bertanya soal itu. Hanya saja ia tidak tahu kenapa anak laki-laki di hadapannya menanyakan hal serupa.

Ia hanya memberikan gelengan pelan sebagai jawaban. Membuat Shinki tertunduk. Seakan kecewa dengan jawaban sang ibu.

Melihat reaksi Shinki, Matsuri melirik Gaara yang duduk di sampingnya. Pria itu tak bergeming sama sekali. Entah tidak peduli atau tidak menyadari reaksi putranya yang tampak kecewa.

Ia menghela napas panjang. Kenapa Gaara tidak membantu sama sekali?

"Apa kau kecewa?" tanya Matsuri dengan hati-hati.

"Tidak," jawab Shinki tegas.

Shinki tak tahu bagaimana perasaannya. Juga, kenapa ia harus kecewa? Bukankah jika orang tuanya memiliki anak kandung, bisa saja dirinya terlupakan?

Tapi membayangkan seorang anak kecil yang menatapnya dengan kagum tiap berlatih bersama membuat Shinki merasa bersemangat.

"Kau benar-benar ingin punya adik?" Matsuri mengubah pertanyaannya karena tahu Shinki tidak akan menjawab yang tadi.

Lagi-lagi Shinki tidak bisa menjawab. Ia hanya terdiam menatap mangkuk nasi. Menyentuhkan pangkal sumpit pada dagunya.

Matsuri tidak akan memaksa kalau memang putranya tak ingin menjawabnya.

"Tidak usah dijawab juga tidak apa," Matsuri menggesturkan dengan tangan, menunjuk makanan Shinki yang masih banyak, "ayo habiskan. Kau akan berangkat sekolah kan hari ini?"

o0o0o0o

Suami dan anaknya sudah berangkat, dan Matsuri malah tertahan di rumah

"Aku tidak hamil, Mari baa-san. Kemarin itu hanya sedikit kelelahan saja," jelas Matsuri, berusaha menahan amarahnya.

Kenapa para pelayan bersikeras melarangnya untuk keluar? Ia sudah bosan di rumah!

"Tapi Gaara-sama berpesan pada kami agar tidak membiarkan Matsuri-sama pergi keluar rumah hari ini," kilah sang kepala pelayan takut-takut.

Bagaimana bisa Gaara melakukan itu? Ia membiarkan Shinki pergi ke akademi sedangkan dirinya dilarang ke mana-mana? Padahal Matsuri hanya ingin menghadiri pertemuan bersama jounin wanita yang lain–di mana isinya hanya berbincang dan makan bersama.

Acara pemberdayaan kunoichi ini sudah ditunda sehari. Kenapa harus diundur lagi?

"Kalian bisa berpura-pura tidak tahu," Matsuri merendahkan suaranya agar tak ada orang lain yang mendengar, "ya, Mari baa-san? Aku akan menyelinap saat para pelayan lengah."

Jujur saja, Nenek Mari selalu kesulitan menghadapi Matsuri. Bukannya Sang Nyonya terlalu galak atau apa, justru karena Matsuri begitu lembut dan santun. Ia teringat akan mendiang putrinya yang mungkin jika masih hidup akan seumuran Matsuri.

Nenek Mari selalu ingin memperlakukan Matsuri seperti putrinya sendiri.

"Baiklah. Tapi Matsuri-sama harus pulang saat jam makan siang, ya?"

Tentu saja Matsuri akan pulang saat jam makan siang tiba agar Gaara tak menyadari kepergiannya.

"Tentu saja, Mari baa-san!"

CandalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang