Aku tak pernah meminta
Sosok pendamping sempurna
Cukup dia yang selalu
Sabar menemani dalam kekurangankuNamun Tuhan menghadirkan
Kamu wanita terhebat
Kuat tak pernah mengeluh
Bahagiaku s'lalu bersamamuGadis manis itu kini sedang duduk manis di bangku mobil, menatap jendela mobil dengan tatapan kosong, menikmati alunan musik yang didengar melalui earphone yang ia pasang di kedua telinganya, menghayati setiap lirik yang ada pada lagu kesukaannya itu "Kekasih Impian – Natta Reza". Entahlah lagu itu membuatnya berkhayalan terlalu tinggi.
Ah, Kiren plis jangan halu mulu! batinnya merutuki dirinya sendiri lalu melepas earphone dari kedua telinganya.
Ya, gadis manis itu adalah Kiren dan hari ini adalah hari kepindahannya dari Malang ke Jakarta. Kepindahannya ini membuat mood dan pikirannya kacau. Ia takut nantinya tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan baru, rasa-rasanya Kiren ingin membuka pintu mobilnya dan kabur kembali ke kota kelahirannya itu dan tinggal dengan neneknya saja.
Gedung yang sangat tinggi ada di sepanjang jalan, panas, dan tentu saja macet ... bagaimana ia bisa ke sekolah dengan nyaman tanpa menemui kemacetan? Sangat berbeda sekali dengan kotanya. Dengan suasana yang berbeda seperti ini, apakah Kiren mampu menyukai kota ini? Seperti ia yang setiap hari selalu dibuat jatuh cinta oleh kota kelahirannya itu.
Meskipun begitu, kepindahannya itu membawa sisi positif. Setelah kurang lebih 5 tahun, yang tadinya hanya dapat bertemu melalu free call dan video call, akhirnya Kiren dapat bertemu secara langsung dengan Nay—sahabatnya dari zaman bocil.
Merasa bosan, Kiren melihat dari jendela mobil, mencari tahu mengapa 1 jam lebih mobilnya belum bergerak sama sekali. Oh, tentu saja macet. Kalau begitu, kapan sampainya? pikir Kiren.
Kiren menguap dan terus menguap, sepertinya perjalanan panjang itu mampu membuatnya mengalami kantuk yang berat dan dengan cepat ia sudah terbang ke alam mimpi.
Drrt drrt drtt
***
Bruk
Kiren mendaratkan tubuhnya ke kasur. Ia sangat lelah, tak terasa membersihkan kamar yang tadi penuh debu dan mendekor ruangan itu dengan barang-barang yang sengaja ia bawa dari kamarnya di rumah dulu sampai petang seperti ini.
Kiren bangkit dari tidurnya, melihat sekeliling ruangan merasa puas dengan hasil yang dikerjakannya. Ternyata tangannya itu cukup terampil juga dalam mendekor.
Sebetulnya tanpa didekor pun kamar ini sudah bagus dan elegan dengan perpaduan warna pink pastel dan perabotan seperti kasur, lemari, nakas, dan 1 paket meja-kursi belajar yang sudah mengisinya. Tetapi, bagaimana dengan barang bawaan Kiren? Akan sia-sia kalau tidak dipakai di ruangan yang akan menjadi kamar barunya itu.
Kiren mencari di mana keberadaan sling bag putih kesayangannya yang tadi ia pakai. Setelah menemukannya, Kiren mengambil benda pipih yang ia simpan di dalam sling bag tersebut. Ia terkejut melihat banyak notif panggilan yang masuk dan itu dari orang yang sama. Tanpa berlama-lama, Kiren segera menelpon balik orang tersebut.
Tut
Kiren tak mengerti mengapa panggilannya ditolak, ia mencoba menelpon lagi.
Tut
Kedua kalinya ia menelpon, tetapi ditolak lagi.
Tut
Ketiga kalinya ia menelpon, tetapi ditolak lagi dan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRIMU
Teen FictionSetiap orang yang hadir dalam hidup kita itu sudah direncanakan dengan sempurna oleh yang di atas. Entah itu yang akan memberikan warna baru, kesedihan, bahkan pelajaran hidup. Jika kamu berharap mereka akan menetap, kamu salah besar, karena pada d...