Pagi ini, Kiren bangun dengan penuh semangat. Ia tak sabar melihat sekolah barunya itu. Suasana yang mungkin sangat berbeda 360o dari sekolahnya dulu, tak menjadi masalah besar buat Kiren. Ia yakin ia pasti bisa cepat beradaptasi dengan lingkugan dan para siswa-siswinya.
Setelah beberapa menit bersiap diri, Kiren menuruni anak tangga dengan penuh ceria dan percaya diri seperti biasa. Rambut hitam gelombang yang diurai dan perpaduan bandana simpul warna merah membuatnya terkesan sangat cantik daripada penampilan biasanya.
"KIREN!"
Mendengar ada yang memanggil namanya, Kiren menoleh ke arah sumber suara itu. Di dapatnya seorang gadis yang memakai seragam sama sepertinya. Segera, Kiren berlari menuruni anak tangga ke arah gadis itu, tak peduli nantinya ia akan terjatuh.
"NAY!" Kiren memeluk gadis itu, membuat si empunya dibuat terkejut beberapa saat lalu membalas pelukan tersebut.
"Ya, elah, udah berapa tahun kita gak ketemu, ya? Makin embem aja nih pipi," ucap Nay sambil mencubit dan menarik pipi Kiren.
"Embem, tapi manis, kan?" sahut Kiren sambil mengangkat kedua alisnya. Nay yang melihat itu hanya dapat memutarkan kedua bola matanya dan tak bisa mengelak, karena memang faktanya seperti itu.
"Btw, mana Kak Lele?" tanya Nay sambil celingukan mencari keberadaan orang yang baru saja ia tanyakan.
"Lele pala kau, hah, Nay!" sahut seseorang membuat Nay terkejut.
"Hehehe, Kak Leon. Makin tinggi dan ganteng aja, nih, kayak oppa-oppa Korea," jawab Nay menyengir takut.
"Hah? O-Opah? Muda gini dipanggil opah? Dari kecil ngajak gelut mulu nih anak," ucap Leon kesal. Nay yang mendengar itu gelagapan tidak bisa menjelaskan, sementara Kiren yang berada di antara mereka berdua mencoba untuk menahan tawanya.
"Bukah opah, Kak, tapi O-P-P-A," ucap Kiren mengambil alih untuk membantu sahabatnya itu, "di Korea, oppa itu panggilan ..... "
"Nah, iya, betul. Harusnya seneng tuh dipanggil oppa," sahut Nay membuat Leon menganggukan kepalanya pertanda mengerti.
"Ya, meskipun gak rela sih manggil Oppa. Ck!" gumam Nay , tapi sepertinya ia tak pandai bergumam, karena gumamannya itu masih terdengar oleh Leon dan Kiren. Leon yang rasa kesalnya sudah di ubun-ubun langsung melayangkan tangannya dan menjitak kepala Nay, membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Duh, Kak, jahat amat lo sama cewek cakep gini," ucap Nay sambil menggosok kepalanya yang habis kena jitak.
"Awas aja kalau ketahuan manggil Lele. Nama udah bagus-bagus, seenak jidat banget ganti nama orang," jawab Leon lalu pergi dari hadapan Nay.
"Gue bilangin pacar gue tahu rasa lo, Kak!" seru Nay keras.
"Emang punya?" tanya Kiren dan Leon bersamaan. Nay yang mendapati itu geram terhadap sahabatnya sendiri. Benar-benar gak bisa diajak kerja sama, pikir Nay.
"Enggak .... HUWAAA, MAK, KASIH ANAKMU INI PACAR! DIJODOHIN JUGA GAK PA-PA!"
"Pfft. Mau aku jodohin sama orang gila gak, Nay?"
"Ya, kali ... jahat amat lo sama sahabat sendiri, Ren. HUWAAA, MAK, KAPAN KEJOMBLOAN ANAK CAKEPMU INI BERAKHIR?!"
"Diem, anjir. Pagi-pagi udah bikin rusuh aja. Mau disumpal tuh mulut pake roti apa?" sahut Leon semakin dibuat kesal oleh teriakan Nay.
"HUWAAA, TANTE SISKA, OM BIMA! ANAK SULUNG KALIAN BERANI SAMA CEWEK, NIH!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRIMU
Teen FictionSetiap orang yang hadir dalam hidup kita itu sudah direncanakan dengan sempurna oleh yang di atas. Entah itu yang akan memberikan warna baru, kesedihan, bahkan pelajaran hidup. Jika kamu berharap mereka akan menetap, kamu salah besar, karena pada d...